Itu adalah dunia di mana pedang menguasai segalanya.
Pedang adalah hukum.
Misclean, yang terlahir dengan bakat pedang, di dunia seperti itu hanya bisa dibilang sebagai orang yang diberkati. Ia berusia empat tahun saat pertama kali menggenggam pedang. Hal pertama yang ia pelajari bukanlah seni, bukan pula keindahan, melainkan cara membunuh manusia lain.
Bagi Misclean, itu adalah hal yang sangat sederhana.
Yang perlu ia lakukan hanyalah memprediksi, menghindar, lalu membalas serangan lawan.
Metode itu selalu berhasil.
Bahkan terhadap orang dewasa sekalipun.
‘Kenapa mereka tidak bisa melakukan ini?’
Gurunya pernah berkata padanya, “Menghindar dan membalas bukanlah hal yang mudah.”
Namun bagi Misclean, itu benar-benar mudah.
‘Ada apa ini?’
Adonen, pria yang terus menyerangnya dengan longsword, berhasil menghindari serangannya dengan merunduk. Serangannya sama sekali tidak ceroboh. Itu adalah serangan yang diperkuat oleh pengalaman, insting, dan perhitungan matang. Dengan level kemampuan Adonen, mustahil baginya untuk menghindari serangan itu.
Namun dia menghindarinya, seolah-olah dia bisa melihat masa depan.
'Apa dia tahu apa yang akan kulakukan dan menghindarinya lebih dulu?'
Saat dia berhasil menghindari tiga tebasan pertama, Misclean mengira itu hanya kebetulan.
Saat dia menghindari lebih dari lima serangan, Misclean mulai mengakui bahwa dia adalah pendekar yang terampil.
Saat jumlahnya mencapai sepuluh, kepanikan mulai muncul.
Dan ketika mencapai dua puluh
Yang tersisa hanyalah kebingungan.
‘Pedangku… terasa berat.’
Rasanya seperti… melawan bola salju kecil di tengah badai salju. Biasanya, bola salju sekecil itu akan hancur hanya dengan satu sentuhan. Namun kali ini, ia justru membesar tanpa kendali karena terus menggelinding dari puncak lereng di tengah badai.
Tubuh Misclean semakin terasa berat seiring berjalannya waktu. Seolah-olah pergelangan kakinya tenggelam di dalam salju. Sebaliknya, serangan Adonen semakin kuat dan semakin tajam.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Misclean bertemu dengan tembok yang terasa mustahil untuk didaki. Dan untuk pertama kalinya pula, ia merasakan rasa takut terhadap seseorang.
‘Aku harus membunuhnya sekarang!’
Yang tidak ia ketahui adalah setiap kali ia mengayunkan pedangnya, Adonen mati.
Dia bahkan tidak mampu menghindari satu serangan pun dengan sempurna. Jarak kemampuan mereka sebenarnya sejauh itu. Namun kemampuan Adonen membuatnya tidak mati oleh serangan yang sama dua kali.
‘Serangan kiri atas, tebasan diagonal.’
Mati dan beregresi.
‘Kiri atas, tebasan diagonal lalu tusukan ke perut.’
Mati dan beregresi.
‘Kiri atas, tebasan diagonal lalu tusukan ke perut.’
Mati dan beregresi.
‘Kiri atas, tebasan diagonal. Setelah tusukan ke perut, dia akan melompat lalu menyapu lebar.’
Mati dan beregresi.
‘Kiri atas, tebasan diagonal…’
Mati dan beregresi.
Adonen menghafal pola serangannya dan menghindarinya. Serangan yang dulu merupakan one-hit kill kini berhasil dihindari di timeline berikutnya. Serangannya selalu sama. Tidak ada perubahan sama sekali.
Jika seseorang melakukan hal yang sama, maka orang lain pun tidak punya pilihan selain melakukan hal yang sama. Tak peduli seberapa banyak garis dunia berubah, itu adalah alur yang sudah ditetapkan, takdir.
‘Seperti dugaan, waktu sekitar matahari terbit adalah yang paling nyaman.’
Faktanya, sang infinite regressor, Adonen, tidak menjalani hari yang sama berulang-ulang. Checkpoint regresinya akan di-reset setiap sekitar matahari terbit. Dan waktu itu adalah waktu paling ideal baginya untuk bertarung melawan pendekar yang lebih kuat.
Karena mulai dari waktu makan siang, jika dia mati dan beregresi, ingatannya akan menjadi kabur. Dia juga akan melupakan pola serangan lawannya dan mengalami tekanan mental karena harus menunggu terlalu lama.
Menghafal pola serangan musuh jauh lebih mudah jika dia mati dan mengulang setiap satu menit atau lebih. Dengan begitu, dia bisa mencuri kekuatan lawannya tanpa harus menunggu lama.
Sudah 39 kali sejak kematian pertamanya.
Sesaat sebelum kematian ke-40-nya, sang penembak jitu yang berdiri jauh dari mereka mulai merenung.
‘Siapa yang harus kutembak, ya?’
Tak peduli siapa yang dipilih Yoo Seodam, pada akhirnya tidak akan ada yang benar-benar mati. Jika dia memilih Adonen dan gagal membunuhnya, maka Misclean akan membunuh Adonen dan kekuatannya akan kembali dicuri.
‘Kalau begitu…’
Yoo Seodam mengarahkan senjatanya ke pedang Misclean.
Jaraknya cukup jauh. Menembak pedangnya dari jarak sejauh ini jelas bukan hal mudah.
Adonen pasti sedang menghafal serangan Misclean sambil mengulang momen ini berkali-kali.
Infinite regression tampaknya tidak memiliki kelemahan yang jelas. Namun, ketika ada seseorang yang juga bisa merasakan pergerakan garis dunia, ceritanya akan berubah.
Adonen melakukan percobaan ke-40 melawan Misclean.
‘Kiri atas, tebasan diagonal… lalu tusukan di dekat telinga kanan, kemudian tusukan lurus!’
Serangan itu telah terulang empat puluh kali. Serangan Misclean tidak berubah. Karena itu, dia telah merencanakan pergerakannya sejak awal.
Namun
Taang!
Suara menggelegar terdengar dari kejauhan, dan pada saat yang sama, serangan Misclean berubah.
‘Apa?!’
Ini adalah kejadian yang belum pernah terjadi dalam empat puluh kematian di tangan Misclean, bahkan juga belum pernah terjadi dalam lebih dari seratus regresi sebelumnya.
‘Masa depan… berubah?’
Serangan Misclean terpaksa berubah arah setelah menerima benturan dari sesuatu yang tidak diketahui. Dan Adonen terpaksa menghindarinya tanpa memiliki ingatan sebelumnya. Karena itulah, sebuah celah tercipta.
Dalam sekejap mata, penembak jitu itu menembakkan peluru lain ke dahi Adonen.
Ta-ang!
“Kuaaaaaaghh!”
Peluru itu dilapisi magic kejutan listrik.
‘Sialan… siapa sebenarnya..!’
Adonen berlutut. Matanya yang gemetar menatap Misclean. Jelas, kejadian ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Misclean juga terkejut, namun dia mengangkat pedangnya untuk menghabisi Adonen yang terhuyung.
Pandangan Adonen mulai kabur. Tepat sebelum kesadarannya sepenuhnya menghilang, dia melihat seseorang mendekati Misclean dan menahan bahunya untuk menghentikan ayunan pedang itu.
Itulah hal terakhir yang ia lihat.
Dan dengan begitu, hari baru Adonen pun berakhir.
Saat akhirnya dia sadar, langit sudah gelap. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya.
‘Apa yang terjadi?’
Adonen memutar kepalanya dan melihat sekeliling. Jelas dia sudah berada di luar kota, tidak ada apa pun di sekitarnya.
Dia mencoba menggerakkan tangannya, tapi sia-sia.
Tangannya terikat.
‘Siapa yang melakukan ini padaku…’
Situasi ini adalah yang terburuk. Tidak ada yang lebih buruk daripada tertangkap oleh musuh tanpa mati. Karena itu, dia mencoba menggigit lidahnya untuk beregresi dan memulai ulang.
Namun sial baginya
Sudah ada penyumpal di dalam mulutnya.
“Kau tahu tidak?”
“……!”
Sebuah suara terdengar dari depan.
‘Orang itu…’
Tidak mungkin Adonen melupakan wajah itu. Pria yang telah membunuhnya berkali-kali. Namun anehnya, meskipun sudah mati puluhan kali, dia tak pernah bisa mencuri ilmu pedangnya.
“Manusia tidak mati hanya karena mereka sengaja berhenti bernapas. Aku penasaran, apa benar menggigit lidah sendiri adalah cara yang tepat.”
“……”
“Dengan kata lain, kau tidak bisa mati hanya karena kau ingin mati.”
Yoo Seodam lalu melirik jam tangannya.
“Sekarang pukul 8.45. Tepat tiga menit sebelum matahari terbit.”
‘Lalu kenapa?’
“……Ini juga waktu di mana checkpoint-mu diperbarui.”
“……!”
Adonen ingin bertanya bagaimana dia bisa tahu hal itu. Namun penyumpal di mulutnya mencegahnya mengucapkan sepatah kata pun.
Tak lama kemudian, dia mendengar langkah kaki lain mendekat.
Itu adalah langkah Misclean.
Musuh yang kekuatannya telah ia curi.
“Dia kurang lebih tahu apa yang kau lakukan padanya. Yah… agak sulit menjelaskan bahwa kau mencuri kekuatannya. Siapa sih yang mau percaya soal regresi? Jadi aku bilang padanya bahwa hanya melalui pemurnian dia bisa mendapatkan kembali kekuatannya.”
Misclean mendekat ke arah Adonen yang terikat. Dia sangat ingin memprovokasi wanita itu agar membunuhnya dengan berkata, ‘Aku akan membunuhmu nanti.’ Tapi yah… dia tidak bisa.
“Tinggal satu menit.”
“……..!”
'Ayo berpikir!'
Dia harus membalikkan situasi ini dengan cara apa pun. Jika matahari terbit sementara dia masih dalam keadaan seperti ini, maka……
Dia tidak akan bisa membunuh dirinya sendiri. Setelah terus-menerus kembali dan mencuri kekuatan orang lain, dia menjadi semakin kuat.
Namun, belenggu itu bisa dipatahkan setelah siklus ke-50.
Setelah itu, Yoo Seodam menuangkan cairan ke atas kepala Adonen.
“Kau tahu apa hal paling menyakitkan yang bisa dirasakan tubuh manusia?”
Cairan yang dia tuangkan adalah minyak.
“Itu adalah luka bakar tingkat empat.”
Yoo Seodam melemparkan kaleng minyak setelah isinya habis. Lalu dia menatap langit. Cahaya fajar yang samar menyinari mereka. Hari baru pun dimulai.
“Matahari terbit.”
Di saat yang sama, Misclean melemparkan korek api ke arah Adonen.
Fwoosh!
Api yang menyala jauh lebih terang daripada cahaya fajar. Checkpoint regresi pun telah ditetapkan.
***
[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 20 Februari Tahun 712 | Waktu saat ini: 08:53]
[…… Garis dunia mulai terdistorsi.]
[Skill ‘Protagonist Hunter Lv. 3’ diaktifkan untuk mendeteksi perubahan pada garis dunia.]
[Protagonis Adonen mengaktifkan skill ‘Designated Return (URS)’ dan kembali ke 0 jam 5 menit sebelumnya.]
[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 20 Februari Tahun 712 | Waktu saat ini: 08:49]
Ting!
[Tanggal saat ini: Kalender Kekaisaran, 20 Februari Tahun 712 | Waktu saat ini: 08:53]
[Berpindah ke garis dunia A140.]
[Berpindah ke garis dunia A141.]
[Berpindah ke garis dunia A142.]
……
……
[Berpindah ke garis dunia A9871.]
Yoo Seodam hanya membutuhkan sekejap mata untuk menghancurkan pikiran Adonen.
Dengan korek api di tangannya, dia menyaksikan Adonen mati berulang kali. Angkanya terus meningkat, dari ribuan menjadi puluhan ribu.
Jika harus membunuh seseorang, Yoo Seodam sebenarnya lebih suka melakukannya dengan bersih. Dia tidak merasakan kesenangan dari menyiksa mangsanya. Namun kali ini, dia tidak keberatan. Karena inilah satu-satunya cara untuk membunuh musuhnya.
“Kau sudah mulai terbiasa, ya?”
[Berpindah ke garis dunia A19371.]
Tangisan Adonen perlahan menghilang seiring setiap regresi. Tidak ada lagi cahaya kehidupan di matanya. Namun Yoo Seodam masih bisa merasakan tatapan Adonen yang tertuju padanya.
“Aku bosan melihatmu terbakar. Bagaimana kalau selanjutnya kita menikmati air?”
Saat Yoo Seodam memberi isyarat, Misclean menendang tubuh Adonen ke sungai tepat di belakangnya. Dia pasti akan merasa senang, sesaat saja… benar-benar sesaat.
(Catatan penerjemah: Rupanya dua paragraf ini sempat terlewat di terjemahan awal.)
Dalam ingatan Misclean, dia hanya akan mengingat bahwa dirinya menendang Adonen sekali. Namun bagi Adonen, satu tendangan itu terulang tak terhitung kali, saat dia tenggelam di sungai.
[Berpindah ke garis dunia A30789.]
Apa yang dirasakan Adonen sekarang adalah rasa sakit mengerikan dari api yang membakar tubuhnya, ditambah dengan pengulangan tanpa akhir dari kematian karena kehabisan napas.
Yoo Seodam tahu, jika rasa sakit yang sama diulang terlalu banyak kali, manusia bisa mulai menyesuaikan diri.
[Berpindah ke garis dunia A48921.]
Sejak bertemu Adonen, ada satu hal yang selalu membuat Yoo Seodam penasaran.
Berapa kali seorang regressor yang menolak kematian bisa memutar kembali waktu dan bangkit dari kematian?
Apa mungkin untuk hidup abadi?
Dan jika seorang regressor mati karena usia tua, apa dia akan kembali ke hari kematiannya dan mengulang hari itu lagi?
Regresi hanya terbatas pada kematian fisik. Misalnya terbakar, mati karena usia tua, atau dipenggal.
Namun jika seseorang terus mati dan menghadapi kematian berulang kali, maka kekuatan mental manusia atau dengan kata lain, jiwa akan terkuras.
Kematian semacam itu bukanlah kematian fisik, melainkan kematian mental.
[Berpindah ke garis dunia A74123.]
Yoo Seodam hanya membutuhkan 10 hingga 15 menit untuk setiap siklus regresi. Waktunya bahkan lebih singkat daripada jam istirahat makan siang di sekolah.
[Berpindah ke garis dunia A89213.]
Dalam siklus keabadian itu, jiwa sang regressor terbakar. Lebih panas dari matahari yang membara, namun lebih redup dari lilin yang hampir padam.
[Berpindah ke garis dunia A99999.]
[Anda telah berhasil memburu protagonis level 90.]
[Level Anda meningkat sebesar 4.]
[Umur Anda bertambah 900 hari.]
[Sisa umur: 4819 hari, 09 jam, 53 menit.]
[Berpindah ke garis dunia B1.]
Yoo Seodam menatap tempat di mana Adonen terbakar. Tidak ada apa pun yang tersisa di sana.
“Waktu sudah diputar balik begitu banyak kali… apa tidak apa-apa?”
<Masalah mendasar seorang regressor adalah kemampuannya memutar balik waktu dan memelintir hukum sebab-akibat.>
<Tapi berkatmu, dia tidak bisa melakukan apa pun selama hampir 100.000 kali regresi.>
<Kamu menggunakan strategi yang luar biasa.>
“Begitu ya?”
Di tempat Adonen mati, tidak terjadi apa pun yang aneh. Tidak ada lagi regresi.
[Anda telah menyerap skill ‘Concentration (S)’]
Yoo Seodam mengabaikan pesan baru itu saat melihat jiwa berwarna abu-abu melayang keluar dari abu Adonen. Beberapa saat kemudian, Yoo Seodam menoleh dan bertatapan mata dengan Misclean.
Dia terlihat gelisah karena telah membunuh seorang prajurit kuat dengan cara yang tidak melibatkan pedang.
“Pria pertama yang benar-benar bisa mengancamku dalam pertempuran… ternyata adalah seorang petarung yang memperkuat dirinya dengan magic.”
Angin meniup rambut perak Misclean. Profil sampingnya sungguh memikat. Itu adalah kecantikan yang bersinar bukan karena dia seorang wanita, melainkan karena dia kuat.
Ini hanya dugaan, tapi…
Bukankah Adonen kemungkinan besar akan menjadikannya sebagai rekan setelah menguras seluruh kekuatannya?
Masuk akal membayangkan seorang regressor yang mengetahui masa depan memaksakan kehendaknya pada Misclean setelah mencuri kekuatannya dan mengubahnya menjadi wanita lemah.
Mungkin dia tidak akan sejauh itu… kan? Tapi saat memikirkan label 'Karakter pendukung’ di samping nama Misclean, kemungkinan itu jelas ada.
Setelah kematian protagonis, kata ‘Pendukung’ menghilang dari labelnya. Kini, Misclean bisa hidup sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai karakter pendukung di dunia yang berputar di sekitar protagonis.
“Um….”
Dia mengepalkan tangannya dan berbicara padaku.
“Sepertinya magic di dalam tubuhku telah dimurnikan. Aku bisa merasakan kekuatanku perlahan kembali.”
“Oh ya?”
Namun entah kenapa, kekuatannya belum sepenuhnya kembali ke kondisi semula.
“Aku tidak sepenuhnya yakin, tapi… aku bisa merasakan ‘Sumber’ kekuatanku di dalam diriku. Dan sepertinya aku bisa mendistribusikannya ke arah yang kuinginkan.”
“Hah?”
[Misclean telah mengaktifkan skill ‘Stat Redistribution (-)’]
Tidak ada perubahan besar pada tubuhnya, kecuali tinggi badannya yang kini sedikit di bawah 170 cm. Namun, aura keseluruhannya telah berubah.
“Sejak kecil, tubuhku selalu kuat dan kokoh. Tapi aku selalu tertinggal dari orang lain dalam hal kelincahan.”
“Benarkah?”
Misclean memejamkan mata dan menggenggam pedangnya. Dia mengangkatnya ke udara lalu menebaskannya ke bawah. Semua gerakannya dilakukan dengan sangat lambat. Namun ada sesuatu yang berbeda.
Ilmu pedang lamanya berat dan penuh kekuatan. Tapi ilmu pedang barunya terasa sangat ringan, namun jauh lebih tajam dan lebih cepat dari sebelumnya.
Sebuah ilmu pedang baru telah lahir.
Misclean, yang selalu hidup dengan gaya bertarung lambat namun kuat, kini sepenuhnya meninggalkan gaya lamanya dan mengadopsi gaya yang benar-benar baru.
Itu adalah ilmu pedang yang bahkan aku tak berani melangkahi batasnya.
Ilmu pedang milik seseorang yang selalu berkuasa sebagai predator di dunia pedang.
Ilmu pedang yang bahkan seorang rendahan sepertiku tak akan berani memimpikannya.
Misclean membuka matanya. Dia tersenyum dingin dan menepuk bahuku. Meski hanya sentuhan ringan, tetap terasa sakit.
“Aku akan membalasmu karena telah mengalahkan mage itu dan mengembalikan kekuatanku.”
Lalu dia menunjuk ke ether blade yang tergantung di pinggangku.
“Aku akan mengajarimu ilmu pedang.”
Begitu katanya.
0 komentar:
Posting Komentar