Chapter 73

 “Maksudmu… orang-orang dari Murim?”

Pada saat yang sama, jauh dari gedung konser.

Shin Hye-ji sedang bersama Ha Sun-young, Daniel, dan Lee Doo-hak. Itu karena guild master-nya, Yoo Seodam, memintanya untuk menjauh dari lokasi konser.

Itulah sebabnya dia mengikuti sesama anggota guild-nya, Ha Sun-young. Namun, tanpa diduga, dia justru mendengar cerita yang begitu aneh.

“Benar, Nona Hye-ji. Semua dari kami yang berasal dari Murim berada di bawah sebuah larangan. Apa kamu tahu soal itu?”

Saat Daniel bertanya, Hye-ji mengangguk kecil.

“Oh… a-ah, iya. Bukankah itu semacam aturan tak tertulis untuk tidak menggunakan Mugong?”

“Itu bukan sekadar pembatasan seperti itu.”

Publik tidak mengetahui detail larangan yang dikenakan pada Dimensional Returnee. Mereka hanya tahu gambaran besarnya dari para hunter veteran atau orang-orang Murim.

Daniel dan Lee Doo-hak membuka kancing baju mereka sedikit, memperlihatkan dada mereka.

Di sana, terukir tato merah.

“Ini adalah ‘Larangan’ yang memaksa kami semua untuk tidak menggunakan Mugong. Jika salah satu dari kami menggunakannya, kami akan langsung dibunuh oleh Supreme Dharma.”

“Hah!? Dha-Dharma!? Maksud kalian… ayahku?”

“Benar, Nona Hye-ji. Orang yang memasang larangan ini pada kami adalah Supreme Dharma… ayahmu.”

Shin Hye-ji terdiam beberapa detik sebelum akhirnya berbicara dengan suara bergetar.

“Bu-bukankah itu… hal yang baik? Kalau orang-orang Murim terlibat dalam kecelakaan...”

“……Apa ada bukti bahwa orang Murim selalu menyebabkan masalah?”

Lee Doo-hak menatapnya lurus.

“Nona Hye-ji, kami, orang-orang Murim, tidak jauh berbeda dari para superhuman. Bahkan, dasar dari Muhyeob adalah kewarasan dan kendali diri. Dalam hal menahan diri, kami justru lebih baik daripada banyak superhuman lain.”

“Kalau begitu… kenapa ayah… melarangnya?”

Dia sungguh tidak mengerti.

“Dia bilang… dia tidak ingin Mugong ada di Bumi.”

“Apa…?”

Ya. Semuanya terasa tidak masuk akal.

“Kalau begitu, kenapa orang-orang yang tidak boleh menggunakan seni bela diri malah dipulangkan ke Bumi sejak awal?”

“Itu tidak bisa dicegah. Saat Dharma membuka jalur ke Bumi, semua orang dari Bumi yang berada di Murim dipaksa kembali.”

Mereka yang masih ingin melatih Mugong.

Mereka yang mencintai pertarungan.

Mereka yang menganggap Mugong sebagai segalanya.

Bahkan mereka yang memiliki keluarga di sana. Pasangan, anak, guru, orang-orang yang telah membangun seluruh hidup mereka di Murim.

Semuanya dipaksa kembali ke Bumi.

“Sejujurnya, insiden kekerasan yang melibatkan orang Murim di Bumi justru terjadi karena Larangan itu. Kalau tidak ada larangan, mereka akan tetap tenang.”

Melihat Shin Hye-ji kebingungan, Lee Doo-hak melanjutkan.

“Ya. Sebenarnya aku sendiri ingin kembali ke Bumi. Jadi aku siap menerima emas atau apa pun sebagai gantinya.”

“Begitu… ya? Kalau aku...”

“Awalnya aku juga merasa lega,” Daniel menyela pelan.

“Sebagai orang Murim, aku pun takut kalau Mugong menyebar ke Bumi. Tapi… Dharma, orang yang menciptakan larangan itu, melanggarnya sendiri. Dia mengajarkan Mugong pada putrinya, dan bahkan bekerja sebagai Hunter dengan nama samaran Hong Yeop-sa.”

Jika Dharma memberi contoh dengan mematuhi larangan itu, orang-orang Murim akan hidup dalam diam seumur hidup mereka.

Namun dia justru melanggar semua larangan yang dia buat sendiri.

Jangan membuat koneksi.

Jangan mengajarkan Mugong.

Jangan menggunakan Mugong.

“Ah….”

Shin Hye-ji menggigit bibirnya erat.

Semua ini… terjadi karena dirinya.

Karena dirinya, ayahnya mulai dikucilkan oleh orang-orang Murim.

‘Seandainya aku tidak pergi…’

Jika dia tidak memintanya menjadi ayahnya.

Jika dia tidak memaksakan diri menjadi Hunter meski tak punya kekuatan.

Semua ini tidak akan terjadi.

Saat Shin Hye-ji tenggelam dalam rasa bersalah, Ha Sun-young akhirnya membuka suara.

“Lalu… apa yang akan terjadi sekarang?”

“Mulai sekarang, kami akan menuju tempat di mana semua orang Murim berkumpul.”

Selama tiga bulan terakhir, Geom-hee diam-diam menyebarkan kabar ke seluruh orang Murim di dunia.

Siapa pun yang ingin membunuh musuh publik Murim, harus menuju Pegunungan Himalaya.

Selama ini, tidak ada yang bergerak karena kurang bukti.

Namun sekarang, setelah mendengar kebenaran, mereka mulai bergerak.

“Dan… ada satu hal lagi yang harus aku ceritakan. Ini bukan soal larangan.”

“Eh?”

“Ini cerita tentang seorang pria bernama Supreme Dharma.”

Itu adalah permintaan dari Yoo Seodam.

Shin Hye-ji adalah putri Dharma dan satu-satunya sekutunya. Namun dia tidak tahu apa-apa. Lalu apa salahnya?

Ha Sun-young menyukai ide ini. Ini sesuai dengan kode kesatria miliknya.

“Mulai sekarang, aku akan menceritakan apa yang Dharma lakukan di dunia Murim… Ceritanya akan panjang. Dan perjalanan kita juga masih jauh.”

Kisah Dharma yang selama ini disembunyikan dari Shin Hye-ji.

Kisah seorang pria yang menodai Murim dengan darah… kini mulai terungkap lewat mulut Ha Sun-young.

*

Kini, seluruh dunia tahu bahwa Hong Yeop-sa adalah Lee Dong-joon.

Kamera masih menyorot wajah Lee Dong-joon. Dan melihat wajah Yoo Seodam yang santai seolah berkata “Kenapa? Berani serang aku?” membuat darahnya mendidih.

“!!!!!”

Tiba-tiba, energi eksplosif yang tak terlihat oleh publik biasa terasa dari segala arah.

Jaraknya beberapa kilometer namun Lee Dong-joon tetap bisa merasakannya.

Orang-orang Murim di Bumi… sedang meluapkan kemarahan mereka!

‘Kenapa mereka bisa secepat ini?’

Lee Dong-joon tidak tahu.

Selama tiga bulan terakhir, Yoo Seodam telah bertemu 31 master dengan bantuan Geom-hee dan membocorkan informasi tentang Hong Yeop-sa kepada mereka.

Awalnya, orang-orang Murim ragu.

Namun ketika Yoo Seodam menunjukkan bukti yang jelas, kemarahan yang selama ini ditekan… akhirnya meledak.

Seberapa pun kuatnya Supreme Dharma, menghadapi seluruh Murim sekaligus adalah beban besar.

Bukan tidak bisa tapi tempat ini terlalu buruk.

‘Aku harus membawa Hye-ji dan bersembunyi dulu.’

Dengan pikiran itu, Lee Dong-joon mencoba mencari energi Shin Hye-ji di sekitar gedung konser.

‘Tidak ada?’

Energi Shin Hye-ji tidak terasa di mana pun di venue.

Lee Dong-joon segera menyebarkan kekuatannya dan mendeteksinya, ratusan meter dari sini.

‘Jangan bilang…’

Tatapan Lee Dong-joon kembali menusuk Yoo Seodam.

Sejak awal…

Semua ini sudah direncanakan.

Yoo Seodam merekrut Shin Hye-ji ke guild-nya agar bisa memanfaatkannya sesuka hati.

Lee Dong-joon memang tidak sepenuhnya percaya padanya. Dia bukan orang bodoh.

Namun dia tidak pernah menyangka Yoo Seodam akan seberani ini.

Gigi Lee Dong-joon gemeretak karena amarah.

Grrrummm...!!

Awan gelap berkumpul.

Fenomena ini tercipta oleh Mugong.

Badai, terik matahari, bahkan para master, termasuk 3 Raja dan 6 Kaisar sedang melepaskan energi mereka tanpa ragu.

‘Tidak mungkin… apa mereka akan datang ke sini?’

Dia tidak yakin.

'Namun jika mereka semarah itu, bukankah Korea pasti jadi tujuan mereka? 

Lee Dong-joon mulai gelisah.

Dia bisa menghadapi mereka semua.

Namun berbeda dengan masa liarnya di Murim

sekarang, dia punya sesuatu yang bisa hilang.

Shin Hye-ji. Putrinya.

Jika dia bertarung di sini, putrinya tidak akan bisa hidup normal lagi.

‘Aku harus bersabar. Tunggu kesempatan berikutnya.’

Namun

‘Setidaknya… Yoo Seodam harus mati.’

Meski harus merusak sekeliling, dia harus membunuh Yoo Seodam dengan cara apa pun.

Di sisi lain, Yoo Seodam masih tersenyum santai.

Entah dia percaya diri… atau memang gila.

Sikapnya seperti sedang menantang Lee Dong-joon untuk membunuhnya di depan seluruh kamera.

“Dasar bodoh!”

Indra Lee Dong-joon kembali memperingatkannya.

Dia tidak bisa membunuh Yoo Seodam.

Namun, perasaan itu segera menghilang.

[A crisis terjadi pada protagonis, Lee Dong-joon.]

[Efek skill ‘Sutra of Buddha Dharma (SSS+)’ melemah akibat ketidakseimbangan emosi yang parah.]

[Skill protagonis Lee Dong-joon ‘Foresight (SSS)’ tertutup karena penglihatan yang kabur.]

[Mengecek fluktuasi level karakter utama Lee Dong-joon: 500 (-18)]

Itu hanya perubahan kecil.

Yoo Seodam tetap tidak mungkin mengalahkan Lee Dong-joon yang masih berada di level 500, meskipun levelnya turun 18 level.

Tapi

Seperti yang kuduga.

Bagi Yoo Seodam, itu adalah petunjuk yang sangat besar.

Swoosh!!

Pada saat Dharma mengayunkan tangannya seperti pisau

[Protokol Darurat, Pelarian Dimensi diaktifkan.]

[Evakuasi darurat ke dimensi terdekat dengan perbedaan aliran waktu lebih dari lima kali lipat; tindakan ini mengonsumsi sebagian usia hidup Anda.]

Tubuh astral Yoo Seodam menghilang tepat ketika tebasan Lee Dong-joon hanya membelah udara kosong.

Begitu menyadari apa yang terjadi, raungan seperti singa meledak dari mulut Lee Dong-joon.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!”

Raungan itu bahkan jauh lebih destruktif dibanding Mugong milik Sae Cheongryeon maupun kemampuan gelombang suara Hellony.

--- Hei, tenang!

“Huuh… Huuh…”

--- Jangan marah.

'Aku akan segera menenangkan diri.'

--- Pikirkan dengan kepala dingin.

'Bahkan sekarang pun, orang-orang Murim terus berdatangan.

Sekarang… apa yang harus kita lakukan?'

'Kita sebaiknya menyelesaikan semuanya.'

--- Itu bukan keputusan yang baik.

'Tidak. Ini satu-satunya cara.'

--;Anak itu…

Namun, tempat ini tidak cocok. Jika banyak orang menyerangnya sekaligus, mungkin tak jadi masalah, tapi setelah menghabisi mereka semua, Lee Dong-joon tetap harus kembali hidup di masyarakat.

Jika tidak ada lagi orang Murim di Bumi, tak akan ada satu pun penghalang di hadapannya.

Yoo Seodam pun tidak akan berani melarikan diri dari pandangannya. Tak peduli sejauh apa dia kabur, dia tidak akan bisa lolos seumur hidupnya.

Pertama-tama, Lee Dong-joon harus meninggalkan tempat ini, lalu memburu orang-orang Murim satu per satu… dan memenggal kepala mereka.

Itulah rencana Lee Dong-joon.

Sambil memikirkannya, dia membayangkan sebuah tempat untuk bersembunyi sementara.

'Seol Jungyeon.'

Hanya satu tempat itu yang terlintas di pikirannya.

*

“Huh!!”

Yekaterina terjatuh terduduk ke lantai begitu tangannya terlepas dari lukisan.

“Masa depan yang sama… terlihat dua kali.”

Di dalam lukisan itu tergambar gedung konser milik Dewi Pop, Hellony. Beberapa hari yang lalu, Yekaterina telah melihat masa depan di mana tempat itu hancur oleh sebuah bencana besar. Jika saja ia meramalkannya dan mengumumkannya ke dunia, semuanya bisa dicegah.

“Avon!!”

Hanya ada satu alasan mengapa ramalan itu muncul kembali.

Ramalan ini belum pernah diungkapkan ke dunia.

'Avon, dia menyembunyikan ramalan ini karena suatu alasan.'

'Tapi… bencananya berhenti.:

Untungnya, di masa depan yang kali ini dilihat Yekaterina, bencana itu bahkan belum sempat dimulai.

“Yoo Seodam.”

Pria itu muncul sekali lagi… dan mengubah hasil dari bencana tersebut.

Bagaimana caranya tidak penting. Yang penting adalah kenyataan bahwa keputusan Avon bisa saja memicu bencana lain.

Ini sudah berlangsung sejak lama. Bahkan saat Yekaterina memperingatkan Avon tentang bencana besar, Avon selalu menutupi sebagian ramalan dan hanya mengungkapkan potongan tertentu ke publik. Suatu hari, ketika Yekaterina bertanya alasannya, inilah jawaban yang ia dengar.

“Karena itu menguntungkan buatku.”

Ada markas pesaing di sana, ada negara yang sedang melakukan protes, atau ada guild yang tidak kusukai.

Dengan alasan-alasan konyol seperti itu, Avon menutup ramalan Yekaterina.

'Aku tidak mau melakukan ini lagi.'

'Apa gunanya melihat masa depan jika dia tidak punya kekuatan untuk menghentikannya?'

Dia bahkan rela menukar kemampuan melihat masa depan demi bisa menggunakan magic.

'Andai saja aku bisa memakai magic seperti mage lain di Guild Morian…'

Saat pikiran itu melintas

Boom!! Boom!!

Suara langkah kaki menggema di seluruh museum seni.

Tangan Yekaterina gemetar saat ia mengangkat kepala. Saat itulah ia sadar dia terlalu lama berada di dalam ramalan.

'Tidak… monsternya datang!'

Museum seni itu adalah dunia di dalam mimpinya.

Namun, ada sesuatu yang hidup di sana… selain dirinya.

Perlahan, Yekaterina menggeser pandangannya ke ujung lorong.

Dan kemudian, mata mereka bertemu.

Itu adalah monster setinggi tiga meter. Kulitnya hangus menghitam seolah terbakar, tetesan air menetes dari tubuhnya seperti baru keluar dari air, dan matanya transparan.

Crack!!

Suara kulit yang terkoyak memenuhi lorong saat monster itu membuka bibirnya.

“Ah… Ah!!!”

Monster itu semakin dekat. Terus mendekat.

Keaaak!!

Matanya melengkung seperti bulan sabit, seolah sedang tersenyum, lalu ia meloncat dengan satu kaki ke arah Yekaterina.

Boom!!!

Boom!!!

'Bangun! Aku harus bangun dari mimpi ini!'

Yekaterina memeluk kepalanya dengan kedua tangan, namun bangun dari mimpi bukanlah hal yang mudah. Jantungnya berdegup liar, tangan dan kakinya gemetar tak terkendali.

Boom!!!

Boom!!

'Tidak! Tidak! Bangun! Tolong bangun!'

Tapi

Dia tidak bisa terbangun dari mimpinya.

Lalu tiba-tiba

Swishh!!

Boom!!

Seseorang muncul dari ujung lorong lain, menutup pintu tepat di depan Yekaterina, lalu menjatuhkan diri ke lantai.

“Gila… kaget banget!! Apaan sih barusan itu?!”

“……Huh?”

Yekaterina mengenal pria itu.

Seorang pria berambut hitam dengan mata putih.

“Yoo… Seodam?”

“Hah?”

Pria yang baru saja ia lihat dalam ramalan

Kini… berada di dalam mimpinya.

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram