Chapter 56

Akademi Superhuman Korea adalah salah satu akademi terbesar di dunia.

Bagaimana mungkin tempat sebesar itu bisa muncul dari wilayah sempit seperti Korea, kau bertanya? Jawabannya sederhana, seluruh pulau itu dibangun di atas laut, di wilayah pesisir barat.

Di atas pulau berwarna putih bak marmer itu, berdiri sebuah bangunan megah menyerupai kastel. Itulah kota akademi superhuman, atau yang lebih dikenal dengan nama ‘Sekim’, sebuah istilah baru yang diciptakan dan diusulkan oleh presiden saat itu.

Dulu, orang-orang mengejeknya dengan sinis sebagai “kata gabungan dari samgyeopsal dan kimchi”. Namun bertahun-tahun kemudian, nama Sekim justru terpatri kuat di benak orang-orang di seluruh dunia.

Sebuah akademi tempat para superhuman brilian bekerja sebagai staf pengajar. Tempat yang sangat diincar, baik oleh calon superhuman yang ingin mempelajari skill, maupun siswa biasa yang mengincar ijazah dari sana.

Kota raksasa dengan total populasi lima juta jiwa ini juga menjadi lokasi berdirinya Sekolah Kemampuan Super Sejong yang terkenal.

‘Hari kunjungan orang tua, ya?’

Akademi mengadakan Hari Kunjungan Orang Tua setahun sekali untuk memperlihatkan sejauh mana perkembangan para murid kepada keluarga mereka. Di saat yang sama, akademi juga memanfaatkan acara ini untuk memamerkan pencapaian mereka melalui kemajuan para siswa.

Namun, berbeda dari kunjungan orang tua biasa, hari ini juga menjadi ajang bagi konglomerat dan guild untuk mengincar siswa-siswa berbakat lewat turnamen pertarungan yang diselenggarakan akademi.

Lee Dong-joon memandang putrinya, Shin Hye-ji, dari bangku penonton.

Meski mereka tidak memiliki hubungan darah, Shin Hye-ji tetaplah “putrinya berdasarkan kontrak”. Dan memang benar, Lee Dong-joon telah memasukkannya ke dalam batasan keluarganya sendiri.

Shin Hye-ji adalah seorang gadis dengan mimpi yang menyedihkan.

Ia ingin menjadi seorang hunter, meski dirinya hanyalah manusia biasa tanpa kemampuan super apa pun.

Lee Dong-joon sudah berkali-kali memintanya untuk menyerah pada mimpi itu. Namun, Hye-ji tetap berlatih keras setiap hari. Hingga akhirnya, Lee Dong-joon, yang tersentuh oleh tekadnya melanggar satu aturan lagi.

Selain larangan ‘tidak boleh menjalin hubungan’, ia juga melanggar larangan ‘tidak boleh menyebarkan ilmu bela diri’.

[Kau seharusnya tidak melakukan itu.]

Lee Dong-joon mendengar suara itu sambil menyaksikan duel Shin Hye-ji.

[Kenapa kau melanggar larangan?]

‘Karena aku sendiri yang membuatnya.’

Identitas suara yang berbicara di dalam kepalanya tak lain adalah Dharma. Lebih tepatnya, Dharma dari Bumi.

Dahulu kala, Lee Dong-joon secara tak sengaja dirasuki roh yang bersemayam dalam relik Dharma. Banyak manusia dari Bumi dipanggil ke Murim. Saat semua orang masih diliputi kebingungan dan kekacauan, Lee Dong-joon beradaptasi jauh lebih cepat dari siapa pun dan meraih prestasi luar biasa berkat Dharma yang ada di dalam tubuhnya.

Saat itu, satu-satunya mimpinya hanyalah kembali ke Bumi.

Namun, Dharma dari Bumi takut jika ilmu bela diri Murim akan menyebar ke dunia manusia.

Dharma yang dulu pernah menyebarkan energi magisnya ke seluruh Bumi dan memungkinkan siapa pun menggunakannya, menarik kembali seluruh kekuatannya ketika ia melihat manusia terlalu mabuk oleh kekuatan hingga menodai dunia dengan darah.

Ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Bahkan setelah dunia berubah menjadi tempat di mana monster bermunculan, pendiriannya tetap tak goyah.

‘Tidak bisakah kau membuatku satu-satunya yang kembali ke Bumi?’ tanya Lee Dong-joon.

Namun, Dharma hanya menggeleng pelan.

[Jika kau kembali, semua manusia Bumi yang ada di Murim juga akan ikut kembali.]

Karena itu, tak ada pilihan lain selain menetapkan larangan bagi seluruh manusia Bumi di Murim.

Lee Dong-joon lalu menaungi mereka semua untuk mengawasi tindakan mereka. Dan ia menciptakan sebuah aturan:

“Jika kau menggunakan ilmu bela diri atau menjalin hubungan, Dharma akan datang mengunjungimu.”

Namun, ada satu cacat besar dalam aturan itu.

Aturan tersebut tidak berlaku bagi Dharma itu sendiri, yakni Lee Dong-joon.

[…Aku mempercayaimu.]

‘……’

Namun, Lee Dong-joon tidak pernah berniat menggunakan kekuatannya untuk memburu monster. Ia hanya menginginkan kehidupan yang normal.

‘Dunia pasti berubah. Bukankah caramu berbicara juga sudah berubah?’

[Bajingan! Aku sudah hidup ratusan tahun! Mana mungkin aku bicara dengan satu gaya saja!]

‘Tak masalah. Aku akan melakukan apa pun demi diriku dan keluargaku.’

[…Jadi, kau sama sekali tak memikirkan orang-orang Murim lainnya]

Jika Lee Dong-joon memutuskan kembali ke Bumi, semua manusia Bumi di Murim tak punya pilihan selain ikut bersamanya.

‘Tolong… anak dan suamiku ada di sini. Aku tidak ingin kembali. Tolong…’

Seorang wanita berkata sambil memeluk anaknya dan memohon.

Lalu ada yang lain…

‘Tolong, dia akan kembali seminggu lagi. Biarkan aku bertemu dengannya satu kali lagi saja. Tolong… aku ingin mengaku padanya.’

Seseorang membenturkan kepalanya ke lantai.

‘Aku tidak bisa kembali sekarang. Aku harus membunuh orang yang membunuh putriku!’

Seseorang mengacungkan pisau ke arah Lee Dong-joon.

Namun, Lee Dong-joon adalah master absolut Murim yang telah mencapai tingkat ‘Legendary Lord’. Tak seorang pun bisa mengalahkannya dengan kekerasan.

Pada akhirnya, mereka semua dipaksa kembali ke Bumi.

Setelah kembali ke Bumi, banyak orang dari Murim yang tak mampu menahan haus darah mereka dan menggunakan ilmu bela diri secara sembarangan. Setiap kali itu terjadi, Lee Dong-joon datang dan menghukum mereka dengan cara paling kejam.

Ada yang dipotong anggota tubuhnya, dibiarkan hidup tanpa tangan dan kaki.

Ia melakukan itu untuk memberi contoh agar tak seorang pun berani melawan kehendak Dharma lagi.

[Karmamu pasti akan mengejarmu. Aku penasaran, seberapa marah orang-orang Murim jika mereka tahu apa yang telah kau lakukan?]

‘Itu tak akan pernah terjadi. Aku sudah mengganti wajahku dan menyembunyikan identitasku. Tak seorang pun dari Murim akan tahu siapa aku.’

Ilmu bela diri yang ia ajarkan pada putrinya, Shin Hye-ji, tampak seperti skill penguatan tubuh biasa. Tidak akan menimbulkan masalah apa pun.

Tiba-tiba

“Oh! Halo, kita bertemu lagi.”

Wajah Lee Dong-joon langsung menegang. Pria yang memanggilnya tak lain adalah Yoo Seodam. Seorang Dimensional Returnee yang bukan berasal dari Murim dan satu-satunya orang yang mengetahui identitas asli Lee Dong-joon sebagai seseorang dari Murim.

