Sial.
Aku beneran nggak mau ngelakuin ini, tapi aku maksa diri buat ngucapin kalimat itu.
“Lee Yeonjun. Kau masih trainee, tapi kau udah jadi hunter yang sangat hebat.”
Rasanya kayak baca dialog dari kartun tahun 90-an… meski, ya, sebenernya kalimat itu nggak salah juga.
Aku gila kali ya, ngomong seaneh ini?
Rasanya pengen nabrakin kepala ke batu.
Tapi, satu kalimat itu aja cukup buat memulai semuanya.
Beberapa waktu lalu aku udah nunjukin kemampuanku waktu ngalahin monster peringkat-B yang bermutasi cuma dengan hoodie, dan barusan, setelah mutasi terjadi dan aku ngasih perintah, reaksi penonton juga sangat bagus.
[Level protagonis Lee Yeonjun telah berubah: 77(+9).]
Ya, seperti yang kuduga.
Meskipun aku nggak bisa lihat jendela chat, aku yakin di sana pasti lagi rame dengan komentar-komentar jahat.
Aku bisa tahu cuma dari ngelihat lonjakan minat penonton sekarang.
Pengakuan dari Jang Hyunsuk dan para hunter veteran lainnya terhadap sang protagonis udah jadi hal yang wajar.
Apalagi kalau orang itu punya tagar #Broadcast dan skill pencari perhatian, dia bakal jadi lebih kuat lagi.
“Bagus! Lee Yeonjun! Kamu memang hebat!”
“Oh, kamu beneran trainee? Gimana, mau ikut di bawah bimbinganku aja?”
“Itu barusan keren banget!”
…Minat terhadap Lee Yeonjun langsung meledak begitu aku mulai ngucapin kalimat-klise kayak di novel Korea yang bahkan aku sendiri ogah baca.
Mungkin ini karena identitasku sebagai ‘operator’ dalam plot.
Dari empat belas hunter yang ada di sini, nggak satu pun selain aku yang pernah ngalamin dungeon peringkat-S atau mutasinya. Aku udah pernah, bahkan tahu banyak soal itu.
Lagian, bukankah wajar kalau aku juga nunjukin ketertarikan ke Lee Yeonjun kayak hunter senior lainnya?
Aku bahkan ngelakuin segalanya pakai tubuh F-Rank-ku demi bikin dia kelihatan menonjol, bergerak ke sana kemari, ngeluarin tenaga, dan ngeluarin monster dari persembunyian.
Baru sekarang aku sadar kalau ternyata butuh usaha besar banget biar nggak terlihat ‘positif’ di mata drone.
Posisi kami sekarang adalah titik-E.
Selain titik-A yang jadi pintu masuk dungeon, ada empat titik lainnya di peta, jadi jaraknya sekitar empat jam perjalanan.
Untuk saat ini, titik-E kelihatan aman karena ada di punggungan bukit yang jadi blindspot… tapi cuma untuk sementara.
Jelas, dalam waktu setengah jam, tempat ini bakal dikerubungi monster.
Makanya, waktu yang lain masih istirahat di titik-E, aku udah nyelesain semua persiapanku.
Setelah itu, aku manggil Celeste.
Padahal ada translator, tapi aku sengaja matiin dan ngomong langsung ke dia.
Dia juga peka, ikut matiin punya dia.
Cuma aku dan gadis kecil ini yang bisa ngomong bahasa Italia di sini.
“Kamu gimana? Baik-baik aja?”
“Iya.”
“Nggak ada yang luka?”
“Nggak.”
“Syukurlah. Kalau gitu, denger baik-baik. Nanti sebentar lagi, aku bakal ngejatuhin drone-nya Lee Yeonjun.”
Meskipun ucapanku tiba-tiba, ekspresi wajahnya tetap tenang.
“Iya.”
“Jangan tanya kenapa. Setelah aku urus drone itu, aku bakal kasih sinyal, terus arahkan kameramu ke Lee Yeonjun.”
“Iya.”
“Kamu cuma bisa ngomong ‘iya’ sekarang gara-gara syok?”
“Nggak.”
Kenapa reaksinya lempeng banget, sih?
Ya sudahlah. Setelah itu aku manggil Lee Yeonjun sendirian.
Tujuanku: ngasih dia informasi lengkap tentang semua monster di dungeon ini.
Tentu aja hunter lain juga ngerti cara ngelawan monster.
Kebanyakan dari mereka bisa nebak jenis monster apa yang muncul cuma dari dua kata yang ada di nama dungeon ini, “Snow” dan “Paulownia”. Mereka juga tahu cara berburu di sini.
Tapi alasan kenapa aku cuma ngasih tahu Lee Yeonjun satu-satunya…
Karena dia protagonis.
Dan protagonis harus spesial.
“Jadi, kamu ngerti?”
“Tentu!”
“Bagus, kamu percaya diri.”
Aku jelasin kelemahan monster dan hal-hal langka yang nggak diketahui hunter biasa.
Lee Yeonjun nyimak dengan mata serius, seolah nggak mau ketinggalan satu kata pun.
Tentu aja aku nggak tahu semuanya.
Ada banyak hal yang aku tahu sebatas sama kayak orang lain.
Tapi setiap detail kecil bisa berubah jadi “klise sang protagonis.”
Misalnya kayak gini:
“Kamu nggak perlu tahu ini sih, tapi ada kemungkinan 0,0001% kita bakal ketemu Red Chaos Skull. Ya, kecil banget, mungkin nggak akan kejadian, tapi inget aja.”
Itu kalimat khas karakter pendukung, bukan?
“A-apa?”
“Red Chaos Skull…?”
“Sial, gimana ini!”
Dan protagonis beneran bakal ngubah itu jadi kenyataan.
Bahkan hunter senior pun kaget waktu monster langka dengan kemungkinan muncul 0,0001% itu beneran nongol.
Dan satu-satunya yang langsung maju?
Ya, Lee Yeonjun.
Tapi mereka nggak takut.
Karena meskipun monster peringkat-B itu naik jadi A-Rank setelah mutasi, serangannya cuma berupa cakar tajam yang motong udara.
Tetap aja, buat Lee Yeonjun, itu terlalu berat buat ditangani sendirian.
Jadi, meskipun akhirnya dia nggak ngalahin monster itu tanpa bantuan aku, Jang Hyunsuk, dan para hunter lainnya itu nggak masalah.
Yang penting, dari sudut pandang kamera, cuma Lee Yeonjun yang keliatan berani maju waktu semua orang lain panik.
“Bagus banget!”
Dan setiap kali ada pujian…
[Level protagonis Lee Yeonjun telah berubah: 77(+10).]
Begitulah caranya.
Sekarang, dari enam trainee yang tersisa, nggak ada satu pun yang bisa nyamain dia.
Dia udah jadi pusat perhatian. Dan setelah ini, dia pasti bakal dikenal sebagai hunter peringkat-C baru yang memimpin serangan ke dungeon peringkat-S.
Para penonton yang nonton siaran ini juga pasti bakal nyebarin berita itu, dan jumlah penonton bakal terus naik.
[Level protagonis Lee Yeonjun telah berubah: 77(+11).]
[Protagonis Lee Yeonjun menunjukkan tingkat pertumbuhan yang berlebihan.]
[Kemungkinan terjadinya klise menurun.]
Cara pertama menaklukkan dungeon peringkat-S:
Dengan memaksa sang protagonis jadi lebih kuat, dan biarin dia yang bawa tim ini sampai akhir.
Faktanya, dungeon ini memang diciptakan jadi panggung bagi Lee Yeonjun.
Bahkan kalau dia nggak ngapa-ngapain, dia pasti bakal selamat.
Tapi, apakah semua karakter pendukung juga bisa bertahan hidup?
Itu masalah pertama.
Masalah kedua, kalau dungeon ini diselesaikan “secara normal”, cuma satu dari dua “kelinci” yang bisa didapat.
Dan aku? Aku hunter yang berpengalaman.
Kalau ada dua kelinci di depan mata, aku harus tangkap dua-duanya.
Pew!
Tanpa banyak mikir, aku ngeluarin pistol berperedam dari pinggang dan nembak jatuh drone pertama.
Lee Yeonjun, yang jumlah penontonnya terus naik, baru aja ngalamin “krisis buatan.”
