Chapter 70

 [Penampilan live “Mind Killing 2051” oleh Dewi Pop, Hellony!]

[Onew.com: Penjualan tiket konser Hellony di Korea]

[Mohon nantikan penampilan Hellony di Korea!]

Berita tentang Hellony membanjiri internet Korea dari segala arah. Dari situ saja, Yoo Seodam sudah bisa menebak betapa gilanya antusiasme publik terhadap konser sang Dewi Pop di negeri ini.

“Kau berhasil juga, ya.”

“Kamu pasti sudah kenal dia.”

“Oh… ya, pernah.”

Yoo Seodam melirik Ha Sun-young dengan tatapan masam. Wanita itu sudah bersenjata lengkap dengan segala macam merchandise Hellony. Mulai dari light stick ungu muda, bando bertema Hellony, tas Hellony, sampai kaus ungu pucat bertuliskan ‘Hello! Hellony!’.

Sebenarnya, penampilannya sama sekali tidak aneh. Hampir semua orang di sekitar gedung konser berpakaian serupa. Justru Yoo Seodam yang mengenakan kemeja rapi dan celana formal terlihat paling mencolok sendiri.

“Kenapa kau ikut aku?”

“Aku nggak mungkin melewatkan konser Hellony!”

“Kau bisa datang sama temanmu. Aku ke sini buat kerja.”

“Aku nggak punya teman.”

“……”

Seodam menatapnya sejenak, ragu apakah dia barusan salah bicara. Tapi bertolak belakang dengan kekhawatirannya, Ha Sun-young tetap melambaikan light stick-nya dengan wajah cerah, sepenuhnya larut dalam atmosfer konser.

Di sekeliling mereka, meskipun masih lebih dari enam jam sebelum konser dimulai, para fans sudah memadati area depan gedung. Mereka memasang spanduk, membagikan berbagai barang bertema Hellony. Merchandise yang kini memenuhi tubuh Ha Sun-young pun sebagian besar dibelinya langsung di tempat.

“Kamu nggak beli? Light stick-nya cuma 4.900 won! Padahal harga aslinya 6.000.”

“Nggak, makasih.”

“Ih~ nggak seru. Kukira kamu juga Hello Hellony kayak aku.”

“Hello Hellony? Apaan itu?”

Ha Sun-young menatap Yoo Seodam seolah sedang melihat manusia purba.

“Kamu bahkan nggak tahu itu? Itu fan café resmi Hellony! Fandom terbesar di dunia!! Di Korea saja anggotanya puluhan ribu!”

“Wow.”

Seodam refleks berseru kecil karena benar-benar terkejut.

Sejak itu, Ha Sun-young terus mondar-mandir membeli semua barang yang berhubungan dengan Hellony. Kedua tangannya penuh kantong belanja. Dia tertawa senang, berteriak kegirangan, lalu bertanya pada Seodam yang berjalan di sampingnya.

“Ngomong-ngomong, kalau kamu nggak nonton konser, ngapain ke sini?”

“Aku ada janji pribadi sama Hellony. Ada urusan yang harus diselesaikan.”

“Oh iya, kamu bilang kamu kenal dia, kan? Aku iri banget! Aku fans berat Hellony. Kenapa nggak bilang dari awal?”

“Kami nggak terlalu dekat.”

Dari tujuh rekan yang masih hidup, hanya Taylor Nine yang hubungannya benar-benar baik dengan Yoo Seodam. Dengan Ryu Jinsoo, hubungannya masih canggung, tapi setidaknya sekarang terikat kerja sama bisnis. Sedangkan dengan Wi-hoon..yah, hubungan mereka memang selalu buruk.

“Kenapa? Kamu nembak dia terus ditolak?”

“Bukan. Aku sendiri nggak terlalu mikirin, tapi sepertinya dia nggak suka aku.”

“Oh…”

Seodam meninggalkan Ha Sun-young yang tampak kecewa, lalu berjalan menuju pintu khusus staf. Keamanan di sana sangat ketat, dengan banyak penjaga berjaga. Namun begitu Seodam menunjukkan foto izin masuk yang dikirim Taylor sebelumnya lewat ponsel, dia langsung dipersilakan masuk.

Di dalam gedung konser, para staf berlarian ke sana kemari. Fakta bahwa semua orang ini sibuk hanya demi satu pertunjukan terasa agak tidak nyata bagi Seodam.

‘Nggak nyangka gadis pemalu itu sekarang jadi bintang dunia…’

Tak lama kemudian, ruang tunggu Hellony terlihat. Dua pria yang tampak seperti superhuman kelas tinggi langsung menghalangi jalannya.

Selebriti biasanya tidak dikawal seketat ini. Tapi mengingat apa yang terjadi pada Hellony, pengamanan seperti ini justru terasa wajar.

“Berhenti. Ada keperluan apa?”

“Aku dihubungi oleh Hellony.”

Karena pertanyaannya dalam bahasa Inggris, Seodam pun menjawab dalam bahasa Inggris.

Begitu Seodam menunjukkan permintaan resmi yang ditandatangani Taylor dan Hellony di ponselnya, penjaga itu mengangguk.

Saat pintu dibuka, yang terlihat adalah Hellony duduk di sudut ruangan dengan wajah lelah, Taylor Nine, seorang stylist, serta beberapa penjaga wanita yang tampak tegang dan tidak bersahabat.

“Oh, hei! Kenapa lama banget!”

Begitu melihat Seodam, Taylor langsung berlari dan memeluk lehernya. Saat melihat Ha Sun-young di belakang, Taylor justru mengencangkan pelukannya, memaksa kepala Seodam sejajar dengannya. Tinggi Taylor hanya sebatas dada Seodam, jadi dia harus menunduk cukup dalam.

“Siapa cewek di belakangmu?”

“Anggota guild-ku.”

“Karena Cantik?”

“Hubungan kontrak.”

“Serius?”

Tak lama kemudian, Taylor mengangguk ke arah Ha Sun-young. Entah disadari atau tidak, Ha Sun-young sudah kehilangan kesadarannya sejak melihat Hellony. Saat Hellony berdiri dan hendak menjabat tangan Yoo Seodam, Seodam menolaknya.

“Nggak perlu. Kita nggak perlu salaman.”

“He...iya… iya.”

“Kamu masih sama saja.”

“Ya, kamu juga.”

Taylor hanya bisa menghela napas melihat suasana canggung itu. Hellony jelas masih merasa bersalah atas sesuatu, sementara Yoo Seodam sama sekali tidak peduli. Taylor berharap mereka bisa segera melupakan hal itu.

Seodam melirik sekeliling.

“Kalian lagi makeup? Aku boleh masuk?”

“Masih ada sedikit waktu sebelum tampil.”

“Oh ya?”

Dia segera duduk di kursi di depan meja. Ha Sun-young duduk di sebelahnya, sementara Taylor dan Hellony duduk berhadapan dengan mereka.

Seodam langsung mengeluarkan kontrak dan menyerahkannya pada Hellony.

“Aku dengar soal permintaan soal stalker. Tapi karena bahkan kemampuan deteksimu nggak bisa menemukannya, aku akan menyerahkannya ke spesialis.”

“Hah? Buat apa repot-repot? Mereka cuma sekelompok pemburu uang.”

Taylor mengangguk-angguk setuju.

“Eh… aku baru bikin guild, dan kami perlu sedikit menaikkan pencapaian guild.”

“Ohhh!”

Hellony mengambil pulpen dan membaca dokumen itu dengan saksama, lalu mengatakan bahwa dia mengerti. Sementara itu, Ha Sun-young ikut mengambil pulpen dan menatap Hellony dengan penuh harap, jelas ingin minta tanda tangan.

Namun tanpa sengaja, Ha Sun-young menyadari sesuatu. Hellony terlihat sangat lelah. Lingkar hitam di bawah matanya jelas terlihat. Bukan cuma itu, wajahnya juga tampak ketakutan, karena matanya terus melirik ke sekeliling saat membaca dokumen.

Yoo Seodam menatap Hellony sejenak, lalu mengeluarkan buku catatan dan bertanya pada Taylor.

“Jadi, aku mau dengar hasil penyelidikanmu. Apa ada tersangka tertentu, atau ciri-ciri khusus?”

“Fuuuhhhh….”

Begitu pertanyaan yang sudah dia duga itu muncul, Taylor tampak sangat canggung sambil menggeleng pelan.

“Nggak ada. Nggak ada sama sekali. Aku nggak tahu siapa dia. Aku bahkan nggak bisa merasakan keberadaannya. Tulisan tangannya pun nggak bisa diverifikasi dari awal. Jujur aja, aku lebih suka dia muncul di depan umum biar kepalanya bisa langsung aku hancurin… tapi aku nggak ngerasain apa pun.”

“Sungguh?”

“Uh. Aku kesel banget.”

Taylor mengacak rambutnya kasar karena frustrasi.

“Hellony terus bilang dia ngerasa ada ‘tatapan’. Bahkan dia sempat dapet pesan ancaman. Tapi aku nggak ngerasain apa-apa!”

“Aneh….”

Walaupun Taylor lemah dalam deteksi, naluri alami seorang S-rank tetap tidak bisa diremehkan. Namun meski begitu, dia sama sekali tidak bisa mendeteksi apa pun, sementara Hellony terus merasakan ‘tatapan’ itu.

“Untuk sekarang, mustahil menyelesaikannya hari ini. Ini bakal butuh waktu. Nggak masalah, kan?”

“Oh… ya. Kurasa nggak apa-apa…. mungkin.”

“Lagipula, nilai kontraknya juga nggak seberapa. Aku ke sini bukan karena uang.”

“Hei, aku kerja demi uang.”

“Itu kamu.”

Kata-kata ‘di antara kita’ yang tersirat di situ terasa begitu canggung sampai ujung jari Hellony bergetar. Semua orang menyadarinya, tapi berpura-pura tidak melihat.

“Kemungkinan besar lawannya punya kemampuan tipe stealth. Kamu bilang deteksi gelombang suaramu nggak menangkap apa pun, tapi kamu bisa merasakan tatapan itu. Dan Taylor maupun orang lain di sekitarmu yang punya kemampuan deteksi juga tidak bereaksi.”

“Benar.”

“Kalau begitu… bukannya berarti justru kamu yang bisa mendeteksinya dengan kemampuanmu?”

“Uh….”

Deteksi gelombang suara Hellony sangat tajam dan akurat. Sampai pada level bisa ‘melihat’ sesuatu yang tak kasat mata, bahkan menembus dinding. Karena itu, selama ini dia mengira mustahil menemukan lokasi pasti dari ‘tatapan hitam’ itu.

Namun… jika hanya dia satu-satunya yang bisa merasakan tatapan yang bahkan tidak bisa dirasakan oleh superhuman S-rank lain

“Mungkin kemampuanmu terlalu bagus, sampai hanya kamu sendiri yang bisa merasakan tatapan itu. Ini malah pertanda positif. Saat kamu merasakannya, kamu bisa bereaksi”

Namun…

Hellony tidak sempat mendengar ucapan Yoo Seodam sampai selesai.

‘Lagi!’

Hellony mencengkeram dokumen yang sedang dipegangnya.

'Tatapan itu datang lagi.'

Tatapan itu menyapu seluruh tubuhnya. Jelas, keruh, terang-terangan. Bahkan dipenuhi kegilaan, seolah berbisik, ‘Kamu milikku’, atau ‘Jangan pernah lepas dari pandanganku’.

'Aku benci ini.'

Jantungnya berdegup liar. Namun saat dia hendak berteriak

Swoosh!!

Tiba-tiba saja, ‘tatapan’ yang barusan menghantuinya menghilang begitu saja.

Saat dia sadar, seorang wanita bernama Ha Sun-young sudah berdiri di sampingnya, memegang sebuah glow stick dan berpose seolah baru saja menebas sesuatu.

“Apa….”

“Aku memotong suaranya.”

“Apa?”

Ha Sun-young mengernyit sambil menatap glow stick ungu muda di tangannya.

“Glow stick Hellony imut yang aku beli 4.900 won ini jadi kotor….”

Dia melangkah kasar ke arah jendela dan membukanya dengan gerakan kasar. Setelah mengamati sekeliling sejenak, dia tiba-tiba melempar glow stick itu.

Fwoosh~~~~~~~~~~~~~~~!!

“Huh?!”

Suara yang sama sekali tidak terasa seperti berasal dari glow stick bergema di dalam ruang tunggu, lalu lenyap, menyisakan keheningan.

Ha Sun-young mendecak lidahnya.

“Dia kabur.”

Sementara semua orang menatapnya dengan wajah tak percaya, Yoo Seodam dengan tenang mengintip ke luar jendela menggunakan teleskop. Akhir-akhir ini, dia merasa kemampuan merasakan mana-nya meningkat pesat setelah berlatih pedang sungguhan bersama Ha Sun-young dan sekarang, dia benar-benar bisa merasakannya.

‘Sekitar tiga kilometer.’

Dia sendiri tidak menyangka bisa mendeteksi sejauh itu hanya dengan indranya. Sebuah kejutan yang menyenangkan.

Saat dia memfokuskan teleskop ke arah bangunan di kejauhan, terlihat glow stick yang terbang sangat jauh tadi tertancap di dinding.

“Kamu lemparnya jauh juga.”

“Awalnya terlalu jauh. Tapi orang itu bikin suara dan membelokkan lintasannya sebelum glow stick-nya sampai.”

“Suara?”

“Ya. Dia pakai Eumgong.”

Mendengar itu, ekspresi Seodam langsung mengeras. Dia sudah menduga stalker ini berkaitan dengan main story Lee Dong-joon, tapi situasinya jauh lebih rumit dari perkiraannya.

“Eum… gong…?”

“Apa itu?”

Saat Hellony dan Taylor bertanya dengan wajah bingung, Yoo Seodam yang menjawab.

“Anggap saja itu seni bela diri yang menggunakan kekuatan suara.”

Mugong. Kata itu hanya punya satu makna.

“Stalker itu berasal dari Murim. Sama seperti Hellony, dia juga tahu cara mengendalikan suara.”

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram