Chapter 51

 Cheorwon, sekitar 300 meter dari Great Rift, sebuah kamp sementara didirikan.

Tidak seperti dungeon terdistorsi yang biasanya memutus hampir semua komunikas,i ketika sudah di dalam Great Rift masih memungkinkan adanya komunikasi. Karena itu, video yang direkam para hunter bisa dikirim kembali ke kamp, sehingga kondisi tiap tim dapat dipantau dan strategi bisa dibuat sewaktu-waktu.

Saat ini ada 50 monitor terpasang di dalam kamp.

Dua belas tim bergerak menuju dua belas ngarai yang sudah ditandai untuk masing-masing.

Di dalam kamp, unit militer yang dikerahkan serta para manajer guild duduk sambil menatap tablet masing-masing dengan wajah kosong, terus memeriksa data dan situasi.

“Masalahnya, badai itu…”

Badai mengerikan dengan kecepatan maksimum 45 meter per detik,kencang, cukup untuk mencabut pohon dari akarnya dengan mudah.

Untungnya, para superhuman masih bisa menahan tekanan seperti itu…

Tapi badai itu juga mengandung sesuatu yang aneh, semacam energi asing.

Park Seongho, mantan wakil direktur Asosiasi Hunter Korea dan sekarang sekretaris master guild Only Rumor, mengerutkan dahi.

Energi asing itu mengganggu aether para superhuman: output dan kontrol kekuatan mereka menurun. Ditambah lagi badai yang menyakiti tubuh dan mengganggu konsentrasi… kalau monster muncul dalam kondisi seburuk ini, bencana akan terjadi.

Kenapa Great Rift selalu kayak gini…

Sejak pertama kali kemunculannya, Great Rift tidak pernah mudah.

Tetap saja, badai seperti ini masih lebih ringan dibandingkan musibah lain. Delapan belas tahun lalu, sebuah Great Rift muncul di Afrika Selatan dan dipenuhi sambaran petir tanpa henti, menyebabkan korban besar dan akhirnya mustahil untuk dibersihkan.

“Hm?”

Saat memeriksa monitor, ia melihat para hunter yang terjebak badai mulai mencari cara untuk mengatasinya.

Beberapa guild kaya menggunakan Aether Barrier Dispenser, mesin canggih yang dapat memancarkan medan energi berbentuk setengah bola berdiameter 50 meter.

Bisa digerakkan seperti mobil, dan itu kelebihannya…

…Tapi efisiensi energinya buruk sekali. Mahal, dan tidak cocok dipakai dalam pertempuran. Untuk bertahan saja borosnya bukan main.

Ia melihat ke monitor lain.

Leah Michelle, komandan Tim 3, seorang psychic S-Rank.

Selain namanya yang meroket beberapa tahun belakangan, dia juga murid dari psychic SS-Rank ‘Chung’, dan diprediksi akan menjadi superhuman SS-Rank ke-38.

“Kau menahan badai itu dengan psychokinesis ya… Output-nya bagus, tapi… berapa lama kau bisa mempertahankannya?”

Kalau gurunya sendiri, ‘Chung’, itu lain cerita. Tapi Leah… tidak mungkin ia sanggup menahan kekuatan badai sepanjang hari.

Berkat Leah, timnya bisa bergerak dengan cepat dan menjadi yang paling depan memasuki ngarai, tapi

Cepat atau lambat, ia akan kehabisan tenaga, dan kehilangan kemampuan S-Rank pada saat genting yang akan jadi masalah besar.

Guild lain pun tidak jauh berbeda situasinya.

Park Seongho mengalihkan pandangan dari satu monitor ke monitor lain, memeriksa cara tiap tim bertahan, ketika seseorang menepuk bahunya. Ia menoleh.

“Yang Hojun?”

Wajah Park langsung berseri melihat orang itu.

Seragam rapi, dilengkapi satu bintang pada baretnya, menandakan pangkat Brigadir Jenderal.

Yang Hojun menyambutnya dengan senyum tipis.

“Seongho, lama tidak bertemu. Aku tidak dengar kau bakal ditugaskan di sini.”

“Ada urusan sedikit.”

Dulu, mereka bertarung bersama melawan monster sejak muda. Satu memilih menjadi hunter, satu lagi memilih jalan tentara.

Satu pernah F-Rank lalu bekerja di Asosiasi Hunter, sementara satunya naik pangkat hingga Brigjen.

“…Ngomong-ngomong, bukannya kau sudah mau dapat bintang kedua waktu itu?”

Rumor itu beredar lebih dari tiga tahun lalu.

Setelah sekian lama tidak bertemu, apa yang terjadi sampai ia masih tetap di pangkat yang sama?

Dengan ekspresi getir, Yang Hojun berkata,

“Dulu ada candaan, bahwa tentara yang jago politik lah yang jadi jenderal.”

Itu lebih dari 31 tahun lalu.

“Sekarang sudah beda. Tanpa kekuatan super, tidak mungkin naik pangkat.”

Faktanya, Yang Hojun, seorang manusia biasa, bisa mendapatkan satu bintang saja sudah seperti keajaiban.

Para jenderal non-superhuman lain sudah turun jabatan, digantikan superhuman.

“Benar juga. Aku dengar ada S-Rank yang bangkit dan langsung diangkat jadi kolonel.”

“Itulah kenyataannya.”

Melihat wajah getir sahabat lamanya, Park Seongho ikut mengeras.

Bukan cuma rumor.

Ia sendiri pernah didepak dari Asosiasi Hunter karena tidak punya kekuatan super.

Tanpa kekuatan super, orang diperlakukan seperti warga kelas dua.

Realita yang pahit… tapi harus dihadapi.

Sambil memikirkan itu, mereka mengalihkan pandangan ke monitor kembali.

Dan menemukan satu tim yang mencolok.

“Hah?”

Tim 7.

Tim yang jadi perbincangan karena komandannya seorang F-Rank.

Anehnya, meski badai mengamuk, sang komandan, Yoo Seodam berjalan maju tanpa terkena efek apa pun, seolah badai itu tidak ada.

Dan timnya, meskipun tidak sekuat Seodam, jauh lebih sedikit terpengaruh dibanding tim lain. Mereka bahkan bisa melawan monster tanpa kesulitan berarti karena aether mereka tidak terganggu.

“Apa ini? Tim apa ini?”

“Dispenser apa yang mereka pakai?”

“Aku tidak lihat mesin apa pun…”

“Cahaya apa itu?”

Di tanah, sebuah lingkaran cahaya putih mengikuti langkah tim itu, tapi tidak ada yang bisa menebak apa itu.

Dan satu hal lagi

“…Tim ini, sebenarnya mereka menuju ke mana?”

Tidak seperti tim lain, Tim 7 berjalan ke arah yang tidak sesuai rute standar, dan alasan mereka tidak diketahui siapa pun.

Para hunter senior menggelengkan kepala.

“Tsk. Mengandalkan keputusan F-Rank? Mereka akan mati konyol"

“aku nggak paham. F-Rank dengan pengalaman 10 tahun harusnya punya insting bertahan hidup yang tajam, tapi kenapa begini?”

Mereka tahu, seorang F-Rank yang berhasil hidup lebih dari 10 tahun adalah monster dalam hal insting bertahan.

Dan jujur saja, insting mereka sering membuat orang tercengang.

Tapi tetap saja, mereka tidak bisa memahami tindakan Yoo Seodam.

Park Seongho dan Yang Hojun pun sama.

…Pasti ada alasannya. Kita lihat saja dulu.

Mereka memilih diam.

***

[Capek…]

“Akan kubelikan kau minum nanti.”

[…Baik…]

Sejak kembali dari Dream Island, aku tahu bagaimana menghadapi bunga pot yang bandel itu.

Ternyata, cukup disogok dengan alkohol.

Waktu itu aku cueki saat dia ngotot minta minuman, tapi akhirnya kuberi juga. Rupanya, bagi silver spirit, alkohol itu seperti makanan.

Tentu bukan alkohol sembarangan.

Harus yang jernih dan bersih seperti minuman peri yang bisa kubuat dengan magic, jadi tidak masalah.

[Skill White Witch’s Library Aktif.]

Saat ini, ada enam jenis magic mengelilingi aku dan anggota timku.

Wind Shelter Curtain, Center Balance Blessing, Wind Forever Time, Wind… dan sebagainya.

Tentu saja aku tidak pernah mempelajari magic ini.

Semuanya dilakukan si bunga pot lewat kemampuan White Witch’s Library.

Perpustakaan(Library) itu bisa melakukan pencarian magic dan mengintervensi, dan bunga pot bisa menggunakan magic itu sendiri.

Dengan kata lain… aku tidak perlu belajar magic sama sekali.

Bunga pot itu ada di dalam inventori, tapi bisa melihat dunia lewat mataku dan menggunakan magic ke dunia luar sesuka hati.

Selain itu, kalau pot itu sudah bisa melakukan hal sejauh ini, bagaimana nanti saat benar-benar mekar dan menjadi spirit sepenuhnya?

“Ketua tim… Ini sebenarnya apa?”

“Itu mirip dengan kekuatan super. Nanti akan aku jelasin.”

Magic tingkat rendah ini memang tidak memberikan perisai pelindung, jadi badai tetap membuat mereka susah bernapas, menghalangi jarak pandang, dan membuat langkah kaki terasa berat.

Tapi setidaknya magic ini cukup untuk memungkinkan mereka terus bergerak maju.

Sementara itu, aku berjalan di tengah badai seolah tidak terjadi apa-apa, menghabisi monster sendirian, dan para anggota tim memandangku dengan mata terbelalak.

Aku sudah menjelaskan berkali-kali bahwa ini bukan “kekuatan super” tapi “kekuatan laten.” Namun karena penjelasannya sulit dipercaya, wajar kalau masih banyak keraguan.

Dan, badai ini justru menguntungkanku.

Efek skill-ku adalah “How To Run Like The Wind,” artinya aku juga bisa menunggangi badai ini.

Walau aku tidak menyerap skill glider seperti saat di Dream Island yang tenang, setidaknya aku mendapat skill ini, itu sudah lebih dari cukup.

Whiiiing!!

Pat!

Aku menghentak tanah, melompat tinggi ke udara.

Lalu, menebas leher raksasa bermata enam dan berlengan empat yang tingginya lebih dari delapan meter itu, menapak di lehernya, lalu melompat ke samping dan menusuk punggung kelelawar raksasa yang memiliki sepuluh lengan.

Saat tubuh kelelawar itu jatuh, aku melompat ke lereng tebing dan meluncur turun.

Tidak mungkin atribut D-rank mampu melakukan hal ini.

Semua ini hanya mungkin karena lingkungan yang tidak wajar, badai yang sangat stabil.

“T-tidak masuk akal…”

‘Apa ini benar-benar kemampuan F-Rank yang kita tahu selama ini?’

Bisikan para anggota tim tertangkap jelas di telingaku karena skill ini.

Bisa mendengar suara sejauh ini di tengah badai saja sudah luar biasa.

“…Ngomong-ngomong, kita sekarang mau ke mana?”

Aku menatap ke atas.

Normalnya, semua orang pasti mengikuti jalur lembah.

Dan dari radio tim lain, memang itu yang mereka lakukan.

Tapi itu memakan waktu lama dan justru membuat semuanya semakin berbahaya.

< Badai Merah ini adalah ujian pertama para Red Giant. Ujian yang menguji ‘penglihatan’ dan ‘penalaran.’ >

Sekarang, setelah ribuan tahun berlalu, badai ini sudah sangat melemah. Namun di masa lalu, kekuatannya pasti cukup besar hingga membuat para Red Giant (Raksasa Merah) pun kesulitan.

Mengukur penglihatan dan penalaran di tengah badai sekuat ini?

Kalau begitu, jelas bahwa menghentikan badai adalah syarat untuk lulus ujian ini.

‘Ada detail lain?’

< Aku cuma tahu bagian-bagian dari “alur ceritanya.” >

Tidak ada penjelasan rinci.

Tapi berkat skill ini, pilihanku sedikit lebih luas.

Saat ini, semua tim menganggap badai ini hanya bencana alam.

Namun aku tahu kenyataannya: ini ujian.

Perbedaan antara mengetahui dan tidak mengetahui itu sangat besar.

Bencana adalah sesuatu yang tak bisa diatasi.

Tapi ujian… pasti ada cara lolosnya.

Para Red Giant mungkin menemukan cara mengatasi badai ini dengan kemampuan khusus mereka.

Tapi aku manusia.

Jadi aku memakai kekuatan khas manusia, sains.

Beep! Beep!

Cahaya halus keluar dari Energy Scouter Dispenser.

Asal badai yang seharusnya ditemukan para Red Giant melalui murni penalaran, terlihat jelas berkat teknologi.

“…Serius? Jadi badai ini ternyata mekanisme yang dikendalikan. Tinggal kita cari sumbernya dan hancurkan, gitu?”

“Kurang lebih begitu.”

Dengan bukti yang jelas di depan mata, bahkan para anggota tim pun bisa menerimanya.

“Kalau begitu, ayo.”

***

Di luar Great Rift, di barak komando kamp sementara

“…Tim 7 menghentikan badai di lembah mereka.”

Seketika seluruh ruangan terdiam.

Bukan semua badai yang berhenti.

Hanya badai di lembah yang dilalui Tim 7.

Tetap saja, efeknya besar sekali.

“Aku nggak nyangka ada mekanisme badai seperti itu…”

Tim 7 sebelumnya berjalan ke arah-arah aneh seperti tersesat.

Awalnya semua orang memastikan mereka salah arah, bahkan beberapa hunter senior memaki-maki komandan Tim 7.

Tapi begitu hasilnya keluar, semuanya mendadak bungkam.

Park Seongho, yang sebenarnya tidak suka F-Rank diremehkan (karena dia pun mengalami hal yang sama), hanya bisa tersenyum pahit.

“Sederhana saja. Temukan asal badai dan sesuaikan energinya…”

Metodenya mudah.

Siapa pun bisa melakukannya dengan alat dasar.

Tapi memikirkan idenya? Itu yang susah.

“Segera hubungi tim lain dan sebarkan metode yang dipakai Tim 7.”

“Baik, kami hubungi.”

Karena gelombang energi Great Rift tidak mengizinkan radio bekerja antar tim di dalamnya, satu-satunya cara adalah menyampaikan informasi melalui superhuman dengan skill telepati dari pos komando.

Dan…

Semua mata kembali menatap monitor Tim 7 yang terus menembus lembah sambil suara monster terbantai terdengar di saluran audio.

Komandan Yoo Seodam.

Benar-benar F-Rank biasa, tapi entah bagaimana tidak terpengaruh badai sama sekali.

Dia membasmi monster dengan gaya pedang yang sangat unik dan aneh, gaya yang ditunjukkan Celeste Costantini tempo hari.

“Kebangkitan manusia biasa?”

Bukan itu pertanyaannya.

Semua orang di sini sudah melihat berbagai macam kekuatan super.

Dan yang Seodam lakukan… bukan kekuatan super.

“…Itu mirip ‘wugong’ para Dimensional Returnees.”

Namun Dimensional Returnees dilarang keras memakai wugong mereka secara terbuka, karena “seseorang” sudah melarang mereka.

Dan lagi, Returnees adalah orang-orang yang hilang 31 tahun lalu, lalu kembali.

Yoo Seodam jelas bukan salah satu dari mereka.

Tim 7 menyalip semua tim lain begitu badai hilang.

Sekarang mereka bebas memakai kekuatan penuh, sehingga monster-monster tak lagi jadi ancaman.

Perjalanan tetap sulit.

Kadang tebing runtuh mencoba menghalangi mereka, kadang tangan golem raksasa muncul dari tanah mencoba menarik mereka, pemandangan itu saja sudah cukup membuat orang pucat.

Namun setiap kali, komandan Tim 7 membuat keputusan yang tepat.

Tidak rumit, tapi sangat akurat untuk situasi yang mendesak.

Dan setiap kali Tim 7 menemukan metode melalui jebakan, telepatinya langsung menyebarkan informasi itu ke tim lain, meningkatkan tingkat kelangsungan hidup semua tim secara drastis.

Karena itu, pos komando mulai menahan tim-tim yang mencoba menyusul.

Tentu saja, tidak semua mau mendengarkan karena harga diri.

[ Apa? Kau mau aku menunggu Tim 7 menyelesaikannya dulu? ]

Itu suara Ryu Dongkyun, S-Rank, komandan Tim 6.

Suaranya penuh emosi, merasa diremehkan.

“Ya. Pertimbangan komandan Tim 7..”

[ Jangan bercanda! Bicara yang masuk akal! Kami bisa mengatasi ini sendiri! ]

Tuk.

Dia memutus radio.

Semua orang di pos komando hanya bisa menghela napas panjang.

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram