Budaya taksi di Korea sudah sangat maju, jadi halte taksi bukan hal aneh lagi.
Taylor Nine benar-benar suka Korea.
Ia suka berkeliling kota naik taksi, melihat jalanan dan gedung-gedung melintas cepat di luar jendela, sementara jarinya sibuk mengetuk layar ponsel.
[Taylor Nine: Dasar orang gila.]
[Taylor Nine: Baru balik dari entah mana, terus langsung ngurung diri di gym?]
[Yoo Seodam: Ya.]
[Taylor Nine: Kamu harus cerita habis dari mana.]
[Taylor Nine: Hey!]
[Taylor Nine: Kamu ngacangin aku?]
[Taylor Nine: Anak sialan!]
Di layar ponselnya muncul tanda ‘!,’ tanda pesan terakhirnya belum dibaca.
Ia yakin Seodam langsung nutup ponsel setelah bilang apa yang ingin dia bilang.
Karena sudah kenal bertahun-tahun, Taylor paham betul sifatnya, jadi dia tidak marah.
Malah justru tersenyum kecil.
Mungkin karena mereka sempat jarang bicara belakangan ini.
Tapi cukup dengan saling berkirim pesan begini, memastikan masing-masing baik-baik saja… itu sudah membuatnya puas.
“Permisi… boleh turun di sini? Aku orang asing soalnya.”
“Tentu~ pakai kartu kredit, ya?”
Karena wajahnya mirip orang Rusia asli, orang-orang dulu sering gagap melihatnya. Tapi sekarang, mereka sudah cukup terbiasa.
Dengan kacamata hitam menutupi wajahnya, Taylor turun dari taksi.
Belakangan ini Taylor memang jadi selebriti kecil-kecilan di Korea.
Setiap kali ia berbicara di media soal guild sebesar Lost Day, publik langsung bersorak mendukungnya.
Karena itu, ia sering diundang ke acara TV dan radio.
Dan Taylor memang memukau.
Gila cantiknya.
‘Dengan ini, identitasku harusnya cukup tersembunyi.’
Taylor sebenarnya tidak suka wajahnya dikenal.
Ia tidak mau terus berlari ke sana-sini begini, tapi juga tidak mau kasus Lost Day menghilang begitu saja.
Entah Seodam sadar atau tidak.
“Taylor Nine, sebentar. Ada sesuatu yang perlu kami bicarakan.”
“Hah?”
Saat Taylor berjalan ke arah stasiun TV sambil mengunyah permen karet, dua pria berjas hitam menghalangi jalannya.
Melihat mereka, Taylor tersenyum remeh.
“Kalian lumayan sopan kali ini, ya?”
Ada logo Lost Day di dada jas mereka.
Sejak Taylor sering tampil di media dan mengusik Lost Day, mereka cukup sering mengunjunginya, kebanyakan dengan ancaman.
Wajar kalau Taylor jengkel dan menyuruh mereka “minggir atau gue tendang”.
Pernah suatu kali empat hunter S-Rank datang mencarinya, tapi karena Taylor sengaja selalu berada di tempat ramai, publik malah menuduh Lost Day mengirim hunter untuk mengintimidasi orang.
Tapi kali ini beda.
Bukan hunter.
Hanya pegawai kantor biasa.
Salah satu dari mereka menyerahkan kartu nama: James Clinton, dengan jabatan CEO di sebelahnya.
James, pria paruh baya berambut pirang rapi mengangguk sopan lalu berkata,
“Aku ingin membuat sebuah kesepakatan.”
“Kesepakatan? Hmm. Lanjut.”
“Aku sudah mencari tahu sedikit tentangmu. Taylor Nine. Kamu hanya punya hubungan kecil dengan Lost Day di masa lalu. Masalahnya adalah rekanmu, Yoo Seodam, dan dendamnya. Itu alasanmu melakukan semua ini, benar?”
“Betul. Kamu cukup pintar juga.”
Lost Day menendang Yoo Seodam keluar dari guild.
Dan Seodam sedang menunggu waktu yang tepat untuk membalas.
Begitulah cara seorang hunter F-Rank memburu mangsa besar.
Tapi Taylor Nine berbeda dengan Seodam, punya kekuatan. Dan dia tidak suka menunggu lama.
Ia melakukan apa yang menurutnya benar.
“Kalau begitu…”
Taylor menyeringai.
“Waktu ngajak orang bikin kesepakatan, sopan kalau mentraktir makan dulu, kan?”
Taylor menyuruh mereka ke Town Gallery, restoran bintang lima dekat Gyeongbokgung, di Jongno.
Setelah satu jam perjalanan, mereka tiba di restoran itu, dan Taylor berkata ke pelayan,
“Dari sini sampai sini. Tolong keluarkan semuanya.”
“...Baik, Nona.”
Sebagai restoran bintang lima, harganya… ya, bisa buat jantungan.
Ini mungkin tidak membuat kantong Lost Day jebol, tapi Taylor sangat senang “mengambil satu sen lagi” dari mereka.
James, yang awalnya mengira mereka akan minum kopi atau makan ringan, jelas kaget.
Namun kemudian ia tersenyum.
“Aku sempat memikirkannya.”
Taylor bersandar santai lalu berkata,
“Kalian sebenarnya nggak perlu mengejarku. Aku cuma satu orang.”
James diam, mendengarkan.
“Jujur saja, aku tadinya berniat berhenti.”
Ya, skandal sebesar ini pada akhirnya pasti mereda dengan sendirinya.
Seberapa populer Taylor pun, kalau dia terus mengungkit, opini publik bisa balik menyerang.
“Kalian tetap melakukan itu meski tahu?”
“Ya. Jujur saja, kalau kalian berniat menutup-nutupi di media, itu sudah kalian lakukan dari awal.”
Ada banyak kasus yang melibatkan Kinetic Pharmaceutical Company, anak perusahaan Lost Day.
Beberapa tahun lalu, Kinetic Pharma aktif di Amerika Selatan.
Pada saat itu mereka terkenal melakukan eksperimen pada manusia.
Tidak banyak yang tahu karena di permukaan perusahaan itu terlihat “normal”.
Target mereka terutama hunter F-Rank biasa, ditawari kekuatan super.
Yang terpikat, banyak yang akhirnya cacat atau mati.
Akhirnya para hunter biasa membentuk serikat, dan perusahaan itu hancur total.
Masalahnya?
Waktu itu Yoo Seodam adalah anggota Lost Day.
Seodam menyampaikan soal Kinetic Pharma ke Lost Day.
Tapi bukannya membongkar kasusnya, Lost Day memilih menanganinya diam-diam demi mengakuisisi perusahaan itu perlahan.
Taylor tahu semua itu.
Dan ia berencana mengungkapkannya, tapi media tidak tertarik.
“Kenapa kalian mau bungkam-bungkam? Setelah kupikir-pikir…”
Alasannya jelas.
Lost Day tidak mau masalah ini meledak.
Mereka lebih memilih mengancam Taylor, dan karena itu tidak mempan, mereka sekarang mencoba ‘bernegosiasi’.
“…Mutasi karena keracunan mana. Begitu aku dengar itu, aku langsung ingat Kinetic Pharmaceutical. Kalian takut Kinetic Pharma terekspos media, kan?”
Lee Yeonjun bermutasi kena racun mana.
Dan siapa yang membuat obat-obat itu?
Kinetic Pharmaceutical Company, anak perusahaan Lost Day.
“…Benar.”
“Aku juga heran kenapa kalian menendang Yoo Seodam dari guild. Ada dua kemungkinan.”
Karena dia “orang biasa”?
Tidak.
Semua orang mengira begitu, tapi itu cuma alasan yang dibuat-buat.
Seodam sebenarnya cukup berguna, pengetahuannya saja sudah cukup bernilai.
Masalah sebenarnya adalah:
Kinetic Pharma vs nilai seorang Yoo Seodam.
“Hell Gate. Dari 47 orang yang selamat, kapten ekspedisi Lyton membawa sesuatu keluar dari sana.”
Lima tahun lalu, ratusan hunter elite, termasuk anggota Lost Day, dikirim ke Hell Gate.
Total 500 orang.
Di dalam tempat yang logikanya tidak berlaku itu, 200 orang membelot.
100 orang kembali pada hari ketiga.
100 lainnya kembali kurang dari satu tahun, kebanyakan sudah rusak mentalnya.
Sisanya? Diasumsikan sudah mati.
Lalu keajaiban terjadi.
Tiga tahun setelah ekspedisi dimulai…
47 orang keluar dari Hell Gate.
Hanya sedikit yang tahu soal ini.
Rincian para penyintas bahkan dirahasiakan antarnegara.
Lost Day tahu karena Lyton yang akhirnya meninggal karena penyakit jantung adalah anggotanya.
Dan para penyintas membawa beberapa “material” keluar dari Hell Gate.
Sebelum bisa diklaim, Lyton meninggal… dan barang-barang itu entah jatuh ke tangan siapa.
“Yoo Seodam. Orang kepercayaan Lyton. Dia pasti punya itu.”
Masalahnya, Yoo Seodam sendiri tidak tahu apa-apa.
Baginya, keluar dari Hell Gate dengan kewarasan utuh saja sudah sebuah keajaiban.
Taylor, meski tidak ikut masuk ke Hell Gate, bisa menebak politik di baliknya.
Dan dia… tidak pernah memberitahu Seodam soal ini.
Saat itu, Yoo Seodam sedang sangat tidak stabil, baik mental maupun fisiknya.
Tapi sekarang, setelah Yoo Seodam diusir…
dia tidak bisa lagi diam.
“Kalian, ya. Kalian mau nyimpen semua material itu tanpa ngasih tahu Yoo Seodam, kan?”
Selain itu, perusahaan tidak mungkin bisa menyerap Kinetic Pharmaceutical Company selama Yoo Seodam mengawasi mereka.
Jadi tidak ada lagi alasan untuk tidak menendangnya keluar.
“…Makasih buat ceritanya. Terus, mau apa? Mau Seodam balik lagi? Hah? Nggak bakal. Kamu pikir Seodam masih mau balik ke sampah-sampah kayak kalian?”
Ia mengulurkan telapak tangannya pada James.
“Kasih sini. Bagian milik Yoo Seodam. Kasih itu, dan aku bakal diam.”
James menghela napas panjang.
Sekarang, setelah dia tahu apa yang terjadi pada Seodam, mustahil masalah ini akan berlalu begitu saja.
Awalnya, Taylor Nine berniat membuat Lost Day merangkak minta ampun dengan membocorkannya ke media.
Tapi ketika mereka datang untuk menawarkan kesepakatan, dia sadar… ternyata tidak perlu.
Bagi dia dan Seodam yang tidak punya apa-apa, media hanyalah “alat tawar-menawar”.
Akhirnya, James membuka mulut.
“Meski kalian punya itu, menurut kalian bisa apa? Kami juga meneliti material dari Hell Gate memakai Kinetic Pharmaceutical Company dan ilmu aether mutakhir. Tapi sejauh ini yang bisa kami pahami cuma… 1%. Cuma segitu. Kalian mau apa? Tukarkan saja dengan uang. Itu saran tulusku.”
“Diam.”
Taylor menatap James dengan tenang lalu melanjutkan,
“Kasih apa yang kalian utang.”
James mengerutkan kening.
Bahkan dia pun tidak bisa langsung mengambil keputusan.
Mereka sudah susah payah menjaga informasi tentang “material Hell Gate”.
Tapi reputasi Taylor Nine di media tidak bisa diremehkan.
Kalau dia benar-benar mau, dia bisa membocorkan semuanya ke publik.
Daripada kehilangan segalanya… lebih baik kompromi.
Mungkin ini pilihan yang lebih aman.
‘Sial… Kalau saja cuma mutant muncul, dan dungeon cacat itu nggak ikut…’
Situasi berubah jadi skenario terburuk.
Dan ini jadi peluang emas untuk hunter seperti Taylor Nine mengambil keuntungan.
Bertolak belakang dengan ekspresi Taylor yang tetap kalem, James berbicara dengan wajah muram.
“…Kami akan bahas ini di markas besar.”
Begitu mendengar jawabannya, Taylor bangkit dari kursi.
Yang dia inginkan hanya satu, mengembalikan bagian yang memang milik Seodam.
“Sampai ketemu nanti, teman-teman.”
Makanan mulai berdatangan, tapi dia tidak menyentuh satu pun.
“Oh, kalian makan aja. Aku sudah kenyang dari makan siang.”
“…”
James Clinton dan anak buahnya akhirnya mengambil garpu mereka, terharu dengan “pertimbangan” Taylor Nine.
…Sayang banget kalau makanan sebanyak ini dibuang.
***
Dengan mengamati teknik pedang SS-Rank, Seodam bisa meningkatkan kemampuannya drastis.
Fisiknya mendekati D-Rank, dan dia tidak lagi terlalu jauh di belakang Celeste.
Berkat itu, jika Seodam menggabungkan semua yang dia pelajari, kemungkinan besar dia yang akan menang.
“Haha…”
Seodam, yang sedang berkeringat deras di lantai, menatap Celeste dan akhirnya sadar
‘Anak ini jenius.’
Clien pernah bilang bahwa seseorang yang berada di atas C-Rank sudah dianggap jenius.
Lalu bagaimana dengan A-Rank?
Katanya, “bakat yang muncul sekali dalam seratus tahun.”
Kalau Celeste bukan A-Rank, mungkin dia ada di antara C dan A.
Dan bakat pedangnya jelas di atas B-Rank.
Meskipun Seodam mempelajari Almus Swordsmanship dengan sungguh-sungguh, sebagian besar teknik itu sebenarnya dibuat untuk tubuh perempuan.
Yang ia amati dan pelajari hanyalah Haren dan Ella.
Haren tingginya sekitar 170 cm, sementara Ella bahkan tidak sampai 150 cm, mungkin karena penyakitnya membuat dia kurang makan.
Celeste tingginya sekitar 160 cm.
Jadi Almus Swordsmanship cocok sekali untuknya.
Mengingat kembali postur Haren, Seodam memperbaiki posisi Celeste.
“Kok kaki kamu jauh banget jaraknya?”
“Hey. Lenganmu lebih panjang dari aku? Pedangnya kepanjangan? Kenapa ayunannya kayak gitu?”
“Nafasnya perhatikan, jangan asal tebas.”
Sekarang dia benar-benar paham bagaimana cara memegang, mengayun, dan memakai pedang dengan benar.
Bagaimana otot bekerja, bagaimana kaki bergerak, bagaimana mengatur napas.
Baru tiga puluh tahun sejak kemunculan superhuman dan perkembangan teknik pedang untuk mereka masih sangat singkat.
Dan kombinasi antara kemampuan superhuman dan pedang yang sudah punya sejarah ratusan tahun itulah yang sedang dikerjakan Celeste.
Dia mempelajari Almus Swordsmanship dengan sangat cepat.
Memang Seodam tidak bisa mewariskan seluruh teknik keluarga Almus karena dia tidak memilikinya sebagai skill, tetapi dia bisa mengajarkan cara mengayun dengan efisien.
***
Dua minggu berlalu.
Dan dalam waktu sesingkat itu, Celeste tumbuh begitu cepat sampai Seodam sendiri kaget.
‘Kalau dia dewasa… mungkin dia bakal melampaui ayahnya.’
Ayahnya memang jenius dan pendekar hebat, tapi SS-Rank yang ia dapatkan itu agak “kebetulan”.
Seodam yakin Celeste bisa mencapai SS-Rank yang sesungguhnya dengan kemampuannya sendiri.
***
Minggu pagi, waktu ketika tidak ada orang yang datang ke gym.
“Hey, kalian masih latihan?”
Saat mereka berdua sedang mengayunkan pedang, suara seseorang terdengar.
Itu Taylor Nine.
Dia memakai tanktop putih tanpa lengan, hot pants biru, dan topi cokelat dengan telinga beruang yang mencolok.
Taylor melirik Celeste dan mengusap dagunya.
“Selama kamu sibuk main sama cewek lain, menurutmu siapa yang lari-lari sampai kakinya melepuh?”
“Ada apa?”
“Aku datang buat ngasih ini.”
“Itu…?”
Taylor menunjukkan pot hitam kecil di pelukannya.
Pot itu ditutup tabung bening, dan di dalamnya ada bunga putih misterius yang tampak nyaris mati, mengerut dan sekarat.
“Hell Gate. Bunga yang tumbuh di dalamnya. Masih ingat, kan?”
“Yah… aku ingat.”
Di antara semua hal yang ia lihat dalam Hell Gate, benda ini terlalu unik untuk dilupakan.
Salah satu sedikit hal indah dan penuh misteri di tempat neraka itu.
Dia tidak menyangka bunga itu berhasil diambil dan masih hidup sampai sekarang.
“Nuna mu ini ngambilnya dari simpanan pribadi Lost Day… Yah, ini hampir mati, jadi nggak banyak yang bisa kulakukan. Tapi lebih baik ada di tanganmu daripada di tangan mereka.”
Seodam mendekat dan menerima pot itu.
Salah satu simbol harapan dari neraka itu…
Melihatnya lagi di sini membuat hatinya sedikit gelisah.
Tentu saja, seberapa pun ia meneliti, dia tidak bisa memahami bunga itu.
Dia bukan ilmuwan.
Lagipula, bukannya Taylor bilang Lost Day saja tidak bisa menemukan apa pun?
Sambil memikirkannya
[Skill White Witch’s Library (F) telah diaktifkan.]
[Mencari pengetahuan mengenai target.]
‘Hah?’
Sebuah buku transparan melayang di udara, halamannya berputar cepat sampai berhenti.
[Hasil pencarian gambar ditemukan: Silver Spiritual Flower.]
‘Spirit…?’
0 komentar:
Posting Komentar