Ini bukan klise yang dibuat oleh plot, tapi krisis yang aku ciptain sendiri.
“Hah?”
Lee Yeonjun kaget, dan saat itu juga, serangkaian pesan muncul di kepalaku, pesan yang cuma bisa kulihat.
[Level protagonis Lee Yeonjun telah berubah: 77(+3).]
[Kondisi protagonis Lee Yeonjun telah berubah secara berlebihan.]
[Protagonis Lee Yeonjun berpeluang besar memperoleh skill Power Frenzy (S).]
[Skill Power Steroid (B) milik Protagonis Lee Yeonjun bereaksi terhadap krisis.]
[Skill Attention (A) milik protagonis Lee Yeonjun naik ke A+.]
Seperti yang kuduga, begitu krisis datang, responsnya langsung muncul.
Tapi aku nggak perlu memperparah situasi sekarang.
Aku kasih sinyal ke Celeste, sesuai rencana sebelumnya.
Dia langsung ngerti dan buru-buru nyamperin Lee Yeonjun.
“Kita… pakai drone-ku bareng.”
“…Boleh?”
“Iya.”
Mata Lee Yeonjun langsung berbinar begitu denger suara pelan dari translator-nya Celeste.
Dan reaksinya pun muncul seketika.
[Level protagonis Lee Yeonjun telah berubah: 77(+13).]
[Kondisi protagonis Lee Yeonjun menunjukkan perubahan berlebihan.]
Oh, berhasil juga.
Sebenernya, ini semacam eksperimen kecil ngirimin Celeste ke dia.
Ada beberapa lapisan pengaman lain, tapi salah satu “momen manis-pahit” paling penting bagi protagonis adalah interaksi dengan lawan jenis, jadi aku pengin ngetes itu.
Dan hasilnya? Sukses.
Kalau Celeste cowok dan Lee Yeonjun cewek pun, hasilnya bakal sama.
Keberadaan seseorang dari lawan jenis yang nunjukin kebaikan waktu sang protagonis dalam bahaya…
Itu aja udah cukup buat ngasih kekuatan baru.
Karena ya, itu juga bagian dari klise.
Dengan semua drone bergabung, jumlah total penonton melonjak drastis.
[Potensi pertumbuhan skill Power Steroid (B) milik protagonis Lee Yeonjun telah muncul.]
Sudah tidak ada lagi krisis.
Sejak awal, begitu dungeon ini berubah jadi peringkat-S, kami sudah mencapai bagian terdalam dari dungeon.
Lee Yeonjun dan Celeste terus bekerja sama, berbagi drone di antara mereka.
Begitu kami tiba di depan area boss, aku kumpulkan semua hunter dan mulai menjelaskan tentang musuh terakhir.
Penjelasanku singkat saja.
Cukup gambaran umum tentang pola serangan dan hal-hal yang harus diwaspadai, nggak perlu detail berlebihan.
Lagian, pertarungan melawan boss ini memang ditakdirkan jadi solo battle sang protagonis.
Area boss berada di atas pohon besar dengan bunga raksasa di tengahnya.
Namanya Sun Tan Flower.
Sesuai namanya, bunga itu memang “berjemur” di bawah matahari di puncak pohon.
Sebenarnya, seharusnya boss dungeon ini cuma monster berbentuk ranting.
Tapi karena dungeon-nya naik jadi S-Rank, muncul monster “bernama”, jenis yang punya kesadaran dan kekuatan sendiri.
“Sebelum lawan boss, kita periksa dulu kondisi masing-masing.”
Setelah bilang begitu, aku memanggil Lee Yeonjun dan mengeluarkan suntikan merah dari sakuku.
Itu bukan obat biasa, tapi ramuan penyembuh.
Sekarang, ramuan modern biasanya disuntikkan langsung ke tubuh.
Metode “injeksi” ini paling cepat dan efisien dibanding diminum atau disemprot, karena langsung masuk ke aliran darah.
“Kamu luka. Aku obati, ya.”
“Oh… makasih.”
Ramuan ini mahalnya bukan main.
Biasanya aku nggak pernah buang-buang buat orang lain.
Tapi tentu aja, Lee Yeonjun sama sekali nggak berniat nolak tawaran itu.
Waktu aku angkat lengannya, aku bisa lihat sesuatu.
Urat biru menonjol di kulitnya.
Seperti yang kuduga.
Ini tahap terakhir dari rencana.
“…Lee Yeonjun!”
Aku tiba-tiba berteriak keras, bikin semua hunter yang tadinya diam langsung menatapku.
“Kamu… tanganmu kenapa?!”
“H-hah? Ini… apa-apaan…?”
Sambil mundur perlahan, aku cepat-cepat masukin lagi suntikan ramuan itu ke sakuku, lalu menarik pistol dan mengarahkannya ke Lee Yeonjun.
Sebenarnya, pistol aether itu nggak begitu mempan ke superhuman peringkat-B.
Tapi sekarang yang penting adalah akting.
“Jangan bilang… kamu… kamu ngelakuin aether doping?!”
“A-apa?! Nggak! Aku...ada yang salah...”
Swoosh.
Dalam sekejap, semua hunter senior di sekitarku pasang wajah tegang dan menodongkan senjata ke arah Lee Yeonjun.
Urat biru.
Nggak ada satu pun hunter di sini yang nggak tahu artinya.
Termasuk para penonton.
Itu tanda khas dari orang yang nyuntikkan obat secara paksa ke tubuhnya, obat berbasis aether buat ningkatin kemampuan.
Itu disebut doping.
Dan hunter yang melakukan aether doping punya risiko tinggi jadi mutant.
Lee Yeonjun adalah protagonis.
Dalam keadaan normal, hal ini nggak akan pernah terjadi padanya.
Tapi aku sudah tahu.
Kalau kebangkitan Lee Yeonjun selama ini sebenarnya terjadi lewat obat misterius yang berhubungan dengan aether doping.
Orang biasa pasti udah mati karena obat itu.
Tapi Lee Yeonjun bisa bertahan, berkat skill curangnya: Power Steroid.
Sekilas, kelihatannya skill itu tercipta dari doping.
Tapi sebenarnya, skill itu justru mempercepat “pencernaan obat doping” dalam tubuh.
Dengan kata lain, obat yang bisa bikin orang normal gila , berhasil dicerna sempurna oleh Lee Yeonjun.
Dan karena dia nggak bisa menampilkan kekuatan penuhnya sebagai hunter peringkat-C, aku sengaja bikin dia kelelahan sebelumnya.
Lalu aku menyuntikkan ramuan itu , supaya obat aether yang tertidur di dalam tubuhnya bangkit lagi, sampai skill Power Steroid-nya kewalahan dan efeknya muncul di kulit.
Reaksinya?
Bukan dari para hunter.
Tapi dari penonton.
[Level protagonis Lee Yeonjun telah berubah: 77(+15).]
[Level protagonis Lee Yeonjun telah berubah: 77(+16).]
[Level protagonis Lee Yeonjun telah berubah: 77(+17).]
Aether doping bukan hal langka, meski sudah dilarang secara internasional.
Dan sekarang trainee berbakat yang disebut “bintang yang sedang naik daun” ternyata ketahuan melakukan doping.
Itu cukup untuk memicu ledakan reaksi publik.
Aku nggak bisa lihat siaran langsung, tapi aku tahu pasti: kolom chat pasti kacau, nggak terbaca, dan penonton dari berbagai platform lagi berdatangan.
Dan dengan ini, alasan untuk membunuh sang protagonis sudah lengkap.
Sekarang nggak akan ada satu pun yang menentang kalau aku membunuh Lee Yeonjun.
“Humter Y-Yoo Seodam… tolong beri perintah. Apa yang harus kami lakukan?”
tanya Jang Hyunsuk dengan suara gemetar.
Tapi aku cuma diam.
Kematian sosial.
Sekarang krisis Lee Yeonjun udah terlalu besar.
Dan pada akhirnya, skill yang selama ini nyaris bangkit… akhirnya benar-benar terbangun.
[Protagonis Lee Yeonjun telah memperoleh skill Blood Rage (S+).]
[Level protagonis Lee Yeonjun telah berubah: 77(+33).]
“Hah…”
Apa-apaan, Blood Rage?
Bukannya harusnya Power Frenzy?
Yah, ternyata skill yang didapatnya sedikit lebih kuat dari perkiraanku , tapi nggak masalah.
“Kamu satu-satunya harapan kita.”
“Hunter Yoo Seodam! Apa yang harus kita lakukan?!”
“Hunter Yoo Seodam!!”
Mereka semua teriak-teriak nyebut namaku dari segala arah.
Heh, dasar gampang ditebak.
Barusan mereka nganggep aku remeh, sekarang malah nyari-nyari aku kayak penyelamat.
Skill peringkat-S sangat jarang punya efek samping.
Karena skill semacam itu cuma bisa dimiliki segelintir orang terpilih.
Skill macam ini bisa bikin seseorang kehilangan akal dan mengamuk sebagai ganti kekuatan besar.
Beberapa orang bahkan nggak mau memakainya karena takut melukai rekan sendiri, aku nggak ngerti mereka.
Soalnya, kalau kamu nggak punya kekuatan, kamu pasti iri sama yang punya.
“Aaaaaaahhhh!!”
Saat Lee Yeonjun berteriak, suit peringkat-3 yang dia pakai langsung robek, dan tubuhnya membesar dua kali lipat.
[Protagonis Lee Yeonjun telah memasuki kondisi ‘Keracunan Mana’.]
Aku mengerutkan kening melihat notifikasi itu.
Kulitnya yang semula kebiruan kini berubah merah menyala.
Bentuknya… mirip banget sama mutant peringkat-B yang pernah kubunuh di Stasiun Konkuk University tempo hari.
“Tunggu. Biar aku yang urus.”
Aku mengangkat pistol dan menembak.
Bang!
Suara tembakannya bergema singkat.
Lee Yeonjun langsung berlari ke arahku.
Tapi saat itu juga, aku sudah melesat menuju arah boss, Sun Tan Flower.
Boom!
Bunga raksasa itu bereaksi, menembakkan batang besar ke arahku.
Dan tepat saat itu, Lee Yeonjun yang sedang berlari ke arahku terkena hantaman langsung.
Sekarang semua orang di dunia pasti tahu nama Lee Yeonjun.
Alasan kenapa sang protagonis bisa berkembang sampai sejauh ini…
Karena dengan “kematian sosial”-nya, karakter pendukung bisa bertahan hidup.
Kalau ada dua musuh…
Kenapa nggak kita buat mereka saling bertarung saja?
Jumlah penonton terus melonjak.
Dengan skill Blood Rage (S+) dan mutasinya, ditambah lonjakan penonton, Lee Yeonjun mengalami pertumbuhan gila-gilaan.
Sekarang kekuatannya setara dengan ranker sejati, tapi kemungkinan besar dia bakal menderita efek samping permanen walau nanti balik ke wujud semula.
Pertarungannya brutal.
Semua yang pernah kami pelajari selama ini terasa nggak ada artinya dibanding pertarungan buas itu, dua monster gila saling cakar, gigit, dan hancurin satu sama lain.
Para hunter senior, termasuk aku, cuma bertugas menyeimbangkan keadaan dari jauh.
Biar Lee Yeonjun makin lelah waktu nyerang Sun Tan Flower.
Bunga itu nggak sempat mikirin kami yang menembak dari kejauhan, dan Lee Yeonjun juga nggak sempat nengok ke belakang.
Sampai akhirnya, Sun Tan Flower tumbang.
Lee Yeonjun meraung marah.
Aku miringkan kepala dan bergumam,
“Masih bisa teriak, ya? Matikan kameranya.”
[Skill Attention (A) milik tokoh utama Lee Yeonjun telah dinonaktifkan.]
Tak lama kemudian, Lee Yeonjun yang kehilangan seluruh tenaganya diserang serempak oleh kekuatan gabungan para hunter senior yang sudah menunggu.
Aku cuma perlu memberikan sentuhan terakhir.
[Anda berhasil memburu protagonis Level 77.]
[Level-anda naik 2 tingkat.]
[770 hari umur telah ditambahkan.]
[Sisa Umur: 1423 hari, 9 jam, 36 menit.]
[Misi darurat berhasil diselesaikan!]
[Anda dapat menyerap dua kemampuan atau skill secara acak dari target.]
[Apakah anda ingin menyerapnya?]
0 komentar:
Posting Komentar