“Kirimin aku pulang.”
Begitu aku mengucapkannya, sebuah pesan langsung muncul di kepalaku.
[Kembali ke dunia anda semula.]
Penglihatanku mengabur, dan segala sesuatu mulai runtuh.
Dulu aku selalu memejamkan mata rapat-rapat karena mabuk perjalanan yang parah, tapi sekarang tidak.
Aku hanya berdiri diam, menatap dunia itu…
Menjauh.
Semakin jauh dari dunia itu.
Dan saat seluruh dunia Arash tampak dalam pandangan, aku melihatnya.
Sosok-sosok raksasa yang cukup besar untuk menutupi dunia.
Seekor naga kolosal dengan manik bercahaya di mulutnya.
Sesuatu yang diselimuti api.
Sesuatu yang berkilau seperti potongan kecil alam semesta…
Mereka semua… sedang menatap ke bawah.
Ke dunia Arash.
Saat itulah aku tahu secara naluriah.
Mereka adalah Constellation.
Kini aku bisa mengerti kenapa makhluk semegah itu melihat manusia tak lebih dari mainan.
Hanya dengan menatap mereka saja, jantungku berdegup gila seolah mau meledak.
…Dan.
Si Clien telah mengubahku, manusia biasa menjadi keberadaan sementara yang hampir selevel dengan para Constellation ini.
Ketika pandanganku akhirnya menghitam seluruhnya…
Aku membuka mulut.
“Clien. Awalnya aku nggak pernah berniat nanya hal ini, tapi…”
< … >
“Kau sebenarnya apa?”
Duniaku masih hitam.
Aku menunggu jawabannya, tubuhku terasa seperti melayang tanpa bobot.
< …Masih terlalu cepat. Tapi aku janji… suatu hari, ketika waktunya tepat, aku akan memberitahumu. >
“Kalau begitu, setidaknya bilang kenapa terlalu cepat.”
< Nanti kau akan tahu. Tapi untuk sekarang, aku tidak bisa bilang alasannya. >
“Itu jawaban muter-muter banget.”
Clien adalah seseorang atau sesuatu yang ingin membunuh semua protagonis yang ada.
Dan aku… seseorang yang bisa melintasi dimensi sesuka hati, membunuh makhluk-makhluk konyol yang memonopoli berkah dunia.
“…Aku cuma mau memastikan satu hal. Kau bukan seorang protagonis, kan?”
Lalu, entah dari mana, seperti ada tawa seorang perempuan.
Aku mungkin salah dengar.
Clien yang kukenal tidak pernah menunjukkan emosi.
< Tidak mungkin. >
“Oh jadi begitu.”
< Kau ingin melihatku? >
“Tentu saja.”
< …Kalau begitu, hanya sekilas. >
Tiba-tiba, seluruh alam semesta di sekelilingku seperti menyusut ke satu titik.
Cahaya keemasan yang menyilaukan berputar-putar…
Dan di tengahnya, seorang perempuan
“…Huk!”
[Waktu telah kembali normal.]
Saat aku tersadar, aku sudah kembali di apartemen studionya, di atas kasurku.
Aku cepat-cepat bangun dan memegang dadaku.
Dadaku terasa sesak, seolah ada sesuatu yang menghantamku keras.
‘Apa tadi itu…?’
Atau… apa itu benar-benar terjadi?
Dengan tubuh yang terasa berat, aku bangkit perlahan dan mengecek lifespan bukan jam.
Umurku berkurang satu hari.
Artinya, satu hari telah berlalu.
“…Nggak nyangka aku tidur kayak mayat selama satu hari penuh.”
Entah karena apa aku melihat cahaya emas itu…
Atau mungkin karena aku menghabiskan hampir 100 hari di dunia Arash.
Aku tak tahu.
Aku mengambil ponsel dan memeriksa tanggal.
Seperti dugaan, di bumi baru 25 hari berlalu.
“Hey, Clien.”
< … >
“Kau tidur?”
< … >
Aneh.
Biasanya dia langsung menjawab setiap kali kupanggil.
Hm… memang pernah terjadi sekali, setelah insiden Lee Yeonjun dia tidak menjawab sama sekali.
Waktu itu dia bilang dia lelah dan butuh istirahat.
Tetapi tetap saja…
Ini tidak biasa.
Kalau memang tidak bisa dilakukan, ya tidak bisa.
Aku cuma bisa tanya lagi nanti.
“Hmmm.”
Saat kusentuh aether suit hitamku, rasanya pengap.
Sekarang kupikir-pikir, aku belum pernah memakai suit kelas 1 sebelumnya.
Aku melepaskannya, memasukkannya ke dalam kotak, lalu mendorongnya ke sudut ruangan.
Setelah itu aku mengecek apa saja yang kudapat.
[Skill Arash: Inventory (B) telah diserap.]
Skill inilah yang kudapat dari Arash.
Ada beberapa skill bagus lain karena Arash adalah battle mage, tapi aku tidak mendapatkannya.
Tidak menyesal juga.
Aku mengecek apa fungsi Inventory.
< Inventory (B) >
Deskripsi: Ruang tersendiri untuk menyimpan barang.
Kapasitas berat: 70 kg
Kapasitas volume: 10 m³
Catatan: Barang dengan sumber energi di atas A-Rank tidak dapat disimpan.
Inventory ini mirip sekali dengan “subspace,” salah satu skill yang paling kuinginkan.
Memang ada beberapa perbedaan, tapi siapa peduli?
Dengan sedikit batasan, Inventory bisa membawaku membawa barang antar dunia.
Saat kubuka, sebuah jendela transparan dengan pola bata muncul di udara, menampilkan daftar barang yang sudah kusimpan.
Sebelum meninggalkan dunia Arash, aku berkeliling dalam bentuk astral mencari material yang mirip dengan yang tercatat di perpustakaan White Witch.
Dan ternyata aku berhasil mendapatkan beberapa, tidak identik, tapi cukup mendekati.
Ada juga sebuah kantong berisi debu peri dan tanah berenergi yang mengambang di udara.
Benda itu mungkin tidak bisa menumbuhkan Silver Spiritual Flower, tetapi setidaknya bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Aku mengambil semuanya, lalu berjalan ke aether safe dan membukanya.
Di dalamnya… bunga itu berdiri lemah, kelopaknya layu, bergoyang pelan.
“Hei. Kau masih hidup, kan?”
[Mhm.]
“Aku bawa beberapa hal yang mungkin bisa membantu. Jadi tahan sebentar lagi.”
[Dingin…]
Dengan hati-hati, aku menyingkirkan tanah yang lama dan menaruh tanah baru di sekelilingnya, lalu menaburkan debu peri ke dalam tabung kaca berpelindung sihir itu.
Debu peri itu mirip serbuk bunga, jadi aku harus menaburkannya dengan hati-hati. Butuh sekitar tiga puluh menit berdiri hanya untuk menyelesaikannya.
[…Enak.]
“Sudah cukup buat bikin kamu bertahan sementara waktu?”
[Iya.]
Aku memang belum menemukan bahan yang benar-benar tepat.
Aku harus mencari lagi di dimensi lain, tapi untuk sekarang aku nggak bisa, soalnya aku sudah ada janji dengan Celeste.
Setelah selesai mengurus bunga itu sejauh yang aku bisa, aku mengecek kemampuanku.
Level-ku sudah naik sampai 42.
Bisa dibilang sekarang aku benar-benar D-Rank.
Dengan laju pertumbuhan begini, aku bakal bisa bertahan sebagai hunter di mana pun.
Selain itu, Wind Step dan Mana Circling bisa memaksimalkan kemampuan fisikku, sementara White Swordsmanship membuatku berburu jauh lebih efisien.
Kalau aku fokus bekerja sebagai hunter, aku bisa hidup nyaman tanpa perlu pusing soal uang.
“Ngomong-ngomong, apa maksudnya peralatan dengan energi di atas A-Rank?”
Jawabannya datang dari sistem yang suara mekanis itu bukan dari Clien.
[Sistem peringkat sewenang-wenang, ditentukan oleh jumlah energi yang terkandung dalam item.]
[Jika dibandingkan dengan peralatan di Bumi, peralatan tingkat 1 setara dengan A-Rank.]
‘Oh… jadi mega shooter milikku bisa dimasukkan ke inventory?’
Selama ini rasanya selalu ribet harus bawa-bawa mega shooter ke mana-mana.
Hanya dari ini saja, aku merasa sudah panen besar.
Termasuk mega shooter, aku sekalian menyimpan beberapa peralatan kelas rendah lain yang cuma memenuhi ruang apartemen.
Setelah itu, aku mengambil ponselku.
Aku sudah lama pergi ke dunia lain, jadi aku sama sekali nggak tahu apa saja yang terjadi di Bumi.
Aku membuka beberapa aplikasi berguna, termasuk aplikasi timeline yang merangkum berita dari beberapa minggu terakhir.
Aplikasi yang bagus dipakai kalau kamu kekurangan waktu dan pengen tahu cepat apa saja yang sedang terjadi.
Kalau perlu detail, tinggal klik berita terkait.
Sambil baca-baca berita, aku mengirim pesan ke Taylor.
[Yoo Seodam: Aku balik.]
Entah kenapa, Taylor bilang, “Kalau kamu pergi ke tempat aneh itu lagi, kabarin aku tiap kali kamu kembali,” jadi ya… aku memenuhi janji itu.
Kemudian aku kirim pesan ke Celeste.
Soalnya beberapa hari lagi ada debat pedang.
Balasan dari Celeste datang seketika.
[Celeste: Foto (Link)]
“Hm?”
Itu selfie Celeste.
Lebih tepatnya, selfie asal-asalan dari boneka tanpa ekspresi.
Ada juga tautan di fotonya.
[Celeste: Ini akun Stargram-ku.]
[Celeste: Tolong follow.]
Follow?
[Yoo Seodam: Nggak seharusnya kamu nanya dulu apa aku punya akun?]
Sekitar tiga puluh detik tak ada balasan, lalu muncul pesan dengan emoji merajuk.
[Celeste: Maaf. Aku sudah lama punya, jadi kupikir tuan Seodam juga punya.]
[Yoo Seodam: …]
Ya sudahlah, aku juga nggak tahu mau jawab apa.
[Yoo Seodam: Tapi ini buat apa?]
[Celeste: Aku lagi coba ningkatin kehadiran media sosialku buat debat pedang.]
[Celeste: Aku pengen follow akun tuan Seodam.]
[Yoo Seodam: Oke.]
[Celeste: Aku cuma mau saja.]
…Baiklah.
Aku memang kurang suka media sosial, meski banyak orang baru mulai pakai setelah aku.
Rasanya ribet harus belajar hal baru.
Tetap saja, aku buka akun Celeste, hanya untuk lihat seperti apa tampilannya
“Gila… sejuta followers?”
Waktu debut jadi hunter beberapa bulan lalu, dia bilang dia belum punya akun sosial sama sekali.
Benar, setelah insiden dengan reporter UTV, dia bikin akun buat siaran langsung.
Aku nggak pernah memperhatikan sejak itu, soalnya aku memang nggak tertarik.
Tapi benar-benar luar biasa akun itu bisa meledak secepat ini.
Kalau dipikir-pikir… dia punya paras cantik, koneksi, kekayaan, dan bakat.
Aneh kalau akun itu nggak ngetren sejak awal.
Aku membuka timeline-nya perlahan.
Ada selfie tanpa ekspresi, tampilan normal Celeste yang mendapat ribuan reaksi positif dari orang yang bilang itu selfie bagus.
Di postingan terbaru, ada foto dia dengan Taylor.
Dilihat dari ekspresi Taylor yang terlihat kesal, sepertinya Celeste memaksanya untuk berfoto.
Tetap saja, tidak sampai mengabaikan juniornya.
Penampilan galak Taylor itu cuma topeng.
‘Hah?’
Melihat foto dengan Taylor, aku menemukan komentar aneh.
Komentarnya berbahasa Inggris, tapi bisa diterjemahkan penuh ke bahasa Korea.
[Aren: Sudah lama nggak lihat foto Taylor ♡♡ Kamu masih secantik biasanya. (Like: 29 / Dislike: 97)]
[Taylor Nine: Hei bajingan. Siapa yang ninggalin komentar itu? Setelah kubaca, rasanya pengen muntah. Ini pasti bajingan yang sama. (Like: 4539 / Dislike: 127)]
…Balasan Taylor benar-benar keterlaluan.
Aku bisa bayangkan betapa ngamuknya dia waktu nulis itu.
Aren.
Aku dan Taylor punya urusan buruk yang panjang dengan orang ini.
Sebagai superhuman S-Rank peringkat 12 yang debut tiga tahun setelah aku, dia selalu merendahkanku di medan pertempuran.
Waktu itu harga diriku cukup rendah, jadi aku cuma diam.
Toh sering terjadi.
Tapi setiap kali itu terjadi, Taylor selalu maju membelaku.
Dia melontarkan segala macam makian ke Aren… dan semakin Aren dihina, semakin dia mengejar Taylor sambil bilang dia suka padanya.
‘Orang itu keras kepala banget.’
Sudah dimaki habis-habisan begitu, masih belum sadar juga?
Aku penasaran Aren punya Stargram, jadi aku membuka akunnya.
‘…Kaya banget ya?’
Alih-alih selfie, hampir semua fotonya adalah tato aneh di punggung tangan, kalung emas, dompet mahal, dan pose-pose mencurigakan di atas mobil.
Jumlah pengikutnya juga banyak.
Wajar sih, dia S-Rank kuat dan memegang posisi penting di Asosiasi Master Swordsman.
‘Tunggu… berarti dia bakal datang ke debat pedang?’
Terserah dia mau datang atau nggak, tapi jujur saja, aku malas ketemu orang aneh.
Saat aku menggulir postingannya tanpa berpikir, aku melihat sesuatu yang janggal.
Di setiap foto, Aren memakai aksesoris berbeda, kecuali dua benda.
Sebongkah gelang kayu tua di pergelangan tangan kanannya, dan kalung mutiara jadul di lehernya.
Benda-benda itu tidak cocok dengan gaya “keren” yang selalu dikejarnya, tapi ia memakainya di setiap foto.
Oh, benar.
Sekarang aku ingat.
Aku yakin dia memakainya ketika kami bertemu beberapa tahun lalu.
‘Ini…’
[Skill White Witch’s Library (F) diaktifkan.]
[Memulai pencarian magic.]
[Menganalisis…]
[Pencarian selesai: Mengurutkan berdasarkan imprint asli.]
[Enchant teridentifikasi sebagai Enhance Strength (B) dan Enhance Agility (C).]
[Skill magic terkait terkonfirmasi kompatibel.]
[Ingin melakukan Cracking?]
0 komentar:
Posting Komentar