Chapter 23

 Pagi di hari berikutnya.

Han Yoojun, anggota Lost Day, berbicara lewat telepon dengan sang guild master, Yoo Haram.

[Kau tahu kan, dungeon ini ada hubungannya dengan ‘Magic.’]

Magic (Sihir).

Di Bumi, planet teknologi tanpa sedikit pun jejak magic, Han Yoojun otomatis menajamkan pendengarannya.

Tidak ada satu pun manusia di Bumi yang pernah menemukan tanda keberadaan magic.

Banyak yang menginginkannya, tapi tidak ada yang memilikinya.

Tapi bagaimana kalau seseorang benar-benar berhasil mendapatkannya?

Skala kekuatan dunia akan bergeser ke arah yang tidak ada seorang pun duga.

[Hanya segelintir orang yang tahu kalau dungeon cacat di Eurwangni itu terkait dengan magic.]

Yoo Haram tahu soal itu karena koneksi khusus.

Bahkan perusahaan besar dan negara-negara pun tidak tahu.

Karena itu, Yoo Haram memutuskan untuk mengambil risiko besar.

[…Aku sudah mengurus semuanya. Sekarang hanya tentara yang boleh masuk.]

Menurut hukum internasional, keluar-masuk dungeon cacat diawasi ketat.

Karena karakter dungeon jenis ini, begitu masuk, komunikasi dengan dunia luar sama sekali tidak mungkin.

Hal ini sudah menyebabkan banyak kecelakaan besar, yang paling mengerikan adalah “Pembantaian Dungeon Elitz” sepuluh tahun lalu.

Tak peduli seberapa keras Lost Day mencoba memutar opini publik, jika mereka melanggar hukum internasional, mereka tetap akan dihantam kritik.

Karena itu, ratusan perusahaan dan para hunter hanya bisa menunggu di luar dungeon, patuh pada aturan.

Hunter F-Rank sekalipun tidak boleh masuk jika tidak diberikan izin resmi.

Demi tujuan ini, Yoo Haram mengambil risiko besar, Karena untuk memanipulasi hukum internasional… banyak pihak harus ikut komplotan.

[Itulah betapa pentingnya kasus ini bagiku. Paham.]

Begitu telepon ditutup, Han Yoojun menelan ludah.

Ia sempat berpikir semua ini bisa meledak jadi masalah besar, tapi lalu menggeleng.

Lawan mereka hanyalah satu hunter F-Rank dan satu S-Rank.

Sementara pihak mereka memiliki tiga S-Rank hunter.

Cukup lebih dari cukup.

Tak lama setelah itu, Han Yoojun memanggil tiga hunter S-Rank:

Jang Dojin, Yun Seolgyun, dan Ahn Jei.

Ketiganya sudah aktif sebagai hunter lebih dari lima tahun, dan semuanya memiliki kekuatan super S-Rank.

Berbeda dari Han Yoojun yang tidak bisa bertarung, mereka bertiga bisa langsung menyerbu dungeon.

Jadi ia menyampaikan pesan dari guild master.

“Kalian bertiga akan menyelinap masuk ke dungeon.”

“Begitu ya.”

Jang Dojin mengangguk santai, seolah sudah menduganya sejak awal.

“Aku sudah beres bicara dengan para tentara. Tugas kalian hanya masuk diam-diam, bunuh dua orang itu, dan bertahan selama seminggu di dalam. Bisa, kan?”

Tiga hunter ini bisa menaklukkan dungeon S-Rank dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

Kemungkinan dungeon yang ini berperingkat SS-Rank sangat kecil, jarang sekali terjadi.

Dan bahkan kalaupun itu benar, mereka cukup bertahan di area pintu masuk selama seminggu.

Toh kalau benar SS-Rank, dua orang yang sudah berada di dalam sekarang pasti sudah mati.

“Kalau semuanya sesuai rencana, guild master ingin eksekusi yang bersih. Tanpa celah.”

Rencananya sederhana:

Setelah seminggu tanpa kabar dari dua ‘korban’ itu, guild akan mengirim tim penyelamat.

Artinya, serangan dungeon dianggap gagal.

Setelah membunuh Yoo Seodam dan Taylor Nine, ketiga hunter itu tinggal bertahan selama seminggu.

Lalu, ketika tim penyelamat masuk, mereka akan berbaur dan berpura-pura ikut diselamatkan.

Setelah itu, dungeon akan dibersihkan bersama.

“Mesin tidak bekerja di dungeon cacat. Aneh juga, bahkan radio pun tidak berfungsi. Paling mentok cuma… transmisi kode morse analog. Kalau ada apa-apa, pastikan untuk menghubungiku.”

“Baik. Tapi aku rasa tidak akan perlu.”

Mereka adalah tiga superhuman S-Rank veteran di Lost Day.

Walaupun lawan punya satu S-Rank, mereka bertiga sudah lebih dari cukup.

Tidak ada masalah.

“Baik. Kita berangkat.”

***

Menjelang siang.

Jumlah tentara yang berjaga di pintu masuk dungeon sudah lebih dari dua puluh orang.

Di antara mereka, ada satu superhuman S-Rank, Han Haejung, pria paruh baya berpangkat kolonel.

Alis Han Haejung terangkat ketika melihat tiga superhuman itu berjalan mendekat.

Namun Jang Dojin menyapanya sopan.

“Kalian sudah bekerja keras.”

Han Haejung memasang ekspresi kaku.

Ia sangat tahu apa yang akan terjadi jika ia membiarkan mereka masuk.

Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Pagi ini, perintah datang dari atasan:

Izinkan tiga hunter dari Lost Day untuk masuk.

Perintah itu bukan hanya ditujukan pada militer, tapi juga organisasi Cooperative of International Anomaly.

Sebagai tentara, Han Haejung tidak bisa menolak.

“…Nanti atau cepat, kalian harus bertobat.”

Ia berkata begitu sebelum meninggalkan posnya.

“Tidak akan ada hari seperti itu.”

Setelah menepis perkataan itu, ketiga hunter masuk ke dungeon.

Hwaak!!

Aroma udara asing langsung menyeruak begitu mereka menjejakkan kaki di dalamnya.

Udara yang lembap dan berat membuat wajah mereka mengerut.

Peralatan standar hunter, filter oksigen dan purifier tetap tidak bisa sepenuhnya menyesuaikan diri dengan atmosfer dunia asing.

Kadang gravitasi saja berbeda.

“Tempat ini… agak mirip Bumi.”

Mereka mendongak, memperhatikan suasana sekitar.

Di Bumi, matahari masih pagi.

Di sini, matahari sudah hampir tenggelam.

Sebuah istana raksasa yang setengah hancur berdiri di depan mereka, memancarkan aura yang membuat dada terasa gelisah.

Jang Dojin memeriksa lingkungan sekitar, berusaha menenangkan diri.

Tidak ada reaksi dari sensor mereka.

“Tapi lihat ini. Interpreter dungeon kayaknya agak aneh.”

“Apa maksudmu?”

Selama tiga puluh tahun terakhir, sejak dungeon pertama muncul, teknologi sudah mampu membaca “nama” dungeon melalui anomali yang terdeteksi.

Begitu nama teridentifikasi, barulah dungeon bisa diserang.

Tapi…

[Fallen ??? ?? Palace]

“Apa itu? Kenapa nama dungeonnya begitu?”

“Begini dulu waktu masa awal muncul dungeon. Tapi belakangan hampir nggak pernah. Mungkin ini tipe dungeon baru.”

“Aku pernah lihat bangunan di dungeon… tapi istana? Ini pertama kalinya.”

Ahn Jei berbicara pelan.

Dua pria itu sama bingungnya.

“Tapi satu hal pasti.”

Gerbang istana terbuka lebar.

Artinya, target mereka ada di dalam.

“Masuk.”

Ketiga superhuman itu mulai berjalan secara hati-hati.

Mereka hampir tidak mungkin ketahuan.

Tapi di dalam ada satu S-Rank, Taylor Nine.

Jika berhadapan dengannya, akan sedikit merepotkan.

Ahn Jei mengaktifkan salah satu kemampuannya: deteksi jejak.

Levelnya rendah, tapi cukup untuk mengetahui jalur terakhir yang dilewati target.

Yoo Seodam baru saja lewat sini, jadi tidak sulit.

“Hm?”

“Ada apa?”

“Nggak… aku rasa mereka lewat jalur aneh.”

Ia menoleh, menunjuk ruang sempit di antara dua dinding.

“Mereka masuk situ?”

“Hm…”

Di sana, bangkai monster yang mirip golem bertebaran.

Dada, pinggang, dan kepala mereka berlubang secara bersih, jelas hasil kerja Taylor Nine.

Tapi kalau mereka sudah membabat semua itu…

Kenapa tidak lewat jalur utama?

Kenapa memilih jalur itu?

Mereka tidak mengerti.

Namun apa pun alasannya, mereka tetap harus mengejar.

“Kita tidak perlu tahu kenapa. Ikuti saja jejaknya.”

Jang Dojin berkata, dan dua lainnya mengangguk.

Mereka bergerak cepat dan hampir tanpa suara.

Awalnya, satu-satunya ketegangan hanyalah saat pertama masuk.

Namun semakin jauh mengikuti jejak Yoo Seodam…

…rasanya semakin aneh.

Karena jalur yang ditempuh Yoo Seodam sama sekali tidak masuk akal.

Biasanya dungeon model istana seperti ini memiliki bos di lantai paling atas

“Kenapa mereka turun ke bawah tanah?”

Jang Dojin sempat mengira mereka mungkin sudah ketahuan, tapi dia segera menggeleng.

Mereka tidak punya kemampuan deteksi, juga tidak membawa mesin apa pun.

Dengan sensor supercanggih Ahn Jei ditambah kemampuan sensing miliknya, mustahil mereka bisa terdeteksi.

Tapi… kalaupun mereka itu punya firasat sedang diikuti, kenapa mereka justru menunggu di bawah tanah seperti orang yang sudah tahu ada tamu akan datang?

Dan lagi, menyerang dungeon peringkat-S seharusnya memakan jauh lebih banyak waktu.

Begitulah mereka menenangkan pikiran sendiri, mencari logika yang pas.

Akhirnya, mereka tiba di bagian terdalam dari bawah tanah.

Sebuah tempat luas yang disebut “Jantung Mana,” sesuatu yang tidak mungkin bisa dimengerti orang modern.

Seketika, pikiran aneh melintas di kepala mereka.

‘…Jangan-jangan, ini perangkap?’

Tempat itu memang terasa janggal.

Tiang-tiang dengan pola tak dikenal berdiri bergerigi di segala arah, langit-langitnya tinggi tidak wajar.

Dan di tengahnya… terbentang batu raksasa yang sudah kehilangan kilaunya, tampak rapuh, seolah akan runtuh kapan saja.

Apa yang tidak diketahui manusia Bumi adalah bahwa batu raksasa itu adalah Jantung Mana, generator yang menghidupkan seluruh “bangunan magic.”

Meski mana-nya sudah habis, entah kenapa, jejak energi yang dulu pernah berdenyut masih terasa samar di sana.

Jang Dojin menatap Yoo Seodam yang sedang mengelus batu itu, lalu bertanya.

“Kau sudah tahu kami akan datang?”

“Ya.”

“Kalau begitu kenapa tidak kabur?”

tanya Jang Dojin lagi, sambil memerhatikan sekitar.

Mereka tidak bisa melihat Taylor Nine.

‘Dia sembunyi di mana?’

Meski begitu, mereka tidak panik.

Karena kemampuan Yun Seolgyun adalah spesialis pemburu kekuatan super.

Ahn Jei, Aether Shot (S), Target Tracking (D).

Yun Seolgyun, Aether Discharge (S), Aether Disruption (A).

Dan Jang Dojin, Aether Shield (S), Perfect Physique (S).

Di dunia ini, orang yang terbangun dengan dua superpower saja sudah sangat sedikit.

Memiliki dua-duanya berperingkat S? Hampir legenda.

Jika Yun Seolgyun mengacaukan kekuatan lawan, Jang Dojin yang tubuhnya lebih keras dari baja akan menerjang, dan Ahn Jei akan menembakkan panah aether dari jauh, bahkan Taylor Nine, hunter peringkat-S teratas sekalipun, tidak akan selamat.

Tiba-tiba Seodam membuka mulut.

“Taylor lagi berburu. Sudah lama dia nggak benar-benar ngegas.”

“…Apa?”

Dengan langkah tenang, Seodam menempelkan telapak tangan pada sebuah pilar.

Jantung dari bangunan magic.

Tempat yang menyimpan “nyawa” bangunan itu sendiri.

Wajar kalau ada sistem pencegah intrusi, kan?

Meski jantung itu kini mati karena bangunannya juga mati, runenya masih tersisa.

Semacam sistem keamanan magic yang menembak jatuh semua penyusup begitu aktif.

Memang, Jantung Mana ini jauh lebih kuno dibanding punya Vivienda, dan kebanyakan runenya rusak sehingga bangunan itu dianggap mati.

Tapi… itu tidak masalah.

Oong!!

Seodam sudah menafsirkan semua rune itu sejak sebelum mereka datang.

Persiapan sudah selesai.

Seorang mage adalah orang yang hidup dari persiapan.

Dan Yoo Seodam, hunter peringkat-F selalu hidup dari persiapan.

Ia menunggu 3 jam hanya untuk memburu monster F-Rank.

Ia menunggu 48 jam untuk monster E-Rank.

D-Rank? Ia menunggu sebulan.

Ia mempersiapkan diri begitu mati-matian sampai dianggap orang gila.

Untuk urusan persiapan… dia bahkan lebih gila dari mage manapun.

“Baiklah, ayo. Kita bunuh dia dulu, baru cari yang satunya.”

Begitu Jang Dojin berkata begitu, mereka mengangkat busur, perisai, dan wristband mereka.

Tiga hunter peringkat-S dengan kombinasi kemampuan paling optimal untuk menghabisi seorang hunter.

Tak peduli trik apa yang dimiliki hunter peringkat-F, mereka yakin bisa menjatuhkannya dengan mudah.

Bagi mereka, ini cuma seperti menepuk lalat.

Saat Jang Dojin mulai menerjang

Pichi!

“…!”

Sebuah pilar cahaya jatuh dari langit.

***

Taylor menepuk bahunya dengan tongkat baseball sambil memainkan tiga bola cahaya di tangan kirinya.

Kuung!

Seekor monster raksasa sebesar rumah, chimera hibrida peringkat-S mendarat menghantam tanah.

Monster yang biasanya membuat hunter peringkat-S lain megap-megap… tapi Taylor Nine menumbangkannya hanya dengan satu goresan kecil di lengannya.

“Ahh, beda sama robot. Makhluk imut kayak gini masih punya aether, ya?”

Sayang sekali, golem yang Seodam bilang sebagai “guardian” tidak punya kristal aether meski sudah ia bantai semua.

Tapi chimera yang lain, yang ia habisi dalam perjalanan, punya.

Kristalnya sudah terkumpul lumayan banyak.

Setelah mengekstrak kristal terakhir, Taylor menoleh dengan wajah cemas.

‘Berburu saja sepuasmu. Aku menyusul setelah meladeni tamu.’

Itu yang Seodam katakan sebelum ia memilih tinggal sendirian di bawah tanah.

Walaupun Seodam orang yang sombong, tapi dia selalu berhati-hati.

Dia bilang tak perlu bantuan, dan dia sangat yakin… sampai-sampai Taylor akhirnya setuju juga.

Kalau dipikir-pikir, Seodam selalu begitu.

Selalu yakin.

Taylor terpikir kenangan lama.

Lima belas tahun lalu, ketika delapan anak itu pertama kali menjadi hunter.

Ketika semua orang kecuali satu terbangun punya kekuatan super.

Ketika mereka naik satu peringkat demi satu… E, lalu D, lalu C, hingga A.

Seodam tetap seperti dulu, penuh percaya diri.

Hanya karena mereka punya kekuatan, bukan berarti mereka ingin menginjak wilayah Seodam.

Jadi, tidak ada yang melampaui batas itu.

Itulah alasan Taylor ragu.

Tapi tetap saja… dia khawatir.

‘Sial, aku cek sebentar deh. Nggak enak berburu kalau kepikiran begini…’

Akhirnya Taylor berbalik arah, kembali ke jalur semula.

Kugung!

‘…Apa lagi suara itu?’

Semakin dekat dengan tempat mereka berpisah, Taylor mengernyit mendengar getaran bumi yang mengguncang.

Suara ledakan samar.

Suara benda menghantam.

Suara runtuhan.

Selama dia kenal Seodam… suara-suara itu jelas bukan berasal dari dia.

Dengan perasaan tidak enak, Taylor menggertakkan gigi dan berlari menuju ruang bawah tanah.

Saat dia sampai di mulut pintu masuk

…dia melihat pilar api menembus langit dan para hunter berpenanda Lost Day.

“A-apaan itu…?”

Taylor membelalak, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

Tiga hunter peringkat-S berhadap-hadapan dengan satu orang.

Itu… tidak mungkin Yoo Seodam.

Tidak mungkin.

Itu pikirnya.

‘Apa-apaan itu…?’

Sambaran petir jatuh dari langit.

Sebuah lingkaran merah memancar dari garis yang terukir di tanah, membakar habis apapun di sekitarnya ketika pilar cahaya menyala.

Ini… bukan jenis kekuatan super yang pernah ia lihat sebelumnya.

Dan bukan satu, tapi banyak fenomena seperti itu bermunculan.

Pelakunya adalah Yoo Seodam.

‘Sejak kapan kamu punya kekuatan super…? Nggak, apa ini bahkan masuk akal ?’

Dalam seluruh catatan tentang para superhuman Bumi, jumlah kekuatan terbanyak yang dimiliki satu orang adalah tiga.

Tapi bahkan kekuatan super tidak bisa menciptakan fenomena aneh seperti ini.

Setiap kali Yoo Seodam berlari seperti angin dan menyentuh dinding, udara melengkung, cahaya turun dari langit, atau manik-manik biru berputar di sekitarnya.

Semuanya tidak bisa dijelaskan oleh sistem kekuatan super modern.

Tiga hunter peringkat-S itu meraung frustasi, tidak mampu menyentuh perbedaan kekuatan yang begitu tidak masuk akal.

Apa-apaan ini?

Mereka pikir dialah yang akan memohon belas kasihan.

Tapi justru merekalah yang kini memohon nyawa.

‘Apa… itu…?’

Taylor terdiam, tak bisa berkata apa-apa melihat tiga hunter peringkat-S disembelih satu arah, tanpa bisa melawan.

Tanpa sadar, ia menatap wajah Seodam.

Dia sedang tersenyum.

Taylor belum pernah melihat dia sebahagia ini saat bertarung.

Orang yang tidak punya bakat.

Tidak punya kekuatan super.

Yang 30 tahun hidupnya selalu berada di dasar.

Untuk pertama kalinya… dia seorang jenius dengan kekuatan yang melampaui segalanya.

Melihat ekspresi itu, semua pertanyaan hilang dari benak Taylor.

Yang tersisa hanya satu hal:

Dia ikut bahagia.

Melihat Seodam bahagia, itu saja sudah cukup.

Apa penyebabnya.

Bagaimana bisa terjadi.

Semua itu tidak penting sekarang.

Mereka yang selalu berada di puncak kekuatan…

Kini melihat Seodam merobek puncak itu dari titik paling bawah.

Taylor Nine hanya bisa berpikir:

‘Gila… edan banget. Indah banget…’

Tak perlu kata lain.

Pertarungan misterius yang begitu indah, belum pernah ia lihat sebelumnya.

Waktu seakan berhenti saat Taylor terus menatap pemandangan itu, terpesona.

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram