Tiga hunter itu yang sejak tadi terus dipanggang api, disetrum petir, dan dibekukan berkali-kali, akhirnya tergeletak remuk redam di lantai.
Aku mengangkat sedikit bahu, lalu berjalan mendekat.
Rasanya… lega. Seperti akhirnya berhasil menggaruk rasa gatal yang sudah lama mengganggu.
Saat aku semakin dekat, Jang Dojin yang masih berusaha sadar, menggeram pelan.
Aku mengenal mereka bertiga dengan sangat baik.
Mana mungkin aku lupa?
Mereka adalah orang-orang yang sejak hari pertama aku masuk guild langsung memperlakukanku seperti sampah.
Dulu aku cuma bisa diam dan menahan diri.
Tapi sekarang?
Sekarang keadaannya berbeda.
“Itu… gila sih,”
kata Taylor Nine sambil mendekat perlahan.
Dia melirik para hunter yang terkapar, lalu manyun.
“Apa-apaan tadi itu? Kamu gerak kayak angin terus bisa nembakin laser dari tangan.”
Aku mengerjap.
Aku rasa… aku enggak inget pernah nembak laser pakai tangan.
“Aku sudah bilang. Aku ini Dimensional Returnee.”
Lebih tepatnya bukan Returnee, tapi Traveler.
Tapi menjelaskan yang begituan ribet, jadi aku cukupkan saja begitu.
“Hmph. Ya, masuk akal sih. Orang-orang yang balik dari dimensi lain memang pakai kekuatan aneh, beda sama kekuatan super biasa. Cuma… aku nggak nyangka kamu beneran salah satunya.”
Kenyataannya, kemampuanku cuma bisa kupakai di tempat yang punya sistem magic seperti gedung ini.
Dan hal kayak gini jelas tidak ada di Bumi.
Karena tempat ini punya security system berbasis magic, aku bisa memakai “Araceli’s Mana Circling” dan pergi sekacau itu.
Itu juga alasan kenapa aku sengaja memancing Lost Day masuk ke sini.
Walau… jujur, aku nggak expect mereka bakal benar-benar masuk.
Dengan nada kesal, Taylor mendengus.
“Jadi ini alasan kamu ngajak aku ke sini?”
“Ya.”
“Aku kira ini kencan. Aku bahkan pakai underwear bagus dan dandan rapi.”
“Siapa juga yang pakai begituan ke dungeon?”
Tentu saja alasannya bukan cuma itu.
Biasanya, kalau aku sendirian nyelesaikan dungeon B-Rank, negara bayar 16 juta won.
A-Rank: 32 juta.
Kalau peserta makin banyak? Pembagian makin kecil.
Jadi jelas aku nggak mau.
Dan lagi, aku yakin dungeon ini nggak berbahaya.
S-Rank atau tidak, minimal aku bisa dapat seratus juta won.
Itu baru hadiahnya.
Yang lebih penting adalah barang dan pengetahuan di dalam dungeon.
Kalau orang lain ikut masuk… apa aku harus bagi-bagi?
“Ugh…”
Jang Dojin mengerang saat aku menatapnya.
“Terus terang aku heran. Ngeliat kalian rela buang puluhan miliar won buat masuk ke sini, terus image-reform segala macam… kalau niat kalian cuma ngejar citra, nggak masuk akal kalian ngikutin aku sampai sini. Jadi sebenarnya alasan kalian masuk itu buat bunuh aku, kan?”
Jang Dojin buru-buru mengangguk.
Thwak!!
Taylor menginjak kepalanya.
“Omong kosong.”
Dia mengetuk-ngetukkan baseball bat-nya.
“Kamu ngangguk kayak udah siap jawabannya. Ya?”
“Ku-ugh!”
Padahal injakannya kelihatan santai.
Tapi aku tahu betul aether bocor dari telapak kakinya.
Dalam kondisi luka seperti itu, Jang Dojin jelas nggak akan tahan.
Bahkan superhuman saja bisa pingsan karena sakitnya.
“Bicara.”
kata Taylor.
Empat belas detik kemudian setelah badannya kejang-kejang kayak samgyeopsal di atas panggangan, Jang Dojin akhirnya menyerah.
“Baik! Baik! Aku bilang!”
“Oh~ tahanannya lumayan lama juga ya. Terus? Kenapa?”
“Ma… magic! Untuk mencari tahu tentang… magic!”
“…Magic?”
Taylor mengerutkan kening.
“I-iya. Aku nggak tahu detailnya… tapi ada rumor dungeon cacat ini berkaitan dengan magic… jadi guild tertarik.”
Dia menatapku, ketakutan.
Yah, wajar.
Mereka sudah keterlaluan dalam mencoba membunuhku.
‘Magic…’
Tiga puluh tahun sejak monster dan kekuatan super muncul, dunia sudah mulai percaya hal-hal aneh.
Apalagi sekarang ada Dimensional Returnees, dan orang yang sendirian bisa ngalahin satu batalyon, jadi nggak heran kalau rumor magic muncul lagi.
Tapi kalau Lost Day sampai yakin magic itu nyata dan mulai mengejarnya seserius ini…
Aku tidak bisa tinggal diam.
Kalau mereka benar-benar dapat magic, apa mereka akan membiarkan aku hidup ketika aku menghalangi?
Tidak mungkin.
Mulai sekarang, ada dua hal yang harus kulakukan:
1. Jangan biarkan Lost Day menghancurkan hidupku secara sosial.
2. Jangan biarkan mereka menyentuhku secara fisik.
Yang pertama bisa kugunakan media.
Yang kedua… aku butuh tempat berlindung.
Aku butuh guild.
Masalahnya, tidak ada guild yang lebih besar dari Lost Day yang kenal denganku.
Kalaupun ada, apa mereka melihatku cukup berharga untuk dilindungi?
‘Merepotkan…’
Kalau sudah begini, mau tidak mau aku harus mengurangi kekuatan mereka.
“Baik. Selain itu, apalagi?”
“Kuh...aaaagh!!”
“Ew. Ludah kamu kemana-mana.”
“…Bukannya itu karena kamu injeknya kebangetan?”
“Ya juga, hehe.”
Taylor nyengir.
“Aku suka sih ngerjain orang. Tapi ngerjain sampah begini… nggak seru.”
Setelah memaksa keluar sedikit info tambahan, Taylor menusukkan baseball bat-nya ke dada masing-masing.
Selesai seketika.
Dia tadinya mau menghancurkan kepala mereka, tapi aku melarang.
Wajah itu butuh untuk dijadikan bukti.
“Hm… oke,” Taylor berbalik sambil tersenyum cerah, tidak cocok sama sekali dengan fakta bahwa dia baru membunuh tiga orang.
“Sekarang… lanjut kencannya?”
***
S+ Rank monster.
Demilich.
Itulah boss dungeon ini.
[Target memiliki jejak protagonis lama.]
‘Protagonis?’
< Benar. >
< Target ini pernah menjadi protagonis yang sudah menyelesaikan Epilognya. >
‘…Kalau begitu kenapa dunia ini hancur?’
Demilich berada di puncak istana.
Dari sana, aku bisa melihat pemandangan dunia ini yang kini sedang mati.
Tanah dan langitnya perlahan hilang.
< Dunia ini terkuras oleh protagonisnya. >
< Ketika sebuah dunia berputar di sekitar seorang protagonis, semua energinya tersedot ke tokoh itu. Begitu energi itu habis, protagonis selesai menjalani Epilog. >
< Setelah itu, dunia kehilangan kekuatan mempertahankan dirinya… dan mulai runtuh. >
< Dunia-dunia yang roboh seperti ini akan hanyut menembus dimensi lain sampai akhirnya lenyap. Kadang muncul sebagai dungeon, seperti ini. >
‘Hah… jadi begitu mekanismenya.’
< Itulah alasan kontrak membunuh protagonis dibuat. >
Protagonis tidak boleh ada.
Mereka menyedot berkah dunia sampai habis.
< Demilich ini dulu punya 12 istri, puluhan ribu pengikut setia. Semua orang mengagumi dan mengikutinya. >
< Tapi setelah Epilog, berkah itu menghilang. Dia berubah jadi manusia biasa… bahkan lebih buruk. >
Istri-istrinya, yang selama ini hanya mencintainya karena “berkah protagonis,” mulai pergi satu per satu.
Para pengikutnya membelot.
Rakyat memberontak.
Sang “pahlawan,” yang dulu dipuji seluruh dunia, kehilangan segala-galanya.
Dan kini, yang tersisa hanya kerangka yang berdiri di hadapanku.
Tanpa berkah itu, ia tidak bisa melakukan apa pun, pada akhirnya, ia bahkan gagal menjadi lich yang layak.
Jujur saja, mengalahkan Demilich bukanlah hal yang sulit.
Karena gagal berevolusi menjadi lich, ia tidak bisa memakai magic dengan benar dan hanya bisa bertarung secara fisik.
Sementara itu, kekuatan Taylor adalah Light Refraction (S+).
Kemampuan di mana ia bisa memanggil bola-bola cahaya, mengendalikannya sesuka hati, lalu menghajar musuh dengan serangan yang sama sekali tidak peduli pada hukum fisika.
Output-nya? Hampir setara SS-Rank.
Kekuatan supernya curang.
Peralatannya lebih curang lagi.
Tepat tiga hari.
Dari saat kami masuk ke dungeon, sampai tiga hunter Lost Day mati, dan sampai jatuhnya sang mantan protagonis.
Karena aku bisa membaca sirkuit istana dan struktur dungeon ini, kami menghindari area berbahaya dengan mudah dan bisa menghemat banyak waktu.
Dungeon ini akan hilang setelah aku keluar.
Tapi aku belum berniat pergi.
“Kau mau tinggal empat hari lagi?”
“Ya.”
“Kenapa?”
“Aku mau narik aggro.”
“Kau gila.”
Taylor tertawa sambil cekikikan.
Aku membawa cukup makanan untuk satu minggu, ditambah lagi makanan dari para hunter Lost Day. Lebih dari cukup.
Masalahnya cuma satu, di sini hampir tidak ada yang bisa dikerjakan.
Jadi aku memutuskan memanfaatkan waktu ini untuk latihan magic.
Aku sudah memutuskan untuk membuka rahasia soal magic ke Taylor.
Kami selalu berbagi banyak hal, jadi ini bukan masalah.
“Terus, kenapa cuma duduk di situ?”
“Apa?”
Menjilati bibirnya, Taylor mendekat perlahan.
“Kita ini laki-laki dan perempuan muda. Empat hari ke depan mau ngapain?”
“Hey. Lu waras? Di sekitar kita ini banyak mayat ratusan tahun, dipotong jadi delapan bagian, kebak di mana-mana.”
“Menurutku indah.”
“Gila lu.”
Aku yakin ada satu sekrup yang hilang dari kepala perempuan ini.
***
“Sekarang pukul 23:50 di Kota Incheon. Hampir seminggu sejak dua hunter memasuki dungeon terdistorsi itu.”
Reporter terus memberitakan dari lokasi.
“Tim penyelamat dan banyak hunter sedang bersiap tepat di depan dungeon.”
Sudah seminggu sejak Yoo Seodam dan Taylor Nine masuk.
Mereka masuk tepat pukul 00:00, dan tepat 00:00 seminggu kemudian, banyak guild akan mulai masuk bersama tim penyelamat.
Di antara yang menunggu, ada Han Yoojun.
‘Semuanya berjalan sesuai rencana.’
Sambil mengunyah permen karet, Han Yoojun menonton berita tanpa cemas.
Ia memang tidak akan masuk. Ia hanya interpreter A-Rank yang tidak bisa bertarung.
Namun ia sudah berkali-kali mengingatkan anggota guild-nya yang akan masuk nanti.
‘Begitu kalian masuk dungeon, cari tiga hunter S-Rank yang ngumpet di dalam.’
‘Pastikan kalian hidupkan sinyal analog supaya bisa saling cari.’
Keadaan kacau. Reporter berkemah di sekitar dungeon, deadline makin dekat.
Netizen pun ramai.
Ia men-scroll postingan di media sosial.
[Hunter F-Rank mau ngapain di dungeon?]
[Mereka kayaknya udah mati.]
Tempat lain malah ada komentar jahat: [wkwk LMAO]
Walau kebanyakan komentar isinya belasungkawa dan rasa menyesal…
yang penting satu: semua orang menganggap kematian mereka sudah pasti.
Sangat sedikit orang bisa bertahan satu minggu di dungeon terdistorsi.
Anggota guild-nya sendiri mungkin tidak akan selamat.
Dan jujur saja… itu tidak masalah bagi Han Yoojun.
Kalaupun mereka mati, setidaknya mereka sudah bisa membunuh Yoo Seodam dan menyelidiki dungeon itu sedikit.
[Waktu tinggal lima menit. Kita dengarkan pendapat seorang ahli!]
[Uh…aku pikir keduanya sudah…]
Saat seorang ahli yang membosankan muncul, Han Yoojun mematikan TV.
Saatnya hampir tiba.
Semua hunter yang menunggu di luar memegang peralatan mereka dengan wajah tegang.
Reporter mengangkat kamera, menunggu momen dramatis masuknya tim penyelamat.
Tiba-tiba, pintu dungeon terdistorsi… menghilang.
Dan seorang pria serta wanita muncul dari dalam.
“…Apa?”
Serentak, semua reporter langsung ribut.
[Berita terbaru! Hunter Yoo Seodam dan Taylor Nine berhasil menaklukkan dungeon terdistorsi dan telah kembali!]
Suara teriakan, sorak, dan napas lega terdengar dari segala arah.
Namun Han Yoojun hanya terdiam.
Secara refleks, ia menelan ludah, bahkan menelan permen karetnya tanpa sadar.
[Ini benar-benar mukjizat… Eh? Kenapa hunter Yoo Seodam dan Taylor Nine berjalan ke arah lain?]
Han Yoojun mundur perlahan. Instingnya menjerit.
Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tidak mungkin ini terjadi.
[Tampaknya mereka membawa tiga karung besar keluar dari dungeon. Apa itu… eh?!]
Bruk.
Yoo Seodam dan Taylor melemparkan tiga karung itu tepat di depan Han Yoojun.
Karung-karung itu terbuka.
Isinya terlihat jelas.
Tablet yang ia pegang jatuh dari tangannya.
Suara reporter terus mengalir, makin keras, makin ramai, menusuk telinganya.
[…Tiga jenazah hunter S-Rank dari guild Lost Day ditemukan di dalam dungeon. Apa sebenarnya yang terjadi di sana?]
Han Yoojun hanya bisa menatap, wajahnya memucat seolah seluruh darahnya menghilang.
0 komentar:
Posting Komentar