‘Aku sudah melakukan kesalahan.’

Awalnya, Lee Dong-joon mengira Yoo Seodam adalah orang Murim. Karena itu, ia mendatanginya untuk menghukumnya karena menggunakan ilmu bela diri di Bumi. Namun setelah melihatnya secara langsung dan mendengar penjelasannya, ia sadar Yoo Seodam bukanlah orang Murim. Dan pada akhirnya, justru dirinya sendiri yang membuka kedok identitasnya.

‘Haruskah aku membunuhnya waktu itu?’

Namun ia tak bisa. Setiap kali ia berniat menusukkan pedang tak kasatmata ke tubuh pria itu, Yoo Seodam akan lenyap seperti ilusi. Pria itu pasti datang ke sini dengan keyakinan penuh pada kemampuannya.

Keyakinan bahwa dirinya tak akan mati, itulah yang membuat Lee Dong-joon merasa tak nyaman.

“Oh, ternyata rumor itu benar. Putrimu sungguh luar biasa. Di antara semua murid akademi, dia jelas masuk jajaran teratas.”

“……”

“Lihat langkah kakinya! Gila… aku bahkan tak bisa melakukan itu. Kurasa para hunter di seluruh dunia rela membunuh demi mempelajari gerakan kaki secantik itu.”

“Kenapa kau datang ke sini?”

Nada suara Lee Dong-joon dingin dan tajam. Yoo Seodam mengangkat tangannya, mencoba menenangkannya.

“Bukankah seorang ayah senang jika putrinya dipuji?”

“Jangan melampaui batas, Yoo Seodam!!”

“Tolong tenang, Yang Mulia. Aku datang untuk membantumu menyelesaikan masalah.”

“…..!”

Yoo Seodam tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya ke arena. Shin Hye-ji sedang memperlihatkan kemampuan meringankan tubuhnya, berdiri di ujung pedang kayu milik lawannya.

[Karakter pendukung Shin Hye-ji sedang menggunakan Irwidogang (SS)]

Apa yang dilakukan Shin Hye-ji bukanlah sesuatu yang mudah, bahkan bagi seorang superhuman. Sebagai seseorang yang awalnya sama sekali tak memiliki kekuatan super, Hye-ji tak mampu menahan kegembiraannya. Ia berlarian liar di arena, sampai melupakan peringatan Lee Dong-joon

'Jangan pernah memperlihatkan ilmu beladiri.'

Tentu saja, baik Irwidogang maupun Tiga Belas Pedang Buddha Dharma adalah teknik yang sangat sulit dikenali, bahkan oleh para pendekar Murim yang berpengalaman. Keduanya adalah pencapaian legendaris yang jarang terlihat, bahkan di Murim sekalipun.

Namun, ada seseorang di sini yang tahu persis siapa mereka. Dan ia juga memahami keberadaan ‘aturan’ itu.

“Apa yang kau inginkan?”

Lee Dong-joon bertanya singkat.

“Berkat spesifikasi luar biasa Nona Shin Hye-ji, aku yakin banyak guild sudah mengirimkan ‘panggilan cinta’, bukan?” ujar Yoo Seodam.

“…..”

“Tolak semuanya. Dan serahkan putrimu pada guild milikku.”

“Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Guild-mu hanyalah guild yang baru lahir.”

“Benar. Tapi saat putrimu lulus nanti, guild-ku tak akan lagi seperti sekarang. Berbeda dengan orang-orangmu yang dibatasi aturan, aku akan membagikan kekuatanku dengan murah hati.”

Mendengar itu, Lee Dong-joon akhirnya memahami alasan Yoo Seodam mendekatinya.

“Tuan Lee Dong-joon. Aku sungguh ingin menjalin hubungan baik denganmu. Aku tahu kau adalah salah satu yang terkuat, baik di dunia ini maupun di Murim. Jadi, kenapa aku harus melakukan sesuatu yang merugikanmu? Aku tak akan memintamu mempercayaiku.”

Lalu Yoo Seodam menunjuk Shin Hye-ji dengan jarinya.

“Kekuatan yang digunakan putrimu itu… pasti akan menjadi masalah besar jika orang-orang Murim mengetahui identitas aslinya, bukan?”

Lee Dong-joon tetap diam.

“Tapi bagaimana jika dia adalah muridku?”

“……..!”

“Aku bisa mengajarkan kekuatan milikku pada siapa pun. Putrimu tak perlu lagi menyembunyikan kemampuannya seperti sekarang. Akan kukatakan sekali lagi, Tuan Lee Dong-joon. Kirimkan putrimu ke guild-ku. Meski guild-ku kecil, bukankah itu justru tempat terbaik baginya untuk beraktivitas?”

Kata-kata itu benar. Jika Shin Hye-ji menjadi murid Yoo Seodam, tak akan ada masalah. Karena Yoo Seodam sendiri sudah menunjukkan teknik yang mirip dengan ilmu bela diri kepada dunia.

‘Bisakah aku benar-benar mempercayainya?’

Lee Dong-joon bertanya dalam hati. Sebagai seseorang yang telah bertahan hidup di rimba bernama Murim, ia berusaha berpikir seobjektif mungkin.

‘Pria ini tahu banyak tentang DR. Mungkin dia juga tahu bahwa jika fakta ini terungkap ke dunia, posisiku akan sangat sulit. Meski begitu, dia justru datang lebih dulu dengan mulut tertutup dan menawarkan kesepakatan ini, apa yang sebenarnya dia inginkan dariku?’

Setelah berpikir sejenak, Lee Dong-joon bertanya.

“Apa yang kau inginkan dariku?”

Yoo Seodam menjawab tanpa berkedip.

“Ke depannya, akan banyak orang yang memburuku. Aku belum cukup kuat untuk melindungi diriku sendiri. Jadi, aku ingin perlindungan darimu.”

Dan…

“Aku ingin diajari olehmu.”

Ajaran yang diinginkan semua orang Murim.

Ajaran yang diburu oleh para Hunter di seluruh dunia.

Ia menginginkan ajaran yang tak seorang pun bisa mempelajarinya.

“Kau tahu seberapa berat ajaran seorang Dharma?”

“Ya, aku tahu. Karena itu aku di sini untuk menyelesaikan masalahmu. Bukan hanya itu, aku juga cukup aktif secara sosial. Jika ada masalah lain, jangan ragu untuk mengatakannya.”

Lee Dong-joon kembali tenggelam dalam pikirannya.

Bukankah Yoo Seodam adalah asisten yang sempurna? Ada saat-saat di mana ia tak bisa mengajarkan ilmunya sepenuhnya kepada putrinya yang malang karena takut ketahuan. Sebagai imbalan atas penyelesaian semua masalah itu, Yoo Seodam hanya meminta untuk diajari olehnya.

Lagipula, ajaran Supreme Dharma adalah sesuatu yang berat sekaligus sempurna, berkat koreksi protagonis. Bukankah Asosiasi Hunter saat ini pun merayap di sekelilingnya hanya demi mendapatkan pelajaran itu?

Akhirnya, Lee Dong-joon mengangguk.

“Baik. Tapi jika kau berani memberitahu putriku tentang kesepakatan ini, atau mencoba mengaturku… aku akan memotong tenggorokanmu.”

“Tentu saja. Tak perlu khawatir.”

Akhirnya, Lee Dong-joon memutuskan untuk menyerahkan putrinya, Shin Hye-ji, kepada Yoo Seodam.

Saat berbalik, Yoo Seodam tersenyum, senyum kemenangan.

Kesepakatan ini memberinya perlindungan Dharma lewat Shin Hye-ji. Dan juga, jaminan untuk mendapatkan ajaran Dharma.

Namun yang paling penting dari semuanya

Ia telah menggenggam kelemahan Lee Dong-joon di tangannya.

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram