Lingkungan Hwayang.
Celeste melangkah masuk ke sebuah kafe modern standar.
Akhir-akhir ini semua desain interior terlihat sama saja, dan anak-anak muda umur dua puluhan yang memenuhi tempat-tempat seperti ini hanya peduli pada sensasi, bukan harga.
Terutama di Hwayang, daerah tempat universitas ternama dan akademi hunter bergengsi berada.
Kafe ini sudah jadi tempat nongkrong mahasiswa sejak viral di media sosial, dan meski sudah biasa kedatangan cowok-cewek ganteng termasuk selebritas, kehadiran Celeste tetap mencolok.
Sesekali beberapa pelanggan bahkan menoleh hanya untuk melihatnya.
Ia duduk di dekat jendela, melepas trench coat merah mudanya, menggantungnya di kursi, lalu mengeluarkan tablet dengan gerakan lembut.
Ia membuka berita.
[Dengan semakin banyaknya kesaksian, semalam ditemukan foto anggota Lost Day yang menyelinap masuk ke dungeon terdistorsi.]
Seminggu lalu.
Meski dunia masih heboh karena dua hunter berhasil menaklukkan dungeon terdistorsi, muncul berita lain:
tiga hunter masuk diam-diam, melanggar hukum internasional.
Dan yang lebih mengejutkan, tiga orang itu ternyata anggota S-Rank Lost Day.
Semua mati di tangan Yoo Seodam dan Taylor Nine.
Korea langsung geger.
Rangkaian kejadian itu membuat publik geram, dan opini publik menghantam Lost Day tanpa ampun.
Terlebih karena kejadian itu terjadi saat seluruh dunia sedang fokus pada Korea, tak ada cara untuk menutupinya.
[Jika dilihat dari foto ini, ketiga hunter itu...]
Kesaksian dan bukti foto bermunculan.
Semua bukti yang biasanya bisa “hilang” berkat pengaruh Lost Day… sekarang tidak bisa lagi ditekan.
Skandalnya terlalu besar.
Seodam tahu itu, jadi ia sengaja mempublikasikannya saat semua perhatian tertuju padanya.
Pada akhirnya, orang mati tidak bisa bicara.
[Ah, mereka tiba-tiba ngejar kami, bajing(bip). Apa? Dasar anji—(bip). Yaelah, gue lagi ngomong nih. Jadi gini, kenapa sih para bang(bip) itu nyusup ke dungeon? Hah? Hahaha, dasar as(bip). Mereka pura-pura mau selesain bareng…]
Taylor menceritakan versinya pada media sambil ngoceh panjang-lebar.
Dia hunter S-Rank sekaligus selebritas, jadi perhatian jelas tertuju padanya, tambah lagi wajahnya yang cantik sangat mencuri perhatian.
Buktinya?
Yoo Seodam yang sebenarnya punya peran terbesar, nyaris tak diwawancarai.
Sementara Taylor bahkan muncul di acara talk show pagi.
Tentu, Lost Day tak tinggal diam.
[Guild master Lost Day menyatakan bahwa ketiga hunter tersebut hanyalah pekerja kontrak dan tidak ada hubungan dengan guild.]
Media memang alat kekuasaan.
Kalau Lost Day bilang begitu, tak mudah membantahnya.
Tapi semua orang tahu:
mana mungkin tiga hunter S-Rank kontrak bisa menyuap militer dan menyelinap ke dungeon tanpa ada yang sadar?
Militer pun akhirnya menolak tuduhan tersebut, dan kolonel Han Haejung yang bertanggung jawab atas pengelolaan dungeon langsung dipecat paksa.
Di pihak Lost Day, Yoo Haram mengorbankan interpreter A-Rank, Han Yoojun.
Akhirnya berita yang keluar adalah bahwa militer dan Lost Day tidak terlibat dan semua salah Han Haejung serta tiga hunter S-Rank itu.
Tetap saja, skandal itu terlalu besar untuk bisa ditutup rapat.
Melalui posisi tinggi ayahnya, Celeste tahu bahwa banyak orang mulai menjauh dari Lost Day.
Mungkin pukulan yang mereka terima benar-benar fatal.
Tak lama kemudian, video permintaan maaf terbuka dari guild master Yoo Haram dirilis.
Meski ia bilang tulus meminta maaf dan akan bertanggung jawab penuh, masyarakat tetap mencemoohnya.
Kalau memang tulus, ia tidak akan menutupi apa pun.
Celeste menyeruput kopi lewat sedotannya.
Jika anggota guild melanggar hukum internasional, guild-lah yang harus menanggung akibatnya.
Mungkin akan ada penilaian untuk menentukan apakah guild itu layak bertahan.
Tentu saja Lost Day tidak akan tumbang hanya karena satu skandal.
Kekuasaan mereka terlalu besar bagi Korea untuk kehilangan mereka.
Tapi tetap saja, kena dua pukulan besar berturut-turut, reputasi mereka hancur.
Dan dalam dunia hunter, citra adalah segalanya.
Sekali rusak, selesai.
Apa tuan Yoo Seodam memang merencanakan semua ini?
Timing-nya terlalu sempurna.
Saat Celeste tenggelam dalam pikirannya, pintu kafe terbuka, dan Yoo Seodam masuk dengan pakaian yang sederhana.
“Halo.”
‘Gila, mahal banget ini kafe,’
itu hal pertama yang terlintas di kepalanya saat melihat harga kopi, membuat matanya membesar.
Padahal bukan specialty coffee juga.
“Sulit sekali menghubungi muq.”
“Aku memang sibuk akhir-akhir ini.”
Itu benar.
Walaupun Taylor ribut di depan publik, Seodam terus bekerja di balik layar.
Baru hari ini ia punya sedikit waktu luang.
“Ada hal mendesak sampai-sampai memanggilku ke sini?”
“Tidak terlalu mendesak, tapi…”
Celeste menutup berita, lalu membuka video lain.
“Kompetisi Debat Ilmu Pedang Internasional?”
Kompetisi itu diselenggarakan oleh Federasi Hunter Ilmu Pedang Internasional, sebuah olahraga besar sejak nilai senjata seperti pedang meningkat dalam 30 tahun terakhir.
Tujuannya adalah memamerkan gaya ilmu pedang, lalu saling berdiskusi untuk meningkatkan kualitas ilmu pedang di Bumi.
Tentu saja kompetisinya juga menentukan peringkat para peserta.
“Kenapa kau tunjukkan ini padaku?”
Baru ia ingat: seseorang dari federasi itu pernah menghubunginya.
Mereka bilang ingin mempelajari gaya pedangnya, dan benar-benar berharap ia mau ikut debat.
Tapi ia tak tertarik, jadi tak pernah memberi jawaban.
Jadi kompetisinya sebentar lagi?
Saat Seodam sedang memikirkannya, Celeste memutar video lain.
Peristiwa setengah tahun lalu.
Video kekalahan sepihak Celeste melawan seorang wanita.
“Oh…?”
Saat itu Celeste masih E-Rank.
Biasanya kompetisi diadakan antar peserta dengan peringkat sama, namun keluarga besar seperti keluarga Celeste sering melakukan duel berbeda peringkat karena tradisi.
Karena itu, lawan Celeste waktu itu adalah Sanagi, superhuman D-Rank, sekaligus putri sulung keluarga Okamoto yang terkenal dari Jepang.
E-Rank melawan D-Rank.
Hasilnya sudah jelas sejak awal.
“Akan ada debat lagi. Dan…sepertinya aku harus melawan keluarga Okamoto lagi.”
Karena keduanya adalah talenta muda yang bersinar, setiap debat selalu memusatkan perhatian pada mereka.
“Tapi kau sekarang D-Rank, kan?”
“Ya. Tapi Sanagi Okamoto baru saja naik ke C-Rank.”
“Apa… gila.”
Sanagi Okamoto masih sekitar umur dua puluh.
Lahir di keluarga ahli pedang terkenal, tentu bakatnya banyak.
Tapi yang menakutkan adalah bahwa ia juga punya bakat fisik yang kuat.
Berbeda dari kekuatan super lainnya, kekuatan fisik berkembang perlahan, tidak mudah naik cepat di usia muda.
Jika ia terus berkembang seperti itu, ia mungkin bisa menantang S-Rank suatu hari nanti.
Masalahnya… bakat itu bukan milik pihak Celeste.
“Itulah kenapa aku butuh hunter Yoo Seodam.”
“Aku?”
“Aku memang sedang melatih fisikku, tapi mustahil bisa mengejar C-Rank dalam waktu singkat. Ada satu-satunya cara.”
Yaitu membuat seseorang yang lebih kuat darinya memaksanya menembus batas dengan ilmu pedang yang sesungguhnya.
Mendengar itu, Seodam mengerutkan kening.
“Hey, kau yakin itu akan berhasil?”
“Tentu. Kalau orangnya kamu.”
Jawab Celeste tanpa ragu, dari hati.
“Uh…”
Seodam sebenarnya ingin berkata, itu karena aku punya talenta Ilmu Pedang A+.
Tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu.
Tentang bagaimana Celeste pernah menirukan ilmu pedang yang ia tiru asal-asalan dan melakukannya dengan lebih baik.
‘Tunggu… bentar deh. Bakat ilmu pedangnya dia ini… apa lebih tinggi dari C-Rank?’
Aku memang nggak bisa lihat bakatnya secara langsung, tapi dia bisa menangkap gerakan pedangku cuma dengan sekali lihat.
Yah, wajar sih. Namanya juga jenius, mereka memang mencolok sejak awal.
Tapi masalahnya, ilmu pedang modern itu baru berkembang sekitar tiga puluh tahun sejak munculnya para superhuman. Usianya masih pendek, jadi wadah buat orang berbakat itu sebenarnya belum ada.
Lalu gimana jadinya kalau seorang jenius belajar ilmu pedang yang sejarahnya ribuan tahun?
“Aku bukan minta sparring santai kayak kemarin. Aku ingin hunter Yoo Seodam resmi menjadi ahli pedang keluarga Costantini.”
Seodam mengelus dagunya pelan.
Sejujurnya, ini bukan tawaran buruk.
Malah datang di waktu yang pas banget.
Dia lagi butuh tempat buat berlindung dari badai yang namanya Lost Day, dan keluarga Costantini cukup kuat buat jadi tameng.
Apa pun rencana Lost Day, mereka nggak mungkin menyentuh putri tertua keluarga Costantini.
‘Lumayan… bisa jadi tempat berteduh sementara.’
Lagian, cepat atau lambat aku juga harus masuk guild.
Sebagai tempat sementara, Costantini sudah lebih dari cukup.
“Tapi kan kamu tahu sendiri, aku terlalu sibuk buat ninggalin Korea.”
“Tak apa. Aku memang berencana tinggal di Korea agak lama.”
“Baiklah. Kapan kita mulai?”
“Minggu ini aku pulang dulu ke rumah orang tuaku buat nyiapin semuanya. Minggu depan kita mulai, ya.”
Tujuannya jelas: mengalahkan Sanagi Okamoto dalam adu pedang.
Ekspresi Celeste langsung berubah tegas.
Kami ngobrol sampai sore di kafe. Matahari mulai turun, jadi aku mengantar Celeste pulang. Begitu sampai rumah, aku langsung menjatuhkan diri ke sofa.
Baru seminggu.
Dan dalam seminggu itu, aku sudah bikin kerusakan yang jauh lebih besar daripada yang kubayangkan pada Lost Day, dengan kekuatanku sendiri.
Sekarang Lost Day pasti lagi gelisah.
Rasanya puas banget.
Aku, hunter F-Rank yang selama ini dianggap bukan siapa-siapa, berhasil menggoreskan luka pada guild kaliber Lost Day, guild yang bahkan orang takut buat menatap.
Ring!
Pesan dari Taylor.
[Kayaknya si bajingan Han Yoojun itu masuk rumah sakit.]
Kenapa Han Yoojun yang bukan petarung bisa masuk rumah sakit?
Awalnya kupikir dia ngumpet dari media. Tapi dipikir lagi… kemungkinan besar ini ulah guild master Lost Day.
Temparemen Yoo Haram itu parah banget. Pasti dia ngamuk setelah semuanya berantakan dan melampiaskannya ke Han Yoojun.
[Yoo Seodam: Di sana gimana?]
[Taylor Nine: Gatau.]
[Taylor Nine: Kayaknya bagus? LOL]
[Taylor Nine: Udah lama nggak masuk TV, sumpah seru banget.]
[Taylor Nine: Sial, nasinya matang.]
[Yoo Seodam: Perlu bantuan?]
[Taylor Nine: woles.]
Awalnya aku mau turun tangan sendiri ke media.
Tapi Taylor terlalu menikmati pekerjaan itu, jadi ya sudah, aku serahkan semua padanya.
Dia selalu bilang nggak suka perhatian.
Tapi entah kenapa, dia sangat suka ngebully orang lain.
Kali ini korbannya Lost Day, jadi wajar dia lagi ganas-ganasnya.
[Yoo Seodam: Jangan sampai kena kasus hukum.]
[Taylor Nine: LOL Aku udah berapa kali sih kena pencemaran nama baik?]
[Taylor Nine: Santai, semua beres kok!]
[Yoo Seodam: Oke.]
[Yoo Seodam: Aku bakal pergi sebentar.]
[Taylor Nine: Oke.]
Dengan itu, aku bebas untuk sementara waktu.
“Aku ambil misi lagi.”
Masih ada seminggu sebelum Celeste kembali. Kayaknya jalan ke dimensi lain adalah pilihan terbaik.
[Daftar Misi]
Begitu kubuka daftar protagonis, ada sesuatu yang mencolok di paling atas.
“Apa ini? Rekomendasi?”
< Betul. Aku mengelompokkan protagonis yang sementara tidak berbahaya dan mudah ditangani. >
“Kalau aku memburu mereka, aku dapat dua ability?”
< Tidak, karena ini bukan misi darurat. Tapi kamu akan dapat satu level tambahan. >
“Wow…”
Ada tiga rekomendasi.
#The_game_I_made_has_become_a_reality
#Fusion_Fantasy #Ramalan #Negara_Tetangga #Growth #Thriller
#Did_I_die_again?_Let’s_do_it_again!
#Fantasy #Regression #Growth #Lebay #Pahit_Manis
#Third_daughter_is_a_witch_and_master_swordsman?
#Fantasy #Possession #Terkuat #Berbakat #Remaja
Tiga-tiganya aneh.
Kriteriaku:
— level harus rendah,
— dan harus ada hubungan dengan pedang atau magic.
Yang ketiga levelnya paling rendah: 70.
Harusnya paling mudah.
Walaupun jujur, melawan level 70 itu bukan hal yang bikin aku percaya diri.
Tapi kalau bisa jebak dia seperti menjebak monster, mungkin masih masuk akal.
Jadi
#Third_daughter_is_a_witch_and_master_swordsman?
“Aku pilih ini.”
< Mau pergi sekarang? >
Semua sudah kusiapkan sejak tadi.
Untuk jaga-jaga, aku membawa Mega Shooter juga.
Aku mengangguk puas. Dalam sekejap, pandanganku mengabur.
[Bepergian ke Kekaisaran Alethea. Dunia milik Witch Ella, protagonis Level 70.]
[10…9…8…]
[Perjalanan selesai.]
[Perbedaan waktu: 3.41020x]
Dunia runtuh, retak, lalu terbentuk kembali perlahan.
Aku membuka mata.
…Seorang gadis yang kelihatannya seumuran anak SMP sedang menatapku tanpa berkedip.
“U-um… ada apa?”
Refleks, aku melihat tulisan di atas kepalanya.
‘Witch Ella.’
Dia protagonist-nya.
Ini situasi terburuk yang paling nggak mau kuhadapi, ketemu protagonis tanpa persiapan, dan levelnya dua kali lipat levelku.
Keteganganku langsung naik.
Ella membuka mulutnya pelan-pelan.
“Kamu instruktur ilmu pedang yang baru, kan?”
“…Apa?”
[Anda menjadi instruktur pedang untuk Putri Ella dari Duke Almus. ]
0 komentar:
Posting Komentar