Dari dua belas ketua tim, enam orang adalah Superhuman tipe Kekuatan, sedangkan lima lainnya punya kemampuan Psikis.
Para Superhuman Psikis ini pun cukup terampil untuk bisa “terbang” di udara. Begitu seseorang mencapai peringkat S, ia bisa memakai kemampuan supernaturalnya dengan jauh lebih fleksibel.
Contohnya Leah Michelle, seorang Psikokinetik. Mengangkat benda lain itu gampang, tapi mengangkat dirinya sendiri? Itu masuk kategori super sulit. Meski begitu, dia masih bisa dianggap “terbang” dengan paksa.
Tentu saja, dalam situasi seperti ini, trik aneh atau ilusi kemampuan tidak lebih berguna daripada kekuatan mentah. Dalam hal percepatan, kecepatan, dan ketahanan, tipe Kekuatan jauh lebih unggul.
Namun tetap saja, akulah yang melaju paling depan.
Alasannya sederhana: aku bisa mengendalikan angin.
Dan hasilnya adalah badai, badai cukup kuat untuk mengangkat tubuhku dan membiarkanku melayang seperti sedang terbang.
Aku tidak maju ke depan demi prestasi, atau supaya terlihat keren, atau supaya dapat penghargaan apa pun.
Untuk menarik kepercayaan anggota tim? Nggak juga.
Alasannya cuma satu:
Dalam badai ini… aku bebas.
Tidak terikat, tidak terkengkang, dan bisa bergerak seefisien mungkin. Jadi aku memilih berada di garis depan. Sesimpel itu.
Tung!
Karena lompatanku berasal dari posisi diam, jarak lompatan pertamaku tidak jauh. Tapi begitu tubuhku masuk ke dalam arus angin, aku membiarkan badai itu mendorongku.
[Capek banget sumpah…]
Berkat spirit Pot Bunga, aku bisa mengubah arah angin sesaat. Itu membuatku bisa memposisikan tubuh di udara dengan cara yang bahkan Superhuman lain pun tak bisa lakukan.
Aku memang tak bisa terbang… tapi akrobatik udara tingkat tinggi?
Masih bisa.
KIEEEEEHHKK!!!
Seekor Pterosaurus melesat hendak menggigitku. Aku langsung menghentikan tubuhku di udara sekejap, lalu mencabut Aether Blade. Tubuhku berputar 720 derajat, membelah leher monster itu dalam satu tebasan. Begitu kepala bangkainya lewat di bawahku, aku menginjaknya dan melompat miring.
Seekor Pterosaurus lain menukik dengan paruh terbuka.
Fuwook!
Mengendarai arus badai, aku menahan napas dan menusukkan Aether Blade ke dalam paruhnya.
“Graaah!”
Karena pusat gravitasiku kacau, sulit sekali menekan pedangnya.
Tchuk!!
Meski mengumpat dalam hati, aku tetap berhasil membelah tubuh Pterosaurus itu menjadi dua bagian.
Kalau saja aku punya Aether Buster…
Aether Buster adalah fitur khusus yang hanya ada di pedang kelas satu, energi Aether akan meledak dari dalam bilah begitu dimasukkan.
Sayangnya, aku tidak punya itu.
Tapi sisi baiknya: aku punya pedang kelas dua yang sudah kubuka seluruh fiturnya, dan dengan itu aku bisa mencincang Pterosaurus satu per satu tanpa banyak hambatan.
Normalnya, manusia tidak bisa bergerak seperti ini di udara. Bahkan Superhuman pun memiliki batas.
Tapi kalau pembatas itu sedikit saja berkurang, para Superhuman tipe Kekuatan bisa bertempur di udara dengan sangat efektif.
Jika bisa bertarung jarak dekat di udara tanpa batas?
Kemungkinannya tak terhingga…
Kalau ada monster yang bisa terbang sambil menyerang jarak jauh, itu baru masalah.
Untungnya, tidak ada.
Kukerjakan bagianku: menyapu Pterosaurus yang berada paling dekat denganku.
Superhuman di belakang bisa mengurus yang jauh dengan tembakan jarak jauh.
Setelah menebas sepuluh ekor berturut-turut dan menginjak tubuh mereka sebagai pijakan, aku akhirnya mencapai tebing batu paling bawah.
Kuung!!
Begitu kakiku menyentuh dinding tebing, seekor rock giant(raksasa batu) lebih kecil dari yang biasa, muncul dan menyerangku. Aku segera melompat mundur dan naik ke udara lagi, menggunakan kepala Pterosaurus sebagai pijakan berikutnya.
Kali ini, aku mengayunkan pedang dan memutar ujung Aether Blade ke arah leher raksasa itu.
Terkesan seperti tebasan asal-asalan, tapi raksasa itu langsung terbelah menjadi tiga bagian.
Heh…
Baru kusadari, angin ikut memperkuat setiap tebasan.
Seranganku jadi jauh lebih kuat.
Aku melirik ke bawah. Para ketua tim dengan stamina yang luar biasa, mengejar di belakangku.
Mereka, tidak seperti aku yang lemah dalam hal kekuatan fisik, bisa menjangkau jarak lompatan panjang hanya dalam satu kali hentakan.
Lebih jauh lagi, para Superhuman lain mengikuti para ketua tim sambil menembaki Pterosaurus dari kejauhan.
Tugasku tinggal membereskan yang berada tepat di depanku.
Sudah jelas: aku tak punya kemampuan jarak jauh.
Sementara aku yang paling cocok untuk pertarungan jarak dekat di udara seperti ini, tipe Psikis yang lambat dan tipe Kekuatan yang kurang fleksibel akan kesulitan bertahan.
WHIEEEE—!!
Di tengah badai yang meraung, aku “berlari” di udara, terhanyut dalam ritme badai seperti pelari maraton yang kehilangan rasa lelah.
Bedanya, aku harus menghindari bebatuan yang beterbangan dan patukan Pterosaurus setiap beberapa detik.
Kalau aku menjaga tempo dan tidak berhenti, aku pasti akan mencapai tujuanku.
***
Di luar Great Rift, di barak komando.
Park Seong-ho menggumam, “Ini nggak masuk akal…”
Seseorang di sampingnya mengangguk, wajahnya sama terkejutnya.
Para veteran yang sudah bertahun-tahun bekerja dengan para Psikis pun tercengang.
Komandan Tim 7… benar-benar di luar dugaan semua orang.
Ada banyak Psikis yang bisa terbang. Para S-Rank, atau yang punya kemampuan khusus terbang, atau yang menciptakan efek levitasi dengan trik tertentu.
Tapi komandan Tim 7 ini, Yoo Seodam
tidak punya kemampuan terbang.
Semua orang tahu itu.
Dia hanya punya kemampuan mobilitas yang membuatnya bisa bergerak “seperti angin”.
Itu tidak sama dengan terbang.
Awalnya, ketika dia bilang akan memimpin barisan di depan, semua orang ragu.
Orang yang katanya “F-Rank tak berguna” itu sekarang melayang melawan badai… lebih baik daripada banyak Superhuman yang bisa benar-benar terbang.
Dengan memanfaatkan batu-batu beterbangan dan tubuh Pterosaurus, dia tampak seperti sedang terbang dengan setengah kekuatan seorang A-Rank.
Tidak ada yang bisa terbang secepat itu.
Tidak ada yang bisa mengubah arah secepat itu di udara.
Tapi dia melakukannya.
Seolah semua permukaan batu, monster, apa pun adalah pijakan baginya.
Dan semua orang bertanya-tanya:
“Kemampuan apa yang dia miliki, sebenarnya?”
Gerakannya bukan seperti ilmu pedang modern yang efisien dan tanpa ornamen, tapi lebih seperti tarian lembut, mengalir, indah.
Namun, sangat kuat dan cepat berlipat-lipat dari seharusnya.
Padahal tubuhnya tidak kuat-kuat amat…
Biasanya, seseorang dengan kekuatan fisik murni bisa mengontrol tubuhnya dan gerakan kecilnya lebih baik.
Dengan itu, mereka bisa memperkuat serangan berkali-kali lipat.
Tapi Yoo Seodam… tidak punya kekuatan seperti itu.
Kekurangan itu dia tutupi dengan badai dan teknik pedangnya yang aneh.
“Tim Darat! Lawan Rock Giant!”
0 komentar:
Posting Komentar