Wi-Hoon menata pikirannya sambil mencuci tangan. Semua rencananya kusut balut seperti coretan kertas yang dicoret-coret anak kecil. Wajar saja jika amarah terus menggerogoti pikirannya.
“Apa yang kau lakukan di sini? Mau berak?”
“…..!”
Di belakangnya, Yoo Seodam yang mengikutinya ke kamar mandi, tersenyum padanya.
“Yoo Seodam…”
“Kau datang ke Korea karena ingin merekrutku ke guild-mu, kan?”
“Kau sudah tahu, tapi tetap menciptakan situasi seperti ini?”
“Kenapa?” tanya Yoo Seodam. Wajahnya tak terbaca.
“Kalau kau tak suka, kenapa tak membuat tawaran yang lebih baik dari Ryu Jin-soo? Saat aku bilang padanya ingin membentuk guild sendiri, Ryu Jin-soo memilih bergabung denganku. Oh ya, baru terpikir, guild-mu tak bisa melakukan Union, kan? Lagipula itu guild korporasi, bukan guild tradisional.”
Seperti yang kukatakan, Guild Union bukan sesuatu yang bisa dilakukan sembarang Guild Master. Hanya segelintir guild yang masih mempertahankan sistem tradisional yang mampu melakukannya.
“Katakan.”
“Katakan apa?”
“Kalau kau datang untuk merekrutku, pasti ada sesuatu yang ingin kau tawarkan. Jangan bilang kau berniat mengancamku seperti dulu?”
Mendengar itu, Wi-Hoon mengertakkan gigi dan berkata, “Apa kau tak ingin tahu?”
“Tahu apa?”
“Kenapa Reyna Ju meninggal delapan tahun lalu.”
“…!!!”
Ekspresi Yoo Seodam langsung membeku saat nama itu keluar dari mulut Wi-Hoon.
Reyna Ju.
Dia adalah gadis malang yang menjadi Hunter pada waktu yang sama dengan Yoo Seodam. Namun delapan tahun lalu, dia meninggal dunia.
“Kau…”
“Kau ingin tahu setengah mati, kan?”
Reyna Ju, dia adalah satu-satunya kelemahan Yoo Seodam.
“Kau, Taylor, dan dia… kalian selalu bersama setiap hari.”
Wi-Hoon berharap cerita ini akan mengguncang dan mengacaukan emosi Yoo Seodam. Karena itu, ia berbicara dengan lebih berapi-api daripada sebelumnya.
“Seperti dugaanku, kau memang tahu alasannya…”
“Apa?”
Respons Yoo Seodam sama sekali di luar dugaan Wi-Hoon. Jantungnya langsung tenggelam. Ia sadar ada sesuatu yang salah.
Wi-Hoon menatap wajah Yoo Seodam sekali lagi. Tak ada riak emosi sedikit pun. Matanya setenang dan sedalam danau.
“Punya tawaran lain?”
“…..”
Cerita yang dibawa Wi-Hoon ternyata tidak begitu berarti bagi Yoo Seodam. Namun, ia merasa ada yang janggal karena Wi-Hoon begitu mudah membicarakan insiden delapan tahun lalu.
Wi-Hoon pun menceritakan semua yang ia ketahui pada Yoo Seodam.
Saat Wi-Hoon selesai bicara, Yoo Seodam tak bisa menahan tawanya.
“Menarik.”
“Apa?”
“Aku sebenarnya penasaran. Penasaran dengan hari saat kau pensiun sebagai Hunter delapan tahun lalu. Tentang kematian Reyna, dan juga… seberapa banyak yang kau tahu tentang mereka yang mengkhianati kami.”
“Itu...”
“Itulah alasan aku datang ke sini. Untuk menanyakannya padamu.”
Namun, sebenarnya tak perlu ditanyakan lagi.
“Tak mungkin aku menerima tawaran itu…”
Yoo Seodam menggumamkannya pelan.
“Sayang sekali, Wi-Hoon.”
“Maksudmu apa?”
Setelah mengatakan itu, Yoo Seodam berbalik dan meninggalkan kamar mandi.
Wi-Hoon mengingat jelas ekspresinya.
Bukan wajah menyedihkan seperti biasanya. Bukan pula wajah kecewa. Itu hanyalah ekspresi tenang, ekspresi yang telah ia lihat selama enam belas tahun.
‘Tidak mungkin… selama enam belas tahun dia memandangku seperti itu.’
Saat Wi-Hoon menyadarinya, Yoo Seodam sudah berjalan menjauh.
***
Setelah menyelesaikan pembicaraan dengan perwakilan dari tiga perusahaan serta markas Asosiasi Hunter yang dibawa oleh Wi-Hoon, langkah kakiku terasa lebih ringan.
Mereka semua memang kubutuhkan.
Mendirikan guild pada dasarnya membutuhkan dana yang sangat besar. Biaya terbesar berasal dari pembelian peralatan.
Sebagian besar guild menetapkan syarat penyediaan peralatan bagi Hunter yang mereka rekrut. Namun aku tak harus mengikuti cara itu. Guild-ku sudah memiliki ilmu pedang dan magic untuk ditawarkan. Tapi bukankah akan lebih sempurna jika, di atas ilmu pedang dan magic, kami juga mendapatkan peralatan?
Meski kontrak sponsor belum ditandatangani, respons mereka semua cukup positif. Guild-ku perlahan mulai berada di jalur yang benar.
Ping!
Dalam perjalanan pulang, sebuah pesan masuk ke ponselku.
[Guildmaster bastard: Yoo Seodam.]
[Guildmaster bastard: Bisa bicara sebentar?]
“Hah, kenapa bajingan ini?”
Itu pesan dari Guild Master Lost Day. Seorang pria dengan posisi setinggi itu menghubungiku secara langsung. Entah kenapa, rasanya pahit.
Dulu, saat aku hanyalah Hunter F-rank yang tak berguna, aku diperlakukan seperti sumpit sekali pakai. Sekarang mereka menghubungiku hanya karena aku memperoleh kemampuan ini.
Pada akhirnya, tanpa bakat dan kekuatan, kita memang bukan apa-apa.
[Blokir]
Setelah menekan tombol itu asal-asalan, aku menyandarkan tubuh di kursi belakang taksi.
Rasanya aku akan langsung tertidur begitu menyentuh kasur.
Namun saat itu
Pip! Pip! Pip!
Siren berbunyi di luar.
—Peringatan bencana darurat!
—Saat ini, sebuah Gate peringkat SS telah muncul di sekitar Cheongdam-dong. Warga sipil harap segera mengungsi!
—Kami ulangi sekali lagi!
—Saat ini, sebuah Gate peringkat SS telah muncul di sekitar Cheongdam-dong!
Kriiitt
Taksi menepi ke bahu jalan.
“A-aku minta maaf, Nak. Silakan turun. Sepertinya sebuah Gate telah muncul.”
“Ah… iya.”
Tak ada yang bisa kulakukan. Sopir taksi itu warga biasa, dan dalam situasi krisis Gate, hal pertama yang harus ia lakukan adalah membawa mobilnya dan menyelamatkan keluarganya.
Setelah turun, aku menatap ke arah tempat Gate itu terbuka.
‘Peringkat SS?’
Terlalu mendadak sampai-sampai aku kehabisan kata.
Memang bukan berarti Gate SS-rank belum pernah muncul. Namun biasanya selalu ada peringatan terlebih dahulu agar para Hunter sempat bersiap. Kali ini, tak ada satu pun tanda.
Merasa ada yang aneh, aku mengeluarkan Ether Blade dari inventory dan hendak berlari ke sana.
Namun saat itu, aku melihat siluet monster raksasa di kejauhan.
Gila… besar sekali.
Apa aku bisa melawan monster itu?
Pikiran itu sempat melintas.
Slash!
…Gedebuk!
Kepala monster itu terpenggal dan jatuh ke tanah.
“Hah?”
Tak lama kemudian, suara helikopter terdengar dari kejauhan.
Tududududududu!!
Helikopter militer dan stasiun penyiaran bergegas datang, namun mereka sudah terlambat.
Mereka melewatkan momen terpenting.
“Gila! Apa-apaan ini?!”
Jika monster muncul dari dungeon peringkat SS, maka raid hanya mungkin dilakukan dengan 10 tim, masing-masing berisi 10 Hunter S-rank.
Siapa yang memenggalnya hanya dengan satu tebasan…?
Jangan-jangan…?
〈Aku bisa merasakan keberadaan protagonis di sekitar sini.〉
Satu-satunya protagonis Bumi, Lee Dong-joon.
Seodam bergegas naik ke atap gedung dan menatap ke arah lokasi kejadian. Namun pria yang membunuh monster itu sudah menghilang. Terlebih lagi, monster tersebut muncul di balik jembatan yang menghalangi pandangan, sehingga tak ada satu pun saksi yang bisa melihat siapa yang menebasnya.
Katanya dia harus menyembunyikan kekuatannya. Kenapa malah melakukan ini?
Kalau dia membunuh monster dengan cara seperti itu, bukankah orang-orang Murim di sekitar pasti melihatnya?
Aku mengamati lokasi itu dengan saksama. Di sana, seorang wanita yang tampak seperti pegawai kantoran terbaring di kursinya sambil menatap kosong ke udara. Mungkin dia korban dari Gate tersebut. Aku hendak mendekatinya, barangkali dia melihat sesuatu, tapi polisi dan tentara sudah lebih dulu mengerumuninya.
Tak ada pilihan lain selain membalikkan badan dan pulang.
***
Dan keesokan harinya…
“Apa hubunganmu dengan Supreme Dharma?”
Seorang wanita bernama ‘Geom-hee’ datang ke rumahku.
*
“Tiga Kaisar dan Cheonma semuanya dibunuh oleh Dharma.”
Cangkir teh di depan Seodam sama sekali tidak bergetar meski mendengar pernyataan blak-blakan itu. Geom-hee menyeruput tehnya, lalu berkata, “Uh, rasanya tidak enak,” sebelum melanjutkan.
“Dan orang-orang dari Bumi menggantikan posisi Cheonma yang baru serta 3 Raja dan 6 Kaisar. Semua itu demi melawan kekuatan Dharma yang luar biasa.”
Namun, sepuluh master yang disebut Cheonma serta 3 Raja dan 6 Kaisar itu tidak pernah bekerja sama satu sama lain.
Begitulah penjelasan Geom-hee.
“Hei, tapi kenapa kau tiba-tiba datang menemuiku?”
Geom-hee, Ha Sun-young.
Dilihat dari usia Korea, dia tampak seperti wanita akhir 20-an. Namun sebenarnya, dia telah hidup di Murim selama beberapa dekade. Entah teknik peremajaan apa yang digunakannya, penampilannya sekarang terlihat seperti gadis akhir remaja atau awal 20-an.
“Aku sedang mencari ‘Dharma’. Orang yang memaksa kami semua terkena larangan saat kembali ke Bumi. Tak mungkin menemukannya karena dia bahkan bisa mengubah wajah dan menyembunyikan inner ki-nya sepenuhnya. Aku tinggal di Korea belakangan ini, dan aku juga tahu bahwa dia punya hubungan dekat denganmu.”
Setelah berkata demikian, Geom-hee tiba-tiba menyelesaikan kalimatnya dengan nada tergesa. Sebenarnya, dia tidak punya dendam terhadap Dharma. Lebih tepatnya… dia jatuh cinta pada pandangan pertama.
“Kenapa kau mencari ‘Dharma’?”
“Bukankah sudah jelas? Aku… su…ka dia? Apa masalahnya?”
Dia pasti menyukainya.
Mungkin perasaan itu masih tersisa entah di sudut mana di dalam hatinya.
Dia berkeliling dunia mencari Dharma. Semua itu karena kerinduannya pada pria tersebut.
Dia yakin itulah alasannya.
Apa?
Geom-hee mengusap dadanya.
Baru beberapa saat lalu, setiap kali memikirkan Dharma, dia selalu kesulitan menenangkan diri. Namun anehnya, sekarang dia terasa sepenuhnya tenang.
Apa aku benar-benar jatuh cinta padanya?
Lalu… kenapa?
Karena kekuatannya yang luar biasa?
Karena punggungnya yang karismatik?
Atau karena wajahnya yang tampan?
Tidak.
Dia jatuh cinta tepat saat mata mereka bertemu.
Kenapa?
Seorang pendekar kuat seharusnya mampu mengendalikan pikirannya sendiri. Dengan kata lain, hampir mustahil jatuh cinta hanya dengan sekali melihat seseorang.
Namun kenyataannya begini.
Seolah-olah dia dipaksa untuk tertarik.
Tiba-tiba, Ha Sun-young mengangkat kepalanya dan menatap langsung ke mata Yoo Seodam.
Lalu dia bertanya.
“…Kenapa aku mencarinya?”
“Hah? Apa yang ka...”
Di dalam pikiran Seodam, sebuah pesan baru muncul.
【Hunter Protagonis Lv. 3 telah mengintervensi ‘Koreksi Protagonis’ milik protagonis Lee Dong-joon.】
【Karakter Pendukung Ha Sun-young telah terbebas dari pengaruh ‘Charm (SS)’.】
Ha Sun-young menurunkan tangannya dari dada.
Dia menatap Yoo Seodam.
Bukan karena jatuh cinta padanya, bukan pula karena wajahnya sesuai selera. Namun entah kenapa, dia merasa seperti ada sesuatu yang “mengganjal” di hatinya yang kini terangkat saat berada di dekat Yoo Seodam.
Pesan lain muncul di hadapan Seodam.
Ding!
【‘Frustrasi’ terjadi pada protagonis, Lee Dong-joon.】
“Hah? Dia frustrasi tiba-tiba?”
Yoo Seodam sempat terkejut.
Namun yang lebih mengejutkan lagi terjadi setelahnya.
【Protagonis Lee Dong-joon mengabaikan rasa frustrasinya.】
“Huh…”
Baru saat itulah Seodam kira-kira memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Selama ini dia mengabaikannya karena sibuk bertarung, tapi kebanyakan karakter pria yang memiliki tag #Harem selalu dikelilingi beberapa wanita. Tapi menurutmu, apa mereka benar-benar menggoda satu per satu?
Tentu saja, ada protagonis seperti itu.
Namun trope Harem yang paling populer dan tren beberapa tahun terakhir adalah, para wanita jatuh cinta pada pandangan pertama kepada sang protagonis.
Dan Ha Sun-young yang berdiri di hadapannya sekarang adalah salah satu korban dari trope “love at first sight” milik Lee Dong-joon.
Namun, begitu Yoo Seodam ikut campur, kemungkinan omong kosong semacam itu langsung menurun drastis.
Tentu saja, ini tak akan berhasil pada semua orang. Geom-hee atau Ha Sun-young adalah wanita berbakat, dan dia pasti memiliki daya tahan tertentu terhadap skill berbasis pesona. Kehadiran Yoo Seodam hanya memperkuat efek resistensi itu.
Tunggu… bukankah ini…?
Sebagian besar orang di sekitar Lee Dong-joon adalah wanita. Mungkin ini pengaruh dari Koreksi Protagonis atau tag #Harem. Meski Lee Dong-joon sendiri tetap bersikap dingin pada mereka…
Ini bisa kupakai.
.
0 komentar:
Posting Komentar