Tiga bulan berlalu.
Lee Dong-joon duduk di sofa sambil tenggelam dalam pikirannya.
'Seol Jung-yeon…'
'Akhir-akhir ini, sikapnya berubah.'
Setiap kali Lee Dong-joon datang ke pondok itu, Seol Jungyeon selalu meminta sesuatu. Dia belum yakin apakah perubahan ini pertanda baik atau buruk.
“Aku ingin tanduk Chilgaksu.”
“Aku mau makan daging Wongung.”
“Aku ingin minum air embun dari daun bambu yang berusia seratus tahun. Ada?”
Sebagian besar permintaan itu sebenarnya bukan masalah besar baginya. Namun, di Bumi, mendapatkan benda-benda itu sangatlah sulit. Karena dia menyembunyikan kekuatannya, Lee Dong-joon terpaksa sering keluar-masuk Dungeon.
Setiap Dungeon yang ditaklukkan pasti meninggalkan catatan. Karena itu, beredar rumor bahwa ‘Hong Yeopsa’ belakangan ini sangat aktif. Tapi siapa pun yang mencoba mendekatinya selalu gagal menemukan jejaknya.
Yah..tak ada seorang pun di dunia ini yang mampu mengejar Dharma tertinggi.
'Haruskah aku melihat ini dari sisi positif?'
Lee Dong-joon memilih berpikir demikian.
Sejak dia membawa Seol Jungyeon ke Bumi, mata wanita itu selalu kosong. Apa pun yang dia berikan, tak pernah ada reaksi. Namun belakangan ini, Seol Jungyeon mulai meminta sesuatu dan di matanya ada cahaya hidup.
'Ya. Ini perubahan yang baik.'
Perubahan sikap itu mungkin berarti ada sesuatu yang berubah di dalam hatinya.
Tanpa sadar, jantung Lee Dong-joon berdetak sedikit lebih cepat.
Beberapa hari lalu, saat dia memberinya kantong berisi jantung makhluk spirit, Cheonma tersenyum lebar. Itu bukti bahwa dia bahagia. Dan melihat Seol Jungyeon bahagia, Lee Dong-joon merasa seolah-olah emosi yang telah lama hilang darinya… kembali lagi.
'Kali ini tanduk Chilgaksu, ya.'
Mencari Chilgaksu di Bumi memang sulit. Tapi itu bukan masalah. Dia hanya perlu menaklukkan berbagai Dungeon sampai menemukannya.
Saat Lee Dong-joon sedang menyusun rencana di kepalanya, Shin Hye-ji tiba-tiba berlari masuk ke kamar.
“Ayah!”
“Katakan.”
“Boleh nggak aku pergi ke konser Hellony di Korea bareng temanku akhir pekan ini?”
“Kamu tidak perlu minta izin untuk hal seperti itu. Jaga diri baik-baik.”
Lee Dong-joon mengusap rambut Shin Hye-ji. Gadis itu tersenyum lebar dan mengangguk.
“Terima kasih!”
Melihat Shin Hye-ji pergi dengan wajah penuh semangat, Lee Dong-joon kembali berjanji pada dirinya sendiri
Untuk melindungi kehidupan damai orang-orang yang dia cintai.
*
THUMP!
Kepala seekor badak raksasa bertanduk enam jatuh ke tanah.
Monster raksasa itu adalah monster A-rank bernama Diamond Armored Rhino. Seluruh tubuhnya dilapisi berlian. Monster ini hanya bisa dibunuh dengan menyerang titik vitalnya secara presisi. Meski hanya berperingkat A, kekuatan yang dibutuhkan untuk membunuhnya mendekati S-rank.
Namun, bagi Geom-hee, Ha Sun-young, monster ini bukan apa-apa.
Matanya berbinar saat dia mengeluarkan kristal ether dari bangkai monster, termasuk dari sang boss.
“Berapa totalnya?” tanya ke Yoo Seodam.
“Hm… dapat tiga kristal ether A-rank. Sekitar tiga ratus juta sebelum kena pajak.”
“Wah… wah. Itu cuma dari satu?”
“Kalau ditambah kristal B-rank, bisa tembus satu miliar. Lagi pula, ini Dungeon ‘undetermined’, jadi negara bakal kasih bonus tiga puluh juta won.”
“WOAH!! Cuma bonusnya aja udah dua kali gaji tahunan pekerjaanku dulu!”
Gaji paruh waktu di warnet jelas nggak segitu.
“Itulah dunia Hunting.”
Benar.
Inilah dunia para Hunter sejati.
Dunia yang bahkan tak berani dibayangkan Yoo Seodam setahun lalu.
Lagipula, bagi Hunter berkekuatan super, membantai monster B-rank sampai A-rank sambil mengeruk uang tanpa pusing soal perlengkapan adalah hal biasa.
“Berapa banyak yang aku dapat dalam tiga bulan ini…?”
Setelah larangan dicabut, Ha Sun-young mendapatkan lisensi Hunter B-rank. Kalau dia mau serius, dia bisa dengan mudah masuk daftar 37 SS-rank di dunia, tapi dia memilih untuk menahan diri.
Selama tiga bulan terakhir, Yoo Seodam membawa Ha Sun-young berkeliling Korea, memburu Dungeon ‘undetermined’.
Cara kerja sistem Hunting sebenarnya sederhana.
Begitu observatorium mendeteksi Gate atau Dungeon, mereka akan mempublikasikannya lewat situs atau aplikasi. Setelah menerima pendaftaran, mereka akan memilih orang yang memiliki hak masuk. Orang terpilih bebas melakukan apa pun, membentuk raid party atau tidak. Namun, jika dia mundur di tengah jalan, akan ada penalti.
Karena sistem ini, bahkan Hunter hebat pun bisa kesulitan mendapatkan misi yang diinginkan tanpa keberuntungan. Dalam kasus terburuk, mereka bisa dikirim ke daerah terpencil atau malah menganggur. Semua ini adalah sistem yang dibuat oleh Asosiasi Hunting.
Perusahaan ‘Antenna dotcom’, yang Seodam temui lewat Wi-hoon, bergerak di bidang ini. Mereka tidak berburu langsung, tapi memesan misi lalu mendistribusikannya ke guild yang cocok dengan bayarannya. Itulah alasan guild yang bekerja sama dengan mereka tumbuh sangat cepat.
Yoo Seodam membentuk guild sementara, sehingga dia bisa menandatangani kontrak jangka pendek dengan mereka. Guild-nya dengan cepat mengumpulkan prestasi dengan menargetkan Dungeon ‘undetermined’. Bagaimanapun, sebuah guild harus menunjukkan pencapaian tiap bulan kalau tidak, izinnya bisa dicabut. Dan yang terpenting… uang.
“Gila… ini gila.”
“Kamu segitu senangnya?” tanya Yoo Seodam.
“Jelas! Bahkan kalau aku kerja seumur hidup, nggak bakal dapat uang sebanyak ini.”
Ha Sun-young mengepalkan tangannya seolah sudah membuat keputusan besar.
“Oke. Aku sudah dapat banyak uang. Sekarang waktunya menghabiskannya.”
“Hm?”
'Jangan-jangan mau beli mobil?' pikir Yoo Seodam.
“Aku mau ke restoran daging sapi di dekat rumah. Yang selalu pengen ku datangi tapi nggak pernah bisa karena mahal.”
“Terus?”
“Aku bakal pesan semua menu.”
“Lalu?”
“Aku ditambah dengan daun selada, terus pulang.”
“…..”
…Kenapa?
Melihatnya merencanakan semua itu dengan ekspresi serius dan bahagia, jelas itulah definisi ‘menghambur-hamburkan uang’ versi Ha Sun-young. Padahal, bukankah seharusnya dia memikirkan tas mewah, jam mahal, mobil, atau gedung bernilai miliaran?
Atau… memang begitu?
Ha Sun-young telah hidup dua kali lebih lama dari Yoo Seodam. Dia sudah lama tinggal di Bumi dan paham dunia. Kalau keinginannya sesederhana itu, berarti itulah yang benar-benar dia inginkan.
Ngomong-ngomong… dia SS-rank, ya.
Tingkat bela diri Ha Sun-young disebut Hwagyeong. Yoo Seodam tak tahu setinggi apa itu, tapi dia yakin itu sudah nyaris menembus tahap berikutnya.
Dan yang lebih penting
Artinya, rata-rata master lain juga berada di kisaran A-rank sampai S-rank.
Ha Sun-young, si Geom-hee, berada di puncak SS-rank. Strategi mengumpulkan para master dari seluruh dunia lalu menyerang Dharma bersama-sama kini tak lagi terdengar mustahil.
Di antara Tiga Raja dan Enam Kaisar, ada satu yang jauh lebih kuat dari yang lain, diperkirakan setara SSS-rank. Namun, Lee Dong-joon tetap berada di atas mereka semua.
Levelnya adalah URS.
Menangkap Lee Dong-joon dengan kekerasan murni jelas mustahil. Situasinya buruk, tapi Yoo Seodam telah menemukan cukup banyak petunjuk.
Pertama, Lee Dong-joon adalah Dharma.
Berbeda dari aliran lain, Dharma memiliki syarat kekuatan yang sangat ketat. Ada kitab bela diri yang melarang pembunuhan, ada pula yang mengatakan kekuatan Dharma akan hilang hanya dengan menggenggam tangan wanita. Interpretasinya beragam, tapi satu hal pasti
Dharma selalu memiliki batasan.
Dan seorang protagonis… pasti terikat pada klise-klise itu.
Artinya
Pasti ada cara untuk melemahkannya.
Shushu shu shu shu shu shu!
Begitu Yoo Seodam dan Geom-hee mengalahkan boss Dungeon, ruang di sekitar mereka terdistorsi dan tubuh mereka terpental keluar. Saat itu, pot bunga berbicara.
[--Hei, Witch~]
“Iya?”
[--Ada panggilan dari Nona Cheonma.,]
“Serius? Apa katanya?”
[--Katanya… dia punya permintaan.]
“Bagus.”
Alasan Yoo Seodam terus berkomunikasi dengan Cheonma lewat pot bunga adalah untuk menggerakkan Dharma sesuai keinginannya. Selama Ha Sun-young aktif di Seoul, lebih aman menghindari perhatian Dharma. Dan jika ‘Hong Yeopsa’ makin sering bergerak, Mugong-nya lambat laun pasti akan terungkap.
Ketertarikan Lee Dong-joon pada Cheonma, Seol Jung-yeon, ternyata jauh lebih dalam daripada yang pernah Seodam bayangkan. Bahkan ketika wanita itu meminta hal-hal yang terdengar tidak masuk akal, Lee Dong-joon selalu kembali setelah memenuhi permintaannya. Mungkin, rangkaian kejadian semacam ini juga dipengaruhi oleh koreksi protagonis.
Kali ini, Seol Jungyeon meminta tanduk makhluk spirit bernama Chilgaksu. Dan sepertinya, Lee Dong-joon sudah berhasil memenuhinya.
“Oh, Seodam.”
“ya?”
“Aku dapat panggilan dari ‘Changje’. Sepertinya dia tertarik dengan ceritamu.”
“…jadi begitu.”
Dan…
Selama tiga bulan terakhir, Yoo Seodam telah menjalin kontak dengan para master dari seluruh dunia melalui Ha Sun-young.
**
Phoenix Emperor Daniel.
Itulah julukannya di Murim.
Mungkin terdengar agak canggung, tapi di dunia asal mereka dulu, hal semacam ini sama sekali tidak aneh.
“Senang bertemu denganmu. Aku sudah sering mendengar tentangmu dari TV dan berita. Jujur saja, aku tak pernah menyangka ada orang yang tahu tentang ‘Dharma’, sesuatu yang bahkan orang Murim sendiri tak banyak ketahui.”
Daniel berbicara melalui alat penerjemah yang harganya tidak murah. Tempat asalnya diperkirakan di Amerika Selatan, dan bahasanya sama sekali tidak bisa dipahami oleh Yoo Seodam. Namun berkat alat itu, komunikasi mereka berjalan lancar.
“Aku sudah mendengar ceritamu. Katanya, Dharma Lee Dong-joon telah melanggar larangan dan kini aktif?”
“Ya. Untuk saat ini, ini satu-satunya bukti yang bisa kutunjukkan.”
Seodam secara resmi meminta catatan aktivitas ‘Hong Yeopsa’ dari kantor pusat Asosiasi Hunter. Banyak orang tertarik pada sosok itu, dan saat ini pun banyak penggemar serta wartawan yang sedang mengunduh data tersebut.
Di sana tercatat bahwa Hong Yeopsa telah secara konsisten memasuki Dungeon dan Gate selama beberapa tahun, termasuk aktivitasnya dalam tiga bulan terakhir.
“Memang… Hunter tak dikenal dengan kekuatan setara SS-rank atau lebih tinggi. Tapi data ini saja belum cukup untuk menjamin bahwa Hong Yeopsa adalah Lee Dong-joon”
Namun
“..karena aku mempercayai kata-kata Geom-hee, aku akan memilih untuk mempercayaimu, bahkan tanpa bukti tambahan.”
Daniel mengertakkan gigi dan mengepalkan tangannya setelah mengucapkan itu.
Seberapa keras hidupnya di Bumi sejak Mugong-nya disegel? Bagi orang Murim, Mugong adalah segalanya. Kehilangan itu sama seperti direnggutnya lengan dan sayap mereka sekaligus.
Namun sekarang, orang yang memberlakukan larangan itu justru bebas bergerak, melanggar semua aturan.
“Terus terang, aku sulit mempercayainya.”
“Tenanglah, Yang Mulia. Kalau kita mundur sekarang, kita semua akan mati tanpa sempat membalas dendam.”
“Huuu…”
Daniel yang berkeringat karena amarah akhirnya membuka matanya.
“Hunter Yoo Seodam, sejauh ini, berapa orang yang sudah kau temui?”
“Aku sudah bertemu dan berbicara dengan 31 orang, termasuk Anda.”
“Apa pendapat mereka?”
Seodam berpikir sejenak sebelum menjawab.
“Separuh bereaksi negatif, separuh lagi positif. Tak ada yang tampak berniat membantu secara aktif. Tapi kemungkinan besar, mereka menyebarkan kabar ini kepada orang Murim lain yang mereka kenal.”
“Begitu ya. Sejujurnya, seperti yang lain, aku juga sulit menerima klaimmu begitu saja. Aku datang kemari demi menghormati kata-kata Geom-hee, dan karena itu aku memilih mempercayaimu. Tapi meyakinkan master-master lain tidak akan mudah. Apa menurutmu mereka akan bergerak hanya dengan bukti selemah ini?”
“Itu benar.”
Daniel tidak salah.
Bagaimana Seodam akan menemukan para master Murim yang bersembunyi di Bumi? Bukti apa yang bisa membuat mereka bergerak? Senjata macam apa yang bisa digunakan untuk menjatuhkan Dharma?
Ada sebuah rencana kasar.
Pertama-tama… tentang Cheonma.
Setelah berbincang dengan Sang Kaisar dan Geom-hee, citra Sekte Cheonma ternyata tidak seburuk yang ia bayangkan.
Beberapa waktu lalu, Yoo Seodam pernah bertanya pada Geom-hee.
‘Ha Sun-young, seperti apa sebenarnya Sekte Cheonma di Murim? Katanya mereka penjahat, ya?’
Di dunia bela diri, hampir semua orang Murim memusuhi Sekte Cheonma karena mereka dianggap jahat.
‘Kurasa begitu… tapi sebenarnya, aku juga tidak terlalu yakin.’
‘Apa?’
‘Mereka cukup aktif sebelum kedatangan orang-orang dari Bumi, tapi setelah itu malah anehnya jadi tenang. Oh iya, ada yang bilang itu karena Socheonma Seol Jungyeon.’
‘Socheonma Seol Jungyeon?’
‘Benar. Sejak wanita itu menjadi Socheonma, kejahatan Sekte Cheonma hampir berhenti total. Tapi orang-orang Murim bilang mereka sedang mempersiapkan perang besar. Pada akhirnya, kita tak pernah tahu kebenarannya.’
‘Kenapa?’
‘Karena Dharma memusnahkan mereka.’
‘……’
Ha Sun-young tampak sangat sedih saat mengatakan itu.
Ketika Seodam menanyakan hal yang sama pada Sang Kaisar, jawabannya adalah,
‘Aku banyak dibantu oleh Sekte Cheonma. Sebagai orang Murim, aku pernah merasa malu akan hal itu, tapi pada akhirnya aku justru bangga pernah menerima kebaikan mereka.’
‘Benarkah?’
‘Mereka punya kebanggaan sebagai kelompok religius, dan pada masaku mereka memang memakai cara-cara yang cukup kontroversial untuk menyebarkan ajaran mereka. Doktrin mereka memang keras dan penuh kekerasan, tapi itu bukan alasan untuk memusnahkan mereka sepenuhnya.’
Tidak semua protagonis itu benar. Terlebih lagi, Lee Dong-joon adalah protagonis dunia Bumi. Sudut pandang dunia bela diri hanyalah alat untuk mengenang masa lalunya. Dengan kata lain, apa pun yang terjadi di Murim sebenarnya tidak terlalu berarti.
Lagipula, Dharma Lee Dong-joon menyelesaikan segalanya dengan kekerasan ekstrem, sehingga dari sudut pandang cerita, justru lebih “menguntungkan” jika Sekte Cheonma berniat melakukan sesuatu yang sangat buruk meski pada akhirnya mereka dihancurkan sebelum sempat bertindak.
“Hmm…”
Kalau dipikir-pikir, jika Sekte Cheonma dibiarkan hidup, sangat diragukan bahwa invasi Murim atau pertumpahan darah besar akan dipicu oleh Seol Jungyeon.
Dharma Lee Dong-joon sendiri kemungkinan besar akan mencegah hal itu. Namun karena dia bergerak terlalu cepat, bahkan kesempatan bagi orang-orang untuk menyimpan dendam terhadap Sekte Cheonma pun lenyap.
Dengan kata lain
Yoo Seodam bisa memanfaatkan titik ini.
Ada banyak senjata.
Pegunungan Himalaya, tempat Cheonma dikurung.
Tempat itu kelak akan berubah menjadi senjata, sekaligus makam Dharma.
Namun untuk itu… seluruh orang Murim harus bergerak bersama.
Tepat saat itu, sebuah pesan muncul di benak Yoo Seodam.
[Alur utama Protagonis Lee Dong-joon akan berlanjut.]
“Hah?”
Bersamaan dengan pesan sistem itu, notifikasi juga muncul di ponselnya.
[Shin Hye-ji]: Guild Master-nim, sepertinya aku nggak bisa ikut latihan guild akhir pekan ini!
[Shin Hye-ji]: Aku mau ke konser Hellony bareng teman-temanku
[Shin Hye-ji]: [Foto]
“Hellony?”
Di foto itu, Shin Hye-ji ber-selfie sambil memamerkan tiket konsernya. Yoo Seodam tidak pernah mengerti kenapa perempuan selalu menyertakan selfie dalam hampir semua hal.
Tak lama kemudian, pesan lain masuk.
Itu dari Taylor Nine.
[Taylor]: Hey
[Taylor]: Aku sudah di Korea sekarang
[Taylor]: [Foto]
Taylor tidak mengirim selfie.
[Taylor]: Jadi…
[Taylor]: Mau ambil alih permintaan untuk menangkap stalker Hellony?
[Yoo Seodam]: Stalker?
[Taylor]: Ada seseorang yang belakangan ini terus mengganggunya.
Ada yang tidak beres.
Kemampuan gelombang suara S-rank milik Hellony bukan hanya unggul dalam serangan area luas, tapi juga dalam kategori deteksi. Namun dia tidak bisa menangkap seorang stalker?
Bau amis…
Ada yang mencurigakan.
Shin Hye-ji yang akan menonton konser Hellony.
Seorang stalker yang bahkan tak bisa dideteksi oleh kemampuan S-rank.
Dan alur utama protagonis yang mulai bergerak.
“Yang Mulia Kaisar,” kata Yoo Seodam. “Anda bilang, kalau ada bukti, orang-orang Murim akan bergerak, bukan?”
“Benar. Mereka tak akan mempertaruhkan nyawa demi sesuatu yang belum jelas. Apa ada yang terpikirkan olehmu?”
“Yah…”
Belum semuanya jelas.
Namun satu hal paling penting adalah
Shin Hye-ji terlibat langsung dalam ‘alur utama’.
[Yoo Seodam]: Aku datang.
[Yoo Seodam]: Untuk menangkap stalker itu.
Mungkin…
Konser Hellony akan menjadi pemicu terakhir untuk memulai perburuan terhadap Dharma.
0 komentar:
Posting Komentar