Chapter 58

 ‘Ini nggak akan mudah.’

Pikiran itu terlintas di kepalaku.

‘Apa dia beregresi sampai titik ini?’

Plotnya jelas menyebutkan bahwa Adonen memiliki skill regresi. Karena itu, awalnya aku mengira misi ini akan selesai begitu aku membunuhnya. Namun, aku melewatkan satu fakta yang sangat krusial.

Di dunia ini, ada terlalu banyak jenis ‘regresi’.

〈Harap berhati-hati.〉

〈‘Regresi’ milik protagonis diperkirakan bertipe infinite loop.〉

‘…Loop?’

〈Artinya, meskipun dia mati, dia akan terus hidup dengan memutar balik waktu tanpa batas.〉

‘Apa!?’

Aku bisa merasakan wajahku mengeras, sementara Adonen berjalan mendekat sambil mengayunkan pedangnya dengan santai.

Jadi itu alasannya kenapa dia dengan berani memblokir jalanan dan mencari ribut dengan semua orang di sekitarnya. Dia sedang mencari pendekar kuat yang bisa membunuhnya lalu dia akan beregresi dan menggunakan Swordsmanship Robbing untuk mencuri kemampuan mereka.

Adonen akan terus mengambil ilmu pedang orang lain dengan cara mati berulang kali.

Di dunia di mana pedang adalah segalanya, kemampuan untuk mencuri ilmu pedang orang lain sama saja dengan menjadi predator di atas para predator.

‘Jadi ini infinite loop….’

〈Infinite loop juga topik yang cukup populer akhir-akhir ini.〉

〈Apa kamu belum pernah dengar?〉

‘Pernah sih…. Itu yang Black Hole of Love, kan?’

〈Itu film dari lebih dari setengah abad yang lalu…〉

Belakangan ini, aku memang cukup serius mempelajari tren dan klise seperti regresi, reinkarnasi, possession, dan genre-genre lain karena para protagonis yang kuburu hampir selalu mengikuti pola-pola itu.

Di masa mudaku, aku tidak sempat mengikuti tren semacam itu. Tak lama setelah masuk SMP, aku terbangun sebagai Hunter dan langsung dikirim ke medan perang selama enam belas tahun. Dalam rentang waktu itu, aku menghabiskan hampir seluruh hidupku di dungeon atau di gym, kecuali saat tidur. Aku tak punya waktu menonton film atau membaca novel.

Tentu saja, semua itu hanyalah alasan.

Kalau saja aku sedikit lebih berhati-hati dan meluangkan waktu untuk mengamatinya, aku pasti sudah menyadari bahwa regresinya bertipe infinite loop.

Ini jelas kesalahanku.

Sepanjang hidupku, aku selalu bertindak seperti tikus yang terpojok, mati-matian melawan kucing yang ingin memakannya. Tapi untuk pertama kalinya, aku merasa seolah akulah si kucing. Dan aku lupa satu hal penting: di dunia ini, bukan cuma ada kucing. Ada serigala. Ada harimau.

〈Tidak apa-apa.〉

〈Berbeda dengan infinite loop di film atau novel, infinite loop di dunia nyata selalu punya kelemahan.〉

〈Kamu hanya perlu menemukannya.〉

‘…Kau benar. Terima kasih. Tapi, rasanya akhir-akhir ini kau jadi jauh lebih ramah. Kenapa?’

〈Aku memang selalu ramah.〉

Saat aku masih berdiri diam, Adonen berbicara.

“Apa? Kau nggak datang? Kalau dipikir-pikir, ini aneh. Apa kau punya dendam padaku? Aku jadi penasaran kenapa kau membunuhku secepat itu.”

Meski dia bertanya-tanya, aku tak merasa perlu menjawab atau memberi tahu bahwa aku memiliki ingatan sebelum regresi.

“Omong kosong apa yang kau bicarakan?”

“Hm… ya sudahlah. Sepertinya alasanmu membunuhku bukan karena aku menghalangi jalan.”

Begitu kalimatnya selesai, Adonen langsung menerjang.

Secara refleks, aku hampir saja mengangkat Ether Blade untuk melawannya.

‘Kalau aku mengayunkan pedang, apa dia akan menganalisis lintasan seranganku?’

Aku tak bisa sepenuhnya menahan diri dari menggunakan Ether Blade. Namun, aku masih punya banyak senjata lain untuk menutupi kebutuhan bertarung dengan pedang.

Fwoosh!

“Apa-apaan ini?”

Dengan magic, aku menurunkan titik gesek tanah hingga licin seperti es. Akibatnya, Adonen yang menerjang ke arahku terpeleset dan terjatuh.

Lalu, aku mengeluarkan beberapa granat dari inventory dan mengangkat tanganku ke udara. Granat-granat di tanganku menyebar dan mulai melayang di sekeliling tubuhku.

Magic anginku belum cukup kuat. Aku hanya bisa menggerakkan granat yang paling ringan. Tapi itu sudah lebih dari cukup.

Beep! Beep! Beep!

Boom!!!

Aku menarik pin dan melempar granat-granat itu ke arah Adonen satu per satu. Aku menggunakan semuanya dengan perhitungan seefisien mungkin. Tak peduli seberapa kuat satu granat, tetap saja tidak cukup untuk membunuh musuh level 51.

Boom! Boom! Boom!

Ledakan bertubi-tubi terjadi. Rangkaian ledakan itu memutus jalur antara aku dan Adonen.

Lalu, aku mengeluarkan Mega Shooter dari inventory dan melompat.

Magic jumping trampoline yang terpasang di tanah melalui pot bungah membantuku melompat lebih tinggi. Begitu mendarat di atap salah satu bangunan, aku langsung membidik Adonen dan menarik pelatuk Mega Shooter.

Mega Shooter tidak bisa ditembakkan secara terus-menerus. Aku hanya punya tiga peluru.

“Orang gila ini….”

Aku tak mungkin membunuh Adonen hanya dengan Mega Shooter. Lagipula, aku sangat tidak suka harus melakukan semua hal merepotkan ini padahal aku bisa membunuhnya hanya dengan beberapa tebasan Ether Blade.

Tapi tetap saja, itu lebih baik daripada dicuri kemampuannya oleh skill miliknya.

Di saat-saat seperti ini, aku benar-benar bersyukur karena aku punya magic dan teknologi selain ilmu pedang.

Aku memasang peluru Shield Breaker ke Mega Shooter dan menembak.

Fwoosh!!

Boom!!!

“Keuk.”

Peluru Shield Breaker langsung menyebarkan mana di sekitar tubuh Adonen saat mengenainya. Mana yang tersebar itu akan segera menyatu kembali, tapi celah singkat itu sudah cukup.

Aku langsung menerjang ke arah Adonen, menargetkan celah tersebut.

Seuk!

Di dahinya, muncul tanda Ether Radiant.

Aku menendang perutnya hingga dia terhempas telentang, lalu menarik pelatuk.

Bang! Bang!

Bersamaan dengan suara tembakan keras, pesan baru muncul di pikiranku.

Jiing!

[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 18 Februari tahun 712, waktu 19:13]

[…..Garis dunia mulai terdistorsi.]

[Skill ‘Protagonist Hunter Lv. 3’ aktif untuk mendeteksi perubahan garis dunia.]

[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Designated Return (URS)’ dan kembali ke 11 jam 1 menit yang lalu.]

[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 18 Februari tahun 712, waktu 08:13…]

Jikjik!

[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 18 Februari tahun 712, waktu 19:14]

[Berpindah ke Garis Dunia A74.]

Setidaknya… dia mati.

Namun, belakangan aku menyadari bahwa itu bukan langkah yang tepat.

[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Swordsmanship Robbing (SS)’.]

[Swordsmanship Robbing (SS): Menganalisis dan mengidentifikasi ilmu pedang orang yang membunuhnya, lalu menjadikannya milik sendiri.]

[Kemajuan: 2.80%]

Meski aku sama sekali tidak menggunakan Ether Blade, progres Adonen tetap naik, meskipun hanya sedikit.

Dan lebih parahnya lagi…

[Protagonis Adonen telah mengaktifkan skill ‘Pattern Analysis (A)’.]

[Tubuhnya akan perlahan beradaptasi terhadap serangan musuh.]

Sepertinya skill Pattern Analysis milik Adonen tidak terbatas pada ilmu pedang saja, tapi juga berlaku untuk jenis serangan lainnya.

“Huh… Aku nggak menyangka kau akan memakai magic. Tapi sekarang aku sudah tahu. Aku akan mencurinya juga! Sekarang, mati!”

Protagonis itu kembali menyerangku.

Aku melawannya dengan jenis senjata yang sama seperti sebelumnya.

Dan aku membunuhnya… sekali lagi.

[Berpindah ke Garis Dunia A75]

***

Aku membunuhnya.

Aku membunuhnya lagi.

Aku membunuhnya berkali-kali.

Sistem dengan jelas mengatakan bahwa ada cara untuk membunuh protagonis yang memiliki kekuatan Infinite Loop. Jadi, pada awalnya aku menyusun strategi sederhana: membunuhnya terus sampai dia beregresi menjadi bayi.

Namun

[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Designated Return (URS)’ dan kembali ke 11 jam 1 menit yang lalu.]

[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 18 Februari tahun 712, waktu 08:13…]

Jikjik!

[Tanggal saat ini……]

Titik kembali dari regresi Adonen ternyata tetap.

[18 Februari tahun 712, pukul 08:13 pagi.]

Setiap kali dia mati, Adonen selalu kembali ke waktu yang sama persis. Dan setiap kali dia mati, jarak waktu kontak antara kami justru semakin menjauh.

‘Apa aku harus menangkapnya lalu membesarkannya sampai dia cukup tua untuk mati secara alami?’

Aku memang bisa memotong anggota tubuhnya dan menyumpal mulutnya agar dia tak bisa bunuh diri, tapi….

Membesarkannya berarti aku harus memberinya makan. Itu sama sekali bukan rencana yang masuk akal, karena begitu dia membuka mulut untuk makan, dia pasti akan langsung menggigitku.

Selain itu, karena skill Pattern Analyzing-nya, dia semakin mampu membaca seranganku dengan sempurna. Itu membuatnya semakin sulit untuk ditangani.

Tentu saja, akan jauh lebih mudah menghadapinya jika aku menggunakan senjata yang benar-benar asing baginya.

[Berpindah ke Garis Dunia A98.]

Tapi kalau begitu, tidak akan ada alasan bagiku untuk terus memburunya berulang kali(?)

[Berpindah ke Garis Dunia A99.]

“Bangsat. Kau sama sekali tidak berguna untuk pertumbuhanku.”

Begitu saja, aku sudah membunuhnya lebih dari dua puluh kali dan kini berpindah ke Garis Dunia ke-99.

‘Adonen juga kelelahan secara mental.’

Namun, itu tidak terlalu berarti.

Karena aku juga mulai kelelahan.

Berbeda dengan Adonen yang selalu mendapat waktu istirahat setiap interval sebelas jam, aku harus terus-menerus melawannya tanpa henti. Karena itu, aku akhirnya mengeluarkan Ether Blade lagi. Aku sudah terlalu lelah sampai tak peduli lagi pada skill Sword Robbing-nya.

Namun, tubuh ini yang telah hidup di medan perang lebih dari sepuluh tahun, tidak akan runtuh semudah itu.

[Berpindah ke Garis Dunia A100.]

Dan sekarang, aku telah memasuki Garis Dunia ke-100.

….

….

….

“Dia… tidak datang?”

Adonen tidak lagi mencariku.

***

Hari berikutnya tiba.

Aku tidak bisa menyewa kamar karena tidak memiliki mata uang dunia ini. Aku mengeluarkan sepotong roti dari inventory dan memakannya. Setidaknya, aku masih punya sesuatu untuk dimakan meskipun jadi gelandangan.

[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 19 Februari tahun 712, waktu 07:19.]

Langit masih gelap. Sepertinya waktu matahari terbit di dunia ini satu jam lebih lambat dibandingkan Bumi.

Dari tatapan Adonen setiap kali kami bertarung, aku sempat berpikir dia akan muncul kapan saja. Namun, sepanjang malam, dia sama sekali tidak datang. Mungkin dia menyimpulkan bahwa bertarung denganku tidak banyak membantunya, karena aku jarang menggunakan Ether Blade.

Memiliki cukup waktu untuk berpikir sendirian adalah hal yang baik. Masalahnya, aku tetap belum menemukan petunjuk yang jelas tentang bagaimana cara membunuh seseorang dengan kemampuan regresi tak terbatas.

Sejak awal… apa mungkin membunuhnya secara fisik?

‘Kekuatan mentalnya tidak terlalu kuat…’

Dengan pikiran itu di kepalaku, aku menuju pusat kota.

Dan di sana, aku melihat Adonen sedang menantang seorang pendekar wanita bertubuh tinggi, tingginya mungkin sekitar 180 cm.

“Gila… bajingan itu benar-benar aktif tanpa tujuan.”

Tang! Tang!

Protagonis level 51, Adonen, melawan pendekar wanita itu.

Ini bukan pertarungan. Ini pemukulan sepihak.

Pendekar wanita itu terlalu kuat bagi Adonen.

Hanya dengan menggoyangkan pedangnya ringan menggunakan satu tangan, Adonen langsung terhempas ke tanah. Namun, setiap kali itu terjadi, Adonen selalu bangkit dan kembali menerjang. Seolah-olah dia sedang meminta wanita itu untuk membunuhnya.

Bagiku, yang tahu skill miliknya, semua ini terlihat sangat jelas. Tapi bagi sang pendekar wanita, hal itu sama sekali tidak masuk akal.

“Kau lemah. Latih dirimu lebih keras, lalu datanglah lagi saat kau sudah lebih kuat.”

Sejak awal, terlihat jelas bahwa dia tidak berniat membunuh pemula seperti Adonen. Dia bahkan menggunakan sisi pedang untuk menampar pipi Adonen yang kembali menerjang.

“Keuk.”

Adonen terlempar dan menghantam tanah. Mungkin karena benturan itu, dia tak bisa langsung bangun. Dia terengah-engah di lantai.

Namun, ekspresi wajah pendekar wanita itu tiba-tiba mengeras.

[Karakter pendukung Misclean mengaktifkan skill ‘Strong Sword of Blood (SS)’.]

“Kau punya kehendak yang sangat kuat.”

“Hook… hok…”

Matahari telah terbit tinggi di langit.

[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 19 Februari tahun 712, waktu 08:49.]

Adonen tertawa tanpa suara sambil menatap matahari yang terbit.

Dan tiba-tiba

Dia melompat ke arah pendekar wanita itu.

Swoosh!

……Tenggorokannya teriris.

Dia mati.

Melihat pemandangan itu, aku hanya bisa menggelengkan kepala.

‘Sepertinya aku harus menunggu satu hari lagi untuk bertemu dengannya.’

[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Designated Return (URS)’ dan kembali ke 0 jam 1 menit yang lalu.]

Adonen beregresi sekali lagi.

[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 19 Februari tahun 712, waktu 08:49…]

Ting!

[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 19 Februari tahun 712, waktu 08:50.]

“……Hm?”

Ada yang tidak beres….

Tanggal 19? Bukan 18?

Saat aku tersadar sepenuhnya, duel itu terulang lagi.

Adegan di mana Adonen berlari menuju Misclean.

Tenggorokannya kembali teriris oleh Misclean.

[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Designated Return (URS)’ dan kembali ke 0 jam 1 menit yang lalu.]

[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Swordsmanship Robbing (SS)’.]

[Kemajuan: 3.97%]

Dia berlari lagi.

Dia mati lagi.

[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Designated Return (URS)’ dan kembali ke 0 jam 2 menit yang lalu.]

[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Swordsmanship Robbing (SS)’.]

[Kemajuan: 4.13%]

Dia berlari lagi…

Dia mati lagi…

[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Designated Return (URS)’ dan kembali ke 0 jam 7 menit yang lalu.]

[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Swordsmanship Robbing (SS)’.]

[Kemajuan: 5.79%]

Adonen menerjang lalu Misclean mengiris tenggorokannya.

Adegan itu terulang puluhan kali hanya dalam hitungan menit.

Di satu sisi, ada protagonis dengan skill regresi yang semakin kuat setiap kali mati. Dia mampu bertarung dalam pertempuran yang berkepanjangan.

Di sisi lain, ada karakter pendukung yang justru kehilangan kekuatannya setiap kali membunuh protagonis.

“Apa-apaan ini….”

Misclean tampak kelelahan. Ilmu pedangnya melambat drastis. Gerakan pedang yang tadinya seringan bulu kini terasa kaku seperti batang besi.

Dia mencoba mengayunkan pedangnya sekuat tenaga, tapi jelas terlihat bahwa gerakannya melambat. Seolah-olah dia perlahan mulai lupa bagaimana cara menggunakan pedang.

[Berpindah ke Garis Dunia A134.]

Seiring berjalannya waktu, tubuh Misclean entah kenapa menjadi semakin pendek, dan otot-ototnya perlahan menghilang. Sebaliknya, otot Adonen justru tumbuh jauh lebih besar dari sebelumnya.

Situasi ini adalah hasil dari koreksi protagonis.

Karakter pendukung Misclean kemungkinan adalah salah satu karakter terkuat di dunia ini.

Dan Adonen yang kebetulan bertemu dengan karakter sekuat itu, tumbuh dengan kecepatan luar biasa dengan mencuri kekuatan karakter pendukung tersebut.

Jika keadaan ini terus berlanjut, Adonen pasti akan mengungguli Misclean. Dan setelah seratus putaran, pemenangnya akan ditentukan.

‘Tapi… aku tidak akan membiarkannya terjadi.’

Aku bangkit dari tempat dudukku dan memasukkan peluru ke dalam Mega Shooter.

Kelemahan dari regresi tipe Loop sudah berhasil kuidentifikasi.

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram