Chapter 71

 Guild ‘Morian’, guild tempat Peramal bernaung, adalah salah satu guild terbesar di Rusia. Meskipun jumlah anggotanya di seluruh dunia hanya sekitar 200 orang, mereka memiliki cukup banyak superhuman dengan kemampuan yang sangat khusus.

Selain itu, anggota guild Morian mampu menggunakan kekuatan spesial yang hanya diketahui oleh segelintir orang. Namun, sebagian besar hunter veteran sebenarnya samar-samar menyadari bahwa kemampuan mereka berasal dari sebuah ‘Amulet’.

Hanya saja, tidak ada satu pun yang tahu dari mana Amulet itu berasal.

“Avon. Guild Rain Killer dari Amerika menghubungi kita. Mereka ingin membeli sepuluh kartu. Lalu Baster Guild dari Jerman juga meminta lima kartu. Dan satu lagi, ada panggilan dari Lost Day Guild di Korea.”

“Oh ya?”

Avon tersenyum sambil memainkan kartu-kartu di tangannya. Kartu-kartu itu dikenal di dunia luar dengan nama ‘Talisman’.

“Belakangan ini panggilanmu makin banyak. Apa itu tanda kalau makin banyak orang tertarik dengan ‘kemampuan supranatural’?”

Kemampuan supranatural.

Kemampuan yang bisa digunakan tanpa harus menjalani prosedur penguatan ether. Sampai sekarang, kemampuan ini hampir tak pernah mendapat sorotan dunia karena minimnya informasi. Namun, setelah kasus Hunter Yoo Seodam mencuat, rasa ingin tahu publik tentang Kemampuan Supranatural ikut menyebar. Dan hanya segelintir orang yang akhirnya menyadari bahwa para anggota Morian Guild memperdagangkan kekuatan semacam itu.

Meski hanya sedikit yang mengetahui keberadaan Amulet, pesan-pesan permintaan sudah membanjiri mereka dari berbagai guild di seluruh dunia.

“Untuk sekarang, hubungi Lost Day dulu. Mereka banyak membantu riset ‘magic’ kita.”

Lost Day memang punya sejarah panjang membantu Morian Guild. Mereka memberikan dana besar, membantu penelitian magic secara ilmiah, serta memperkenalkan Morian pada banyak koneksi global. Berkat itu, Morian kini jauh lebih besar dibandingkan sepuluh tahun lalu.

Kini, Morian Guild menggunakan kemampuan peramal untuk memengaruhi dunia secara terang-terangan, sementara di balik layar mereka memonopoli Amulet.

“Karena magic… hanya pantas untuk kami.”

Belakangan ini, seorang pria bernama Yoo Seodam menggunakan kekuatan yang mirip dengan Amulet. Namun, itu tak akan pernah sebanding dengan mereka yang telah mengembangkan magic secara konsisten selama bertahun-tahun di balik bayang-bayang. Meski terkubur oleh sains modern, kini mereka bahkan mampu menanamkan magic ke dalam benda!

Sampai sekarang, mereka memang belum bisa menciptakan magic dengan daya hancur setara kemampuan S-rank. Namun, dari segi utilitas, magic mereka bisa dibilang unggul dibandingkan kemampuan apa pun.

“Nyonya Avon.”

Suara terdengar dari udara. Avon menjawab tanpa menoleh.

“Katakan.”

“Peramal telah datang.”

“Biarkan dia masuk.”

Tak lama kemudian, pintu kantor terbuka, dan Yekaterina masuk dengan langkah sempoyongan. Rambutnya kehilangan warna, memutih hingga ke pinggang. Cahaya di pupil matanya pun menghilang, ia hanya bisa samar-samar memastikan ada sesuatu di hadapannya. Meski begitu, Yekaterina mengangkat kepala dengan tegas dan menatap Avon tepat di mata.

“Aku melihat sebuah ramalan.”

“Katakan.”

“Sesuatu akan terjadi di Seoul, Korea. Lokasi pasti dari bencana itu adalah gedung konser penyanyi bernama ‘Hellony’.”

“Hm, Hellony?”

Yekaterina berbicara dengan suara gemetar.

“Tapi ada yang aneh. Aku tidak mendengar apa pun di sana. Tidak ada teriakan, tidak ada jeritan. Semuanya… sunyi.”

“……?”

Berarti bencana yang akan datang berkaitan dengan suara. Ramalan Yekaterina nyaris tak pernah meleset, dan Avon langsung menangkap kata kunci bencana itu.

“Mungkin… ribuan orang akan mati. Kita harus menghentikannya.”

“Kapan tepatnya?”

“Sepertinya… dalam waktu dekat.”

“Begitu ya. Hmm.”

Avon tersenyum setelah berpikir sejenak. Senyum tanpa emosi.

“Kita harus mencari sesuatu yang berhubungan dengan suara terlebih dahulu. Aku mengerti. Silakan kembali.”

“Hah? Biasanya kamu akan mengumumkan ramalan ini ke dunia...”

“Aku yang akan mengurusnya. Kembalilah, Yekaterina.”

“…..”

Masih tampak gelisah, Yekaterina berdiri cukup lama sebelum akhirnya menyadari tak ada yang bisa ia lakukan dan pergi. Begitu pintu tertutup, Avon segera mulai menggambar sesuatu di kartu dengan pena.

Seorang wanita berjubah di sampingnya bertanya,

“Perlu aku hubungi markas tanggap darurat?”

“Tidak perlu.”

“Benarkah?”

Avon mengeluarkan setumpuk dokumen dari laci. Itu adalah catatan lengkap tentang DR.

Dimensional Returnees, orang-orang dari Murim yang memperoleh kekuatan spesial di dunia lain. Namun, kekuatan itu disegel oleh seseorang yang sangat kuat. Sudah empat tahun sejak mereka kembali ke dunia ini, dan Avon menemukan bahwa Amulet miliknya bisa sementara memblokir segel tersebut.

Ia menelusuri para DR, menghubungi beberapa di antaranya yang mengalami gejala putus parah karena tak bisa menggunakan Mugong, lalu menggoda mereka untuk mencobanya kembali dengan bantuan magicnya. Meski durasi tipuan Amulet itu singkat, sepuluh lembar talisman, yang bahkan membuat satu saja sangat sulit, tetap diberikan kepada seorang DR demi memperoleh pengetahuan bernama Mugong.

Namun pada akhirnya…

Semuanya dicuri.

‘Aku… aku harus me—menemukannya.’

‘Apa yang kau cari?’

‘Suara. Suara yang lebih indah.’

‘Kalau begitu, kita bisa...’

‘Tidak! Mustahil!’

Avon teringat kenangan terakhir sebelum mereka berpisah. Itu sama sekali bukan kenangan yang menyenangkan. Avon adalah mage sekaligus pebisnis yang mengejar keuntungan nyata, namun ia kalah, bahkan setelah menginvestasikan sepuluh Amulet.

“Lebih baik biarkan bencana terjadi di Korea dan serahkan penilaiannya pada ‘Yang Maha Tinggi’.”

Wanita itu sudah sepenuhnya gila. Tak ada jalan kembali.

Lebih baik dia mati.

“Jangan beri tahu siapa pun tentang ramalan ini.”

***

Geom-hee, Ha Sun-young. Berkat identitasnya sebagai orang Murim, banyak hal jadi lebih mudah. Mungkin stalker itu memang sejak awal menguasai suara? Dugaan itu masuk akal, tapi tak ada cara untuk memastikan pelakunya.

“Aman sekarang. Setidaknya, aku rasa nggak bakal ada kebocoran lagi di ruang tunggu.”

Ha Sun-young berkata sambil menyentuh dinding peredam suara sementara yang dipasang di dalam ruangan. Itu bukan sekadar dinding kedap suara biasa, dinding itu dipenuhi magic Yoo Seodam untuk memblokir suara. Stalker itu tak akan bisa lagi mengintip dari jarak berapa pun.

Tentu saja, dari jarak dekat dia mungkin masih bisa menembusnya. Tapi Ha Sun-young tidak akan tinggal diam.

“Berani-beraninya dia ganggu Hellony?”

Ha Sun-young bergumam. Dia memang tampak ceroboh seperti biasa, tapi jika sesuatu terjadi sekarang, dialah satu-satunya yang bisa menanganinya.

“Hm? Tapi kenapa matamu begitu? Kamu pakai lensa kontak?”

Taylor bertanya saat melihat mata Seodam yang memutih ketika dia sedang memperkuat dinding dengan sihir.

“Ada sesuatu yang terjadi.”

Saat Seodam mengangkat telapak tangannya dan mengusap mata, mana mengalir ke dalamnya. Taylor terkejut melihat mata hitamnya kembali berkat ‘lensa magic’.

Akan lebih nyaman jika lensa magic itu bisa dipertahankan terus. Mengaktifkannya ulang setiap kali selesai menggunakan magic untuk menutupi mata putihnya cukup merepotkan.

Namun, itu pengorbanan kecil dibandingkan sesuatu sebesar perpustakaan E-rank.

“Hei, kamu mikir apa sih serius banget? Ada ide buat nangkep dia?”

“Ngapain pusing mikirin sesuatu yang bahkan nggak bisa dideteksi?”

Saat Taylor dan Ha Sun-young berbicara bergantian, Hellony yang sedang duduk di kursi rias, bersiap naik panggung, menatap Yoo Seodam dengan mata cemas.

Itu memang benar.

Lawan mereka adalah orang Murim. Seseorang yang bisa menghindari deteksi gelombang suara S-rank. Bahkan serangan jarak jauh Ha Sun-young bisa dibelokkan. Artinya, kekuatan lawan itu setidaknya berada di level SS-rank.

Yoo Seodam tidak bisa melindungi siapa pun sendirian.

Di ruangan ini ada dua superhuman S-rank dan satu ahli bela diri SS-rank. Sementara Seodam sendiri hanya punya kemampuan fisik D-rank, pedang, dan magic level circle dua hingga tiga.

Namun, hanya karena dia tak punya kekuatan super, bukan berarti dia tak bisa berpikir, kan?

Pertama-tama, kenapa stalker ini begitu terobsesi dengan Hellony?

Jawaban yang benar adalah…

Tak perlu tahu.

Pertanyaan kedua, bagaimana praktisi Murim yang memakai kekuatan suara itu bisa lolos dari pengaruh segel?

Jawabannya…

Tak perlu tahu itu juga.

Bukan hanya karena pertanyaan itu tak bisa dijawab dengan cepat, tapi juga karena kejadian ini mungkin berkaitan dengan ‘koreksi’ protagonis Lee Dong-joon. Koreksi tidak bisa dianalisis dengan logika biasa.

Yang lebih penting bagi Seodam adalah memikirkan klise yang akan terjadi setelah ini.

Terakhir, pertanyaan ketiga.

Kisah macam apa yang terjadi di sini?

Berdasarkan temuannya, termasuk cerita dari Geom-hee dan sang Kaisar, Dharma telah menodai tangannya dengan darah yang tak terhitung jumlahnya saat masih di Murim. Dia membunuh terlalu banyak orang atas nama keadilan.

Mungkin, tema kisahnya setelah kembali ke Bumi adalah…

penebusan dan kedamaian.

Tema perdamaian seharusnya akan diwujudkan melalui putrinya, Shin Hye-ji, dan Cheonma Seol Jung-yeon. Jika benar tema milik Lee Dong-joon bercampur dengan penebusan dosa, maka besar kemungkinan konser Hellony akan berubah menjadi kekacauan.

Orang-orang yang tak mampu mengatasi gejala tersebut, mereka akan mengamuk karena larangan itu. Ironisnya, justru orang-orang inilah yang akan membunuh banyak orang sekaligus melukai putrinya sendiri, Shin Hye-ji.

Setelah datang terlambat, Dharma kemungkinan besar akan berhasil menyelamatkan Shin Hye-ji dengan menaklukkan sang Stalker.

Dan mungkin, pada saat itu, ia akan menyadari sesuatu seperti, “Ah… penilaianku yang salah justru melukai anakku sendiri.”

Setelah itu, ia mungkin akan mengubah kebijakannya, atau bahkan mencabut larangan tersebut sepenuhnya, entah bagaimana bentuknya. Tapi sampai titik itu, semua itu bukan urusan Yoo Seodam.

Itu adalah alur cerita yang bisa dipikirkan siapa pun. Jadi bisa saja dibilang itu omong kosong.

Namun, fakta bahwa Shin Hye-ji datang menonton konser Hellony, dan fakta bahwa seseorang dari Murim berkeliaran di sekitar Hellony, sudah cukup menjadi bukti untuk menopang cerita “ngawur” tersebut.

Lagipula, kisah sang protagonis selalu mengikuti klise.

Sebenarnya, bahkan tanpa tema penebusan dosa pun, tak ada masalah besar.

Yang terpenting adalah: Shin Hye-ji tetap datang menonton pertunjukan itu.

“Hmmm…” 

“Ah, sial…” 

“Sepertinya kita nggak punya pilihan selain membatalkan pertunjukan.”

Berbeda dengan tiga perempuan yang kebingungan dan tak tahu harus berbuat apa, kepala Yoo Seodam justru terasa dingin dan jernih.

‘Semuanya mulai terurai.’

Rencana untuk memburu protagonis Lv500 yang sebelumnya terasa makin suram, kini kembali menyala.

Untuk itu

Yoo Seodam menyampaikan pemikirannya kepada mereka. Ia menatap mata Hellony, Taylor, dan Ha Sun-young satu per satu.

“Mungkin kalau terjadi pertempuran, bakal ada banyak korban. Bahkan jika Ha Sun-young melawan, dia nggak akan bisa menaklukkan lawannya dalam satu waktu. Dan karena sifat eumgong si Stalker, kalau terjadi serangan area luas, semua orang pasti akan terdampak.”

Hellony mengangguk setuju. Faktanya, dia sendiri adalah salah satu superhuman yang kesulitan mengendalikan kemampuannya.

“Selain itu, Ha Sun-young juga nggak boleh bertindak sembarangan, kan?” 

“Itu… uh, iya.”

Pada akhirnya, satu-satunya cara yang tersisa adalah mengevakuasi semua orang.

Dengan wajah gelap, Hellony mencoba menghubungi manajernya untuk segera membatalkan pertunjukan. Namun Yoo Seodam menghentikannya.

“Kalau pertunjukannya dibatalkan, kita nggak bisa menangkap stalkernya sekarang, kan?” 

“Kamu benar… lalu apa ada caranya?” 

“Kita tinggal memanggil sekutu terkuat yang bisa menundukkan praktisi eumgong.” 

“…Apa?”

Tiga pasang mata menatapnya, seolah bertanya di mana orang seperti itu bisa ditemukan di dunia ini.

“Maksudku, yang tertinggi. Dalang di balik ‘larangan’ terhadap seluruh Murim di bumi.” 

“Maksudmu… pemimpin DR? Masuk akal nggak sih?” 

“Seo, Seodam. Baik Murim maupun Asosiasi Hunter juga mencari dia, tapi mereka nggak bisa menemukannya. Apalagi yang disebut Supreme One…” 

“Kamu tahu sendiri kan kalau Supreme Dharma nggak pernah mengikuti perintah siapa pun?”

Ketiganya bereaksi negatif. Tapi Yoo Seodam hanya menanggapi dengan mengetuk layar ponselnya.

***

Fwooosh!! Fwwoooshhh!!

Tok. Tok.

Di tengah badai salju yang ganas, ia mengetuk kabin kecil itu dan mendengar suara dari dalam.

'‘Masuklah.’'

Saat ia membuka pintu dengan hati-hati dan melangkah masuk, tampak sosok Seol Jung-yeon terbaring di sofa, menggigit ceri dengan santai.

Dia benar-benar berbeda dari masa lalu, ketika wajahnya selalu terlihat murung.

Berbaring anggun dalam setelan putih, dia tampak lebih cantik, lebih memikat daripada apa pun di dunia ini.

Bahkan Supreme Dharma, yang hatinya tak pernah tergoyahkan, bisa terpaku memandangnya dua kali.

Dia melirik dan bertanya pada Lee Dong-joon.

“Kali ini kamu datang lebih cepat dari biasanya. Ada apa?” 

“Aku membawa tanduk Chilgaksu.” 

“Oh, itu.”

Karena Seol Jung-yeon pernah mengatakan ingin memilikinya, Lee Dong-joon menghabiskan seluruh waktunya menjelajahi dungeon di seluruh dunia. Dan akhirnya, ia berhasil mendapatkan tanduk Chilgaksu.

Namun Seol Jung-yeon hanya mengangkat ujung kaki putihnya dan menunjuk ke suatu sudut tanpa sedikit pun menaruh perhatian.

“Taruh saja di sana.” 

“Boleh kalau aku taruh di situ saja?” 

“Terserah.”

“….”

Meski dia mengatakannya dengan sengaja, Lee Dong-joon tetap meletakkan tanduk Chilgaksu di sudut itu dengan ekspresi santai. Ia bahkan menutupinya dengan plastik agar tidak berdebu.

Seol Jung-yeon merasa kesal melihat ketulusannya yang terasa berlebihan, tapi tak menunjukkannya.

“Kalau ada hal lain yang kamu inginkan, katakan saja. Kalau aku bisa mendapatkannya, akan aku ambilkan.” 

“Hmm…”

Saat postur Seol Jung-yeon sedikit runtuh, rambutnya tergerai di sisi sofa, mata Dharma tanpa sadar melirik ke samping.

Hampir tak ada kulit yang terlihat, setelan itu menutupi seluruh tubuhnya. Tapi pergelangan kaki putih itu, pergelangan tangan itu…

Tidak...bukan itu. Keberadaannya sendiri begitu memikat hingga sulit mengalihkan pandangan.

‘Jadi, sekarang bagaimana?’

‘Haruskah aku mengusirnya? Atau mempermainkannya seperti yang dia minta?’

Saat ia sedang berpikir, Lee Dong-joon mengeluarkan ponselnya.

Wajahnya langsung mengeras.

Terkejut. Gelisah. Marah.

Supreme Dharma tak pernah memperlihatkan emosinya.

Cheonma menatapnya penuh rasa ingin tahu.

‘Astaga… akhirnya pria itu mulai bergerak?’

Cheonma menutup bibirnya dengan lengan baju dan tertawa kecil. Lalu Lee Dong-joon berkata, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.

“Aku akan pergi sekarang.” 

“Kamu bosan denganku?” 

“Tidak sama sekali!!” 

“Benarkah? Hmmm….”

Biasanya, Seol Jung-yeon akan menanggapi dengan dingin. Tapi ini pertama kalinya dia berbicara dengan nada penuh ketertarikan, membuat Dharma tak bisa langsung pergi meski sangat terburu-buru.

Lalu pesan lain masuk ke ponselnya.

[Yoo Seodam: Tolong datang sekarang. Ada praktisi eumgong mengamuk di gedung konser, dan Shin Hye-ji juga sedang menonton konser di sini.]

“Ya… aku bosan….”

Dan entah kenapa, sikap Cheonma terasa semakin mematikan.

Itu mengacaukan pikiran Dharma.

{ Tenang!! Jangan sampai kehilangan kendali!}

‘Aku tenang.’

{Jangan cuma menatapnya! Fokus!}

‘Iya, iya. Berisik.’

Setelah menarik napas panjang dan menenangkan dadanya, Dharma berkata pada Cheonma.

“Maaf, aku harus pergi sekarang. Aku akan datang lagi.” 

“Kamu membosankan.”

Seol Jung-yeon memalingkan wajah. Lee Dong-joon menatap punggungnya dengan penyesalan lalu menghilang dari tempat itu.

Begitu dia pergi, Seol Jung-yeon akhirnya tersenyum lebar, senyum yang sejak tadi ia tahan.

‘Aku jadi makin penasaran.’

Siapa sebenarnya pria yang bisa dengan mudah meretakkan topeng dingin Dharma, sesuatu yang bahkan Murim pun tak bisa lakukan?

Entah kenapa, jantungnya berdebar. Tapi dia menahannya.

‘Kamu bilang akan menjemputku.’

Dia menunggu hari ketika pria itu akan datang padanya.

Note:

Kekuatan super: Kemampuan yang harus melalui proses injeksi Ether.

Kemampuan supranatural: Kemampuan yang menggunakan energi selain Ether (sebelumnya diterjemahkan sebagai kekuatan laten).

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram