Chapter 66

 Butuh waktu tepat tiga hari bagi Ye Sa-hye untuk mengundurkan diri dari jurusan hunting supporter dan menandatangani kontrak dengan Guild milik Yoo Seodam. Tiga hari itu ia habiskan untuk merapikan urusan jurusan dan keluarganya.

Ternyata, hasratnya untuk menjadi seorang Hunter jauh lebih besar dari yang ia kira. Dadanya dipenuhi ambisi dan harapan.

Beberapa dugaan sempat terlintas di benak Yoo Seodam. Jika Ye Sa-hye sejak awal bergabung dengan Dharma, dengan bakat dan semangatnya, dia pasti sudah mempelajari Mugong dengan kecepatan luar biasa dan tumbuh menjadi kekuatan besar bagi Lee Dong-joon.

Yoo Seodam merasa lega karena berhasil merekrutnya lebih dulu.

--- Kamu sudah punya tiga anggota guild?

“Iya.”

Ryu Jin-soo juga aktif membantu Yoo Seodam membangun guild-nya. Namun sampai sekarang, Yoo Seodam masih belum bisa memahami niatnya. Apa dia membantu karena urusan bisnis, atau murni karena persahabatan mereka yang sudah terjalin selama enam belas tahun?

--- Gimana urusanmu sama Wi-hoon?

“Aku nggak yakin. Kupikir hubungan kami baik-baik saja, tapi sepertinya dia nggak ngerasa begitu.”

--- Kamu harus akur sama teman-temanmu.

“Kamu ngomongin dirimu sendiri?”

--- Aku akur kok sama semua temanku.

Ryu Jin-soo memang sopan kepada siapa pun. Bahkan ada rumor dia berbicara formal kepada kucing peliharaannya di rumah. Tapi itu pun terdengar mustahil, bahkan bagi Yoo Seodam yang sudah mengenalnya selama enam belas tahun.

Bagaimanapun, memang benar bahwa Ryu Jin-soo selalu mendekati orang lain dengan sikap ramah. Namun, dia tidak pernah benar-benar menjadi dekat dengan rekan-rekannya.

Taylor sejak awal sudah enggan melihat senyum liciknya. Dan wanita yang kini aktif dengan nama ‘Helloni’ sepertinya punya kisah tersendiri dengan Ryu Jin-soo. Sementara Wi-hoon… yah, dia cuma dibutakan oleh rasa iri.

Bisa dibilang, kemampuan bersosialisasi Ryu Jin-soo itu buruk. Dia belum menyadari bahwa senyum lembut dan pujian tidak otomatis menciptakan hubungan yang baik. Kalau guild-nya bukan guild yang menjunjung ‘tradisi’, tapi harus terjun ke dunia bisnis, dia pasti sudah kena masalah besar.

--- Pokoknya, aku mau ngobrol lebih banyak soal industri peralatan. Jadi usahakan yang terbaik.

“Ada tips bagus? Misalnya cara dapet peralatan tambahan.”

--- Nggak tahu. Guild kami nggak pernah dapat dukungan dari industri itu.

“…….”

Ryu Jin-soo membangkitkan kekuatan supernya dan menghasilkan banyak uang dengan memanfaatkannya. Bahkan sekarang pun, kemungkinan besar dia punya uang lebih dari cukup sehingga tak perlu mencari sponsor dari industri peralatan.

Berbeda dengan Yoo Seodam yang masih menunggu dukungan dari luar, Ryu Jin-soo mungkin sudah punya kontrak dengan bengkel pribadi. Dalam banyak hal, guild Yoo Seodam masih jauh tertinggal dari Leyton One.

--- Ya sudah. Semoga sukses. Aku hubungi lagi kalau ada waktu buat urusan guild.

“Oke.”

Ryu Jin-soo, dalam banyak hal, adalah teman yang merepotkan dan penuh beban. Tapi tak berlebihan jika dikatakan bahwa dialah orang yang paling membantu Yoo Seodam dalam proses pendirian guild.

…Tidak, kalau dipikir-pikir, Wi-hoon justru lebih membantu.

Yoo Seodam hampir memiliki semua elemen penting untuk membangun guild. Belum lama ini, Asosiasi Hunter juga sudah memberikan persetujuan resmi.

Namun, itu bukan masalah terpenting.

“Hah? Bukannya kamu mau langsung bikin guild?”

“Tidak. Aku berencana menundanya setidaknya dua tahun.”

“Kenapa?”

“Karena aku nggak punya gedung.”

“Ah…”

Ha Sun-young tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Wajar saja, orang yang sedang merekrut anggota guild bahkan belum punya markas.

Saat Great Rift terakhir, Yoo Seodam memang mendapatkan cukup banyak uang. Tapi karena dia tak lagi bergantung pada peralatan mahal, masih ada banyak hal lain yang membutuhkan biaya besar.

Salah satu syarat terpenting bagi markas guild adalah fasilitas untuk menguji atau melatih kekuatan super secara terpisah. Mencari bangunan yang mampu menahan output kekuatan superhuman jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

“Kalau begitu, aku harus ngapain selama dua tahun?”

Inilah masalahnya.

Untuk Ye Sa-hye, Yoo Seodam bisa melatih ilmu pedangnya di Dojo lamanya. Shin Hye-ji akan tumbuh kuat dengan mewarisi Mugong ayahnya. Namun Geom-hee Ha Sun-young terikat larangan. Dia tidak bisa menggunakan Mugong sama sekali.

Tak ada apa pun yang bisa dilakukan Yoo Seodam untuknya.

“Kamu ngapain sebelumnya?”

“Aku kerja paruh waktu di warnet. Terus sempat kerja di kafe, tapi dipecat. Pelanggannya keterlaluan dan aku nggak tahan, jadi aku agak kasar. Susah banget cari makan, serius.”

“…….”

Nada bicaranya terdengar bercanda, tapi Yoo Seodam tidak bisa ikut tertawa.

Orang-orang Murim yang Mugong-nya disegel dan tak bisa memanfaatkan kemampuan mereka, katanya, banyak yang bekerja di proyek konstruksi atau pekerjaan paruh waktu. Setelah terlalu lama terpisah dari masyarakat modern, mereka kesulitan beradaptasi.

Betapa indahnya jika mereka bisa berburu menggunakan kemampuan mereka.

“Apa? Kenapa kamu menatapku begitu?”

“Aku cuma lihat biasa, kok.”

“Fiuuh…”

Ha Sun-young mengeklikkan lidahnya, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Yoo Seodam.

“Mau gimana lagi? Aku nggak mau mati cuma karena pakai Mugong untuk hal bodoh. Memang nyebelin nggak bisa pakai, tapi akhir-akhir ini… ya, masih bisa diterima.”

Saat itu, Ha Sun-young dan Yoo Seodam berada di Gimnasium Geumgang. Mereka datang untuk memeriksa ‘larangan’ miliknya. Gimnasium Geumgang adalah tempat latihan bagi superhuman dan calon Hunter. Namun hari ini, Yoo Seodam menyewa seluruh gedung.

“Aku boleh lihat larangannya langsung?”

“Tentu. Ada tato di sisi kanan, tepat di bawah tengkuk.”

Sambil berkata begitu, Ha Sun-young membuka bagian atas pakaiannya dan menurunkannya sedikit. Ia menyibakkan rambutnya ke samping, memperlihatkan garis leher putihnya dengan jelas.

Di atas kulit putih itu, terukir tato merah asing.

Tato itu berbeda dari Mugong biasa, mengandung jejak mana. Sepertinya Mugong juga menggunakan semacam mana, meski metodenya sama sekali berbeda dari magic yang dikenal Yoo Seodam.

'White Witch’s Library. Cari.'

[Skill ‘White Witch’s Library (E)’ diaktifkan.]

[Mencari……]

[Hasil pencarian: Tidak ada.]

[Apakah ingin mencari hal lain?]

'Tidak.'

'Pertama-tama, ini bukan magic. Kalau begitu… apa ini ilmu Tao? Magic kutukan? Atau sesuatu yang lain?'

“Ini seni Tao.”

“Begitu…”

Yah, satu-satunya hal yang bisa ditarik dari dunia bela diri memang seni bela diri itu sendiri. Kerangka dasar tato ini sangat mirip dengan magic. Namun berbeda dengan magic yang menggunakan berbagai sirkuit untuk mengendalikan fenomena alam secara sistematis, seni Tao tampaknya memberikan ‘makna’ langsung pada mana itu sendiri.

Dengan kata lain

Aku nggak bisa ngapa-ngapain.

'Sayang sekali.'

Jika Yoo Seodam berhasil mencabut larangan ini sekarang, Ha Sun-young bisa langsung bekerja sebagai Hunter peringkat C dengan mengenakan topeng dan menyembunyikan kekuatannya seperti Lee Dong-joon.

Itu akan memberi Yoo Seodam satu kekuatan tambahan, selain Shin Hye-ji yang bukan sekutunya, Ye Sa-hye yang masih murid, dan Celeste yang hanya rekan bisnis.

Bagaimanapun ia memikirkannya, mencabut larangan ini sekarang akan memberinya keuntungan besar.

'Apa aku harus pergi ke dunia lain yang berhubungan dengan magic?'

,[--Hei, Witch]

'Lagi sibuk. Nanti saja.'

[--Aku tahu soal benda itu.]

'Apa?'

Di saat yang benar-benar pas, suara dari dalam pot berbicara langsung di benak Yoo Seodam. Ternyata, meskipun ia tak bisa membuat White Witch’s Library berpikir, berspekulasi, dan meneliti sendiri, masih ada makhluk cerdas lain yang sangat paham tentang magic

'Kamu tahu sesuatu tentang seni Tao ini?'

[--Iya. Itu teknik yang dipakai para master.]

'Dari mana kamu tahu?'

[--Nggak tahu. Aku cuma tahu aja~]

Kalau dipikir-pikir, bahkan sejak pertemuan pertama mereka, Spirit silver flower itu sudah bisa mengenali magic dan memanggilnya “witch”. Sepertinya dia memang terlahir dengan pengetahuan bawaan tertentu.

'Bisa kamu tafsirkan?'

[--Uhhhhhhhhhm.]

'Nanti aku beliin alkohol setelah selesai, jadi kerjain.'

[--Aku coba!]

Spirit silver flower keluar dari inventori dan mekar di atas telapak tangan Yoo Seodam. Begitu ia mulai menggambar magic circle di udara, Yoo Seodam langsung menempelkan jarinya pada tato itu.

“Heuk.”

Ha Sun-young mengerang pelan ketika mana mulai mengalir masuk ke tatonya.

[Unit pemrosesan pusat mulai menafsirkan jenis magic di luar White Witch’s Library.]

[Jenis magic baru telah teridentifikasi.]

[Diperkirakan termasuk magic seri alarm dan deteksi.]

[Merekam magic tersebut ke dalam White Witch’s Library.]

Yoo Seodam tertawa lepas melihat pesan dari White Witch’s Library. Ia memang Spirit silver flower itu terhubung dengan perpustakaan tersebut, tapi tak pernah menyangka kalau dia berfungsi sebagai semacam “CPU”.

Kombinasi witch dan spirit… benar-benar nggak cocok.

[Jika magic ini dinonaktifkan, perapalnya akan menerima peringatan.]

'Bisa matiin fungsi alarmnya?'

[Alarm dapat dimatikan setelah unit pemrosesan pusat menyelesaikan penafsiran magic sepenuhnya.]

[Sisa waktu hingga penafsiran selesai: 3 jam 17 menit.]

Mungkin sistemlah yang menyampaikan pesan ini, bukan Spirit silver flower yang kini tengah menganalisis dengan konsentrasi penuh. Gadis kecil yang mekar di atas bunga perak itu memejamkan mata sambil mengernyit, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Entah kenapa aku merasa nyaman.”

“Hah?”

“Dulu, nunjukkin punggung ke pria asing itu nggak pernah terpikirkan, tahu.”

“……”

Kalimat itu mungkin terdengar aneh bagi orang modern, tapi kalau yang mengatakannya orang Murim, ceritanya jadi berbeda…

“Gimana? Bisa?”

“Iya. Sepertinya bisa dicabut dalam empat atau lima jam.”

“Kamu nggak bohong, kan? Beneran bisa?”

“Ngapain bohong? Empat atau lima jam lagi ketahuan sendiri kalau aku bohong.”

“Benar juga. Terus… aku bisa pakai Mugong?”

Nada suaranya entah kenapa terdengar seperti anak kecil yang hendak lari ke taman bermain. Yoo Seodam tak punya pilihan selain tersenyum.

“Iya. Jadi berhenti bergerak dan diam.”

“Iya!”

Setelah itu, keheningan menyelimuti mereka.

Yoo Seodam terus menyalurkan mana dengan stabil, sementara spirit itu menafsirkan magic larangan. Ini adalah sesuatu yang tak bisa dilakukan White Witch maupun Yoo Seodam sendiri.

Beberapa waktu berlalu…

Ha Sun-young akhirnya membuka mulut.

“Kamu tahu nggak?”

“…….”

“Empat puluh tahun lalu… atau dua puluh tahun menurut hitungan modern. Aku itu pengemis di Murim. Orang-orang bumi lain menunjukkan bakat mereka dan jadi pendekar hebat. Tapi aku? Bahkan kalau masuk dojo tua dan belajar bela diri, aku cuma bisa mengayunkan pedang di jalanan.”

“Begitu ya.”

“Itulah kenapa julukanku kedengarannya payah dibandingkan ‘Taeguk Sword Jennie’ atau ‘Yellow Dragon Kwon Hwang’. Punyaku cuma ‘Sword Princess’. Artinya harfiah cuma perempuan yang jago pedang. Hah… harusnya aku mikir julukan yang keren. Sekarang nyesel banget.”

“Itu keren kok. Tapi agak modern, ya?”

“Keliatan banget kamu nggak tahu apa-apa. Julukan cuma bisa dipakai kalau seluruh dunia mengakuinya. Kamu tahu seberapa terhormat itu? Oh iya, mau aku kasih julukan?”

“Bukannya tadi kamu bilang julukan harus diakui dunia?”

“Kalau aku yang mengakuinya, dunia juga ikut mengakui!”

Dia tertawa sambil terus bercerita.

Sejak saat itu, kisah Ha Sun-young mengalir tanpa henti.

Kisah perjuangan seorang gadis miskin yang terlempar ke Murim.

Waktu yang tersisa sebelum pot selesai menafsirkan tato larangan itu masih cukup lama.

Namun, tetap tak akan pernah cukup untuk mengurai seluruh cerita hidup seorang gadis yang jatuh ke Murim.

**

Pegunungan Himalaya, rangkaian pegunungan yang membentang di selatan benua Asia.

Pegunungan sepanjang 2.400 kilometer itu menjadi salah satu tanah hilang yang dikuasai monster sejak Perang Besar tiga puluh satu tahun lalu. Meski India, Nepal, dan Tiongkok terus mengirim tim ekspedisi untuk membasmi monster, umat manusia masih belum berhasil merebut kembali wilayah tersebut.

Di suatu tempat di Pegunungan Himalaya yang dulu disebut atap dunia, berdiri sebuah pondok kecil.

Di dalam pondok itu, tinggal seorang wanita bernama Seol Jung-yeon.

Tidak, lebih tepatnya… dia dikurung di sana.

Whoooosshhh!!

Di Himalaya, salju mengamuk 365 hari setahun. Salju turun tanpa henti, mencair, lalu kembali menjadi awan. Penyebabnya tak diketahui. Namun umat manusia percaya fenomena ini terjadi akibat penyatuan realitas dengan sebuah dungeon yang muncul tepat setelah Perang Besar.

Seol Jung-yeon menatap salju yang terus berjatuhan.

Dia tak merasa dingin berkat penghalang yang mengelilingi pondok itu.

Namun, dia tidak bisa keluar.

“……”

Dahulu kala, ada masa yang disebut Zaman Dunia Bawah.

Masa ketika Demon(iblis) membuka jalan menuju Bumi.

Pada masa itu, dia adalah sosok yang memerintah seluruh dunia.

Pemimpin Sekte Cheonma, Cheonma Seol Jung-yeon.

Dia memiliki mimpi besar, yang ia bagi bersama murid dan pengikutnya.

Namun kini, tak ada yang tersisa.

Saat pertama kali terlempar ke dunia asing itu, tak seorang pun menerimanya.

Kecuali Cheonma Gal Hyeok-jun.

Pria yang dijuluki kekuatan absolut Mado. Pria yang agresif terhadap semua orang, namun hangat padanya. Bagi Seol Jung-yeon, seorang yatim piatu sejak lahir, Gal Hyeok-jun adalah sosok ayah.

“Matamu seperti bunga teratai di tengah salju. Mulai sekarang, namamu Seol Jung-yeon.”

Sejak saat itu, Sekte Cheonma menjadi segalanya bagi Seol Jung-yeon.

“Mulai hari ini, Sekte Cheonma tak lagi bisa menyebut namanya di hadapan langit.”

Hingga hari Dharma datang dan menghancurkan sekte itu.

Pintu pondok terbuka. Seseorang masuk.

Itu Dharma, Lee Dong-joon.

Mata merah muda Seol Jung-yeon perlahan beralih ke tengah ruangan.

“Makanan.”

“…….”

Seol Jung-yeon menatap Lee Dong-joon. Mengapa dia menyelamatkannya setelah memusnahkan seluruh sekte?

“Aku nemu daging Aewol kesukaanmu. Daging bulan. Susah cari di Bumi, jadi hemat-hemat makannya.”

Alasan Lee Dong-joon kembali ke Bumi meski ditentang Earth Dharma adalah demi Cheonma Seol Jung-yeon.

Sekte Cheonma adalah kejahatan mutlak di Murim.

Sebagai pemimpin sekte itu, Seol Jung-yeon tak lagi punya hak untuk hidup dengan kepala tegak di Murim. Jika keberadaannya diketahui orang Murim, hidupnya akan lebih menyiksa daripada mati.

Karena itu, Lee Dong-joon membawanya ke Bumi.

Dunia di mana tak seorang pun tahu dia pemimpin Sekte Cheonma.

Dunia di mana dia belum melakukan kejahatan atau dosa apa pun.

Satu-satunya dunia tempat Seol Jung-yeon bisa bertahan hidup.

Namun bagi Seol Jung-yeon, dunia itu… kosong.

Dia tak bisa melawan Lee Dong-joon.

Dia kalah dalam duel.

Seluruh qi dalamnya disegel, dan kini dia hanyalah wanita biasa.

Apa dunia tahu bahwa alasan dia tak bisa keluar dari pondok ini adalah karena ketakutannya pada salju tebal?

Lee Dong-joon menatap Seol Jung-yeon.

[Skill ‘Charm(SS)’ milik Protagonis Lee Dong-joon telah aktif.]

[Karakter Pendukung Seol Jung-yeon mengaktifkan ‘Cheonma Absolute Mind(SS)’ untuk melawan.]

Pertarungan urat saraf terjadi sekejap.

Tentu saja, Lee Dong-joon tak menyadarinya, karena skill itu pasif.

Namun bagi Seol Jung-yeon, situasi ini sangat berbahaya dan menyiksa.

“Kamu… luka apa itu?”

Tiba-tiba Lee Dong-joon menyadari darah mengalir dari jari Seol Jung-yeon dan mencoba mendekat.

Namun sebelum dia bisa mendekat, Seol Jung-yeon membuka mulut.

“Kalau kamu melangkah lebih dekat… atau menyentuh kulitku… aku akan bunuh diri.”

“…..”

Bahkan Lee Dong-joon pun terpaksa berhenti.

Segala hal di dunia ini selalu mudah baginya.

Namun Seol Jung-yeon adalah gerbang yang terlalu sulit.

Seol Jung-yeon menyelipkan jarinya ke rambut platinumnya, yang dulu bersinar paling terang di dunia, lalu menyembunyikan wajahnya di antara lutut.

“Pergi.”

Dia tak ingin bicara lagi.

Lee Dong-joon hanya bisa berbalik setelah meletakkan makanan.

“Aku ingin menunjukkan padamu dunia tempat kamu bisa hidup.”

Seol Jung-yeon menggigit bibirnya ketika Dharma menghilang, terus mengulang kata-kata yang mengguncang hatinya.

Dulu, dia pasti sudah memakinya karena omong kosong.

Namun entah kenapa… seiring waktu, dia tak bisa lagi melakukannya.

Swoooooosshh!

Shake Shake Rattle

Malam bersalju seperti biasa.

Seol Jung-yeon terjaga sepanjang malam, menatap dunia putih di hadapannya tanpa ekspresi.

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram