【Menggunakan Protokol Pelarian Darurat】
Begitu Dharma hendak menghantam leherku dengan senjatanya, dunia langsung berubah.
Tubuhku terasa berdenyut hebat.
“Ugh!”
Recoil akibat menyeberangi dimensi tanpa persiapan bahkan sepuluh detik pun terasa luar biasa. Kepalaku berdenyut seolah mau pecah…
[Protokol Pelarian Darurat telah digunakan]
[30 hari sisa hidup akan dikonsumsi.]
[Berpindah ke dimensi dengan perbedaan aliran waktu lebih dari 5 kali.]
[10 hari sisa hidup akan dikonsumsi sebagai tambahan kondisi.]
[Anda telah berpindah ke dimensi tanpa protagonis atau dengan peluang berburu sukses 90%.]
[30 hari sisa hidup akan dikonsumsi sebagai tambahan kondisi.]
'Total, 70 hari sisa hidup-ku terkuras.'
'Itu karena aku mempertaruhkan berbagai kondisi demi pelarian darurat ini.'
'Tapi mau bagaimana lagi? Jauh lebih baik berpindah ke dimensi dengan tingkat keberhasilan 90% atau dunia tanpa protagonis, supaya aku bisa segera kembali.'
'Meski begitu, dengan menukar sebagian hidupku, aku akhirnya menemukan kelemahan terakhir Dharma.'
'Jika aku berhasil memburu Dharma, 70 hari sisa hidupku itu bisa kudapatkan kembali dengan mudah.'
'Dan jika hanya dengan dua bulan umur aku bisa lolos dari kematian, bukankah itu transaksi yang sangat menguntungkan?'
“Andai saja aku bisa pakai pelarian darurat kapan pun.”
<Maaf, itu tidak memungkinkan.>
<Protokol ini hanya bisa digunakan saat ‘karakter utama’ berada dalam kondisi nyaris mati setelah menyerap probabilitas dalam jumlah besar di atas peringkat SSS.>
<Selain itu, protokol ini tidak bisa digunakan lagi setidaknya selama satu tahun.>
“Kenapa?”
<Protokol ini bukan hanya mengonsumsi sisa hidup-mu, tapi juga menghabiskan energiku.>
"Singkatnya, kamu capek."
<Benar…..>
Awalnya, sistem ini terasa seperti entitas ilahi. Tidak, sebenarnya memang ilahi. Namun, sejak aku diberi hak memilih skill secara bebas setelah memburu Lee Yeon-jun, atau setelah membunuh Arash, sistem sering kali terdiam cukup lama. Kalau sistem ini manusia, mungkin dia sedang tertidur.
Artinya, sistem juga butuh waktu untuk memulihkan diri setelah menggunakan kekuatan berlebihan.
Semakin kupikirkan, semakin banyak pertanyaan tentang sistem ini. Tapi aku tidak menanyakannya.
“Ngomong-ngomong… kita ada di mana?”
Aku melihat sekeliling.
Aku berada di dalam sebuah bangunan yang seluruhnya dicat putih. Seperti biasa, tidak ada penjelasan seperti, ‘Kamu berada di level berapa?’, jadi aku sama sekali tidak tahu di mana aku berada atau apa yang sedang terjadi. Sistem pun menghilang, katanya butuh waktu untuk mengidentifikasi dimensi ini.
'Tapi… di sini tidak ada protagonis, kan?'
Seingatku, tidak ada dimensi dengan tingkat keberhasilan berburu lebih dari 90%. Kalau memang ada, bukankah aku sudah memilihnya sejak awal? Setinggi-tingginya pun, peluang sukses biasanya hanya sekitar 50%.
Dengan kata lain, kemungkinan besar dunia ini memang tidak memiliki protagonis.
Dua hari.
Dalam dua hari, aku harus kembali ke Bumi, lebih tepatnya, ke Himalaya.
Menuju Himalaya bukan masalah. Salah satu efek tambahan dari pelarian darurat adalah aku bisa memilih lokasi kepulangan dengan membayar sisa hidupku sesuai jarak. Aku berencana membayar ekstra dan langsung berpindah ke Himalaya.
Masalahnya adalah… bagaimana keluar dari tempat ini.
Saat memburu protagonis, aku bisa menggunakan seluruh probabilitas yang telah diserapnya untuk berpindah dimensi tanpa masalah. Tapi di dunia tanpa protagonis, aku tidak bisa menyerap probabilitas apa pun. Aku juga tidak bisa mengambil probabilitas dari tempat lain, karena aku sendiri bukan ‘Proragonis’.
'Untuk sekarang… kita harus memahami tempat ini dulu.'
Aku melangkah maju tanpa bantuan sistem untuk pertama kalinya.
Ketegangan di tubuhku terasa sama seperti saat pertama kali terjatuh ke dalam turnamen dan harus memburu protagonis.
'Ini… museum seni?'
Sambil menggenggam gagang Ether Blade, aku melirik sekeliling. Di dinding tergantung banyak bingkai. Namun, kanvas di dalamnya kosong, putih polos, tanpa gambar atau foto apa pun.
Saat aku menempelkan telapak tanganku ke salah satu bingkai
[Skill ‘Library of the White Witch (E)’ akan diaktifkan.]
[Anda tidak memiliki akses terhadap gambar ini. Verifikasi tidak dapat dilakukan.]
“……Apa!?”
'Apaan ini?'
'Jadi bingkai ini juga benda magic? Kata akses biasanya hanya muncul saat aku mendekati perpustakaan berperingkat tinggi. Tapi ini apa sekarang?'
Lalu, pesan sistem khusus hunter protagonis muncul.
[Mengecek skill ‘Nightmare Art Museum (URS)’ milik Protagonis Yekaterina.]
“Gila!! Peringkat URS!? Emang peringkat ini umum banget, ya?”
Bahkan skill yang bisa memutar ulang waktu seperti loop tak berujung pun berada di peringkat URS. Kupikir skill URS itu setara dengan menciptakan sebuah dunia… tapi kenapa museum ini peringkatnya setinggi itu?
[Skill ‘Library of the White Witch (E)’ telah diaktifkan.]
[Telah dikonfirmasi bahwa tempat ini adalah dunia imajiner yang berhubungan dengan Ramalan witch.]
“Apa? Ramalan?”
Aku makin gelisah.
Tidak masuk akal jika tempat milik skill URS berhubungan dengan ramalan.
“Tapi… aku tetap nggak bisa lihat apa-apa, kan?”
[Anda tidak memiliki akses.]
Aku menyentuh bingkai itu lagi sambil menatap pesan yang muncul, dan ada sesuatu yang terasa janggal.
“Tunggu dulu… tadi kamu bilang protagonis?”
Dimensi tempatku mendarat lewat pelarian darurat seharusnya adalah dunia dengan peluang berburu lebih dari 90%. Dalam ingatanku, dunia seperti itu tidak ada, jadi seharusnya aku berpindah ke dunia tanpa protagonis.
Tapi kalau memang ada protagonis di sini
Dung… dung!!
Dung dung dung!! Dung Dung!!
Terdengar suara sesuatu memantul di lantai dari ujung aula. Aku langsung siaga dan menoleh ke arah suara itu.
Di sana
Sosok ‘wanita’ berpenampilan aneh mendekat dengan cepat. Wajahnya sangat besar, tubuhnya hangus seperti terbakar, dan ia hanya memiliki satu kaki.
Dan tag yang melayang di atas kepalanya adalah
I_have_a_nightmare_every_day
#Fear #Thriller #Mystery
#Nightmare #Despair
[Protagonis: Yekaterina]
[Lv. 519]
Aku memiringkan kepala dan menatap makhluk itu.
Makhluk itu… menatap balik ke arahku.
“519!?!?”
Aku berkedip, berpikir mungkin aku salah lihat.
Tapi
Dung Dung Dung!!!
Dung Dung!!
Ia berlari ke arahku dengan kecepatan yang bahkan melampaui suara!
“Katanya tingkat keberhasilannya 90%!?”
Aku bahkan tak perlu menoleh ke belakang.
Ini pertarungan yang mustahil dimenangkan.
Untungnya, ada pintu putih tepat di depanku. Aku melompat ke sana, menutup pintu, mengganjelnya dengan papan, lalu menguncinya. Setelah itu, protagonis itu tidak lagi mengejarku.
“ASTAGA… kaget setengah mati! Apaan sih itu barusan!?”
'Kamu bilang dia protagonis.'
'Bukankah protagonis selalu diberkati dengan seluruh probabilitas? Apa pun yang dia lakukan pasti berhasil, selalu menang, selalu jadi pemenang.'
'Dia itu… makhluk yang hidup dari klise.'
<Protagonis ini bukan tipe yang menyerap probabilitas.>
<Dia adalah protagonis yang tidak perlu diburu.>
<Karena itu, dia dikeluarkan dari daftar permintaan.>
'Oh, benarkah?'
'Masuk akal sih. Di dunia ini ada banyak sekali “genre”.' Aku sempat mikir, mungkin memang ada protagonis tipe film horor.
“Yoo Seodam?”
“Hah?”
Swiish!
Begitu mendengar suara perempuan dari belakang, aku langsung berbalik dan mengarahkan Ether Blade ke arahnya. Di sana, seorang wanita bertubuh kecil dengan pakaian putih tipis sedang duduk.
Rambutnya putih. Matanya bening, transparan, seolah-olah tidak bisa melihat apa pun. Sesaat, aku terdiam karena kecantikannya yang misterius.
Kugugugung!!
Namun saat itu juga, makhluk itu menerjang pintu. Begitu bajingan gila itu menerobos masuk, aku buru-buru menarik perempuan itu ke sisiku lalu melesat ke depan.
“Gila! Hei, Pot! Lakukan sesuatu!”
--- Aku cuma siput~~
“Spirit nggak guna! Kerja!”
Aku mengeluarkan semua granat dari inventori dan melemparkannya ke lantai. Dengan magicnya, Pot mengatur ulang granat-granat itu ke berbagai arah. Beberapa ledakan pertama langsung menghantam monster, tapi tak lama kemudian Pot mengubah sasaran dan mulai meledakkan lantai serta dinding museum seni.
Tujuannya jelas: mengacaukan jalur pergerakan monster.
Keputusan yang sangat tepat, sampai aku sadar satu hal.
Kieeeeehhhhhhhhhhhhh!!
Tiba-tiba monster itu menjerit dan berhenti mengejar.
“Oh? Oh? Oh?”
'Tapi… tidak kelihatan ada luka sama sekali?'
Aku langsung memindainya, tapi ke mana pun aku lihat, tak ada bekas cedera.
“Ini serius?”
Untuk berjaga-jaga, aku mengumpulkan semua bom di satu titik. Ledakan besar tercipta, membentuk kawah di lantai. Dan tepat setelah itu, monster itu meraung lebih keras, seolah rasa sakitnya jauh lebih parah daripada sebelumnya.
“Tunggu… jangan-jangan…”
'Kalau museumnya rusak, monsternya ikut kena dampaknya?'
'Sebuah kilatan ide menyambar kepalaku!'
Aku langsung mengeluarkan semua bom dari inventori dan melemparkannya ke segala arah, lalu mengamuk dengan mega shooter.
“Hahaha! Dasar monster jelek! Mampus sana!”
Mungkin karena lantainya sudah rapuh akibat ledakan beruntun, monster itu jatuh menembus lantai yang berlubang. Aku meraih inventori lagi untuk melempar bom tambahan
Namun saat itu juga
“Ahhhhhhhhhhh! Sakit! Hentikan! Tolong berhenti!”
Perempuan yang tadi menempel di sisiku menjerit histeris, seolah tubuhnya sedang disobek. Aku buru-buru menoleh, dan melihat air mata menggenang di sekitar matanya.
“Eh? Kenapa kamu malah”
Lalu aku melihat sesuatu melayang di atas kepalanya.
I_have_nightmares_every_day
#Fear #Thriller #Mystery
#Nightmare #Despair
[Protagonis: Yekaterina]
[Lv. 6]
Tag yang sama persis seperti milik monster itu… kini ada di atas kepala perempuan ini.
“Apa-apaan ini? Ada dua protagonis?”
Setahuku, kalau ada lebih dari satu protagonis di dunia yang sama, dunia itu seharusnya sudah masuk fase epilog.
<Di dunia ini hanya ada satu protagonis.>
<Namun, satu orang terbelah menjadi dua karena distorsi waktu.>
'Apa?'
Aku mengecek nama dan levelnya lagi.
Nama mereka sama persis, tapi level perempuan di depanku ini… rendahnya keterlaluan. Bahkan tidak setara manusia biasa.
Tapi ada satu pertanyaan lain yang lebih penting.
“Kamu… dari mana kamu tahu namaku?”
Level enam bukan berarti aman. Aku sudah terlalu sering membunuh karakter berlevel tinggi yang terjebak dalam tubuh lemah. Dia memegangi kepalanya yang berdenyut, menangis, lalu perlahan terduduk di lantai.
Lantai bawah ternyata ruang yang sangat luas. Jeritan monster sudah tidak terdengar lagi.
Perempuan bernama Yekaterina itu menarik napas panjang, lalu menatapku.
“Aku mau tak mau tahu. Aku sudah melihatmu.”
“Ngaco. Ini pertama kalinya kamu lihat aku.”
“Bukan. Ini pertama kalinya kamu melihatku.”
“Apa maksudmu?”
Ia terhuyung bangkit lalu perlahan mengulurkan tangan ke arahku. Aku sempat mengangkat Ether Blade, curiga ia hendak menyerang, tapi Yekaterina justru bergerak tanpa pertahanan sama sekali. Tangannya gemetar, seolah meminta tolong.
“Yoo Seodam. Hunter Yoo Seodam. Aku benar-benar ingin bertemu denganmu.”
“Kamu sebenarnya siapa?”
“Aku adalah satu-satunya Peramal di Bumi. Yekaterina.”
“Apa?”
Baru saat itu aku teringat nama itu. Yekaterina, nama yang sering dipakai di Rusia. Cantik, imut, dan cukup umum.
“Kamu… orang Bumi?”
“Iya. Dari caramu bicara, sepertinya kamu bukan?”
“Aku juga orang Bumi, tapi… tunggu, jangan bilang… ini Bumi?”
Tanpa kusadari, Yekaterina mengulurkan tangan dan menyentuh pipiku. Sentuhannya hati-hati, seolah memastikan aku nyata.
“Bukan. Tempat ini ada di dalam mimpiku. Karena itu aku mau bertanya… bagaimana caramu bisa masuk ke sini?”
“Ah… aku cuma lewat.”
“Lewat? Jadi kamu tahu cara keluar-masuk tempat ini?”
“Aku tahu. Kenapa?”
“Oh, oh, oh, oh, oh, oh!”
Begitu kata-kataku keluar, Yekaterina langsung memeluk lenganku dengan tangan kurusnya dan berteriak putus asa.
“Kalau begitu, keluarkan aku dari sini! Tolong! Tolong! Aku tidak mau tinggal di sini lagi! Monster itu mau membunuhku!”
Namun kata-katanya terasa sangat aneh bagiku.
“Kalau yang kamu maksud monster tadi… bukankah itu dirimu sendiri di masa depan?”
Kenapa versi masa depannya sendiri mencoba membunuh dirinya di masa lalu?
0 komentar:
Posting Komentar