Penerjemah: Idran

Crown sedang bermimpi.

Pemain terakhir.

Pemberontak dan penantang terakhir.

Pangeran Ash 'Born Hater' Everblack, matanya bersinar dalam kegelapan, terus meneriakinya.

- 'Si Pied Piper'...!

"Ah!"

Berteriak keras-keras, Crown membuka matanya.

Zona aman antara sektor ketiga dan keempat dari dungeon Lake Kingdom – base camp – diselimuti kegelapan total.

Hanya Magic Stone permanen yang tertanam di sudut yang memancarkan cahaya redup.

Crown sedang duduk di bawah cahaya Magic Stone itu, bersandar di dinding.

'Sepertinya aku tertidur.'

Dia tidak dapat mengingat kapan terakhir kali dia bisa tidur nyenyak.

Crown mencoba menyeka wajahnya yang lelah dengan tangannya.

Namun tak lama kemudian dia menyadari wajahnya ditutupi topeng konyol.

"..."

Crown perlahan menatap tangannya, lalu tubuhnya.

Topi berkerudung hitam, kostum seorang bard.

Dan topeng tertawa.

"Ha."

Dia bahkan tidak ingat sudah berapa lama sejak dia mengenakan pakaian konyol ini dan mulai bersikap bodoh.

Tiba-tiba, dia teringat adegan dimana Pangeran Ash berteriak padanya.

'Pied Piper, katanya?'

Pied Piper.

Ada juga kisah seperti itu di Lake Kingdom.

Sebuah desa dipenuhi tikus, dan penduduk desa menyewa seorang bard untuk mengusir mereka.

Bard itu memainkan serulingnya dan mengendalikan tikus-tikus itu, menenggelamkan semuanya di danau.

Namun penduduk desa, yang pelit dan kikir, tidak membayar bard tersebut seperti yang dijanjikan.

Marah, bard itu memainkan serulingnya lagi dan mengendalikan anak-anak desa, menenggelamkan mereka semua di danau juga.

'Itu keterlaluan, sungguh.'

Crown dengan getir mendecakkan lidahnya.

'Itu terlalu akurat.'

Kemudian.

"Crown."

Sebuah suara metalik mencapai dia.

Berbalik, Crown melihat salah satu anggota pasukan Nightcrawler berdiri di sampingnya.

"Apa masalahnya?"

“Komandan di bawah Demon King sedang dipanggil. Sepertinya ada dewan perang hari ini.”

Dewan perang.

Bibir Crown terpelintir di balik topengnya.

Anggota regu Nightcrawler bertanya perlahan.

"Maukah kau hadir?"

"...Aku harus."

Crown perlahan bangkit, tubuhnya berderit seperti boneka kayu.

"Bagaimanapun juga, aku adalah perwakilan dari Lake Kingdom ini."

"..."

"Bahkan jika kerajaan ini telah jatuh menjadi koloni setan."

Crown terhuyung keluar dari base camp dan mulai berjalan menuju pusat Lake Kingdom.

Anggota regu Nightcrawler bergumam dengan suara rendah.

"Hati-hati."

"Hati-hati..."

Crown menggeleng lemah.

"Aku berharap sesuatu terjadi di mana, jika aku tidak hati-hati, aku akan mati..."

***

Pusat Lake Kingdom.

Di tempat ini, diselimuti kabut setebal asap, sebuah tower raksasa menjulang tinggi.

Kastil Raja.

Dulunya merupakan tempat paling ramai dan indah di Lake Kingdom, kini tempat itu diselimuti kegelapan pekat.

Crown berjalan dengan acuh tak acuh ke dalam istana yang diliputi kegelapan ini.

"Dia hanya seorang badut."

"Bodoh yang tidak tahu malu."

Penjaga gerbang istana, para demon, mencibir saat melihatnya. Namun, Crown terus berjalan, mengabaikan mereka dan melintasi tengah-tengah mereka.

Berjalan agak jauh di sepanjang lorong, sebuah aula luas terbentang di hadapannya.

Sebuah ruang di mana rakyatnya memuja raja.

Ada tiga takhta di atas panggung, tetapi dua takhta di kedua sisinya hancur dan kosong.

Hanya di singgasana di tengah-tengah duduklah sesosok tubuh, buram seperti bayangan.

Di atas kepalanya, ia mengenakan mahkota emas yang bersinar. Ia menatap papan catur yang ditempatkan di sebelah singgasananya dalam diam.

"..."

Crown, setelah menatap bayangan itu sejenak, akhirnya mengalihkan pandangannya ke panggung di bawah.

Di bawah panggung ditempatkan meja panjang, kursi-kursi besar disusun mengelilinginya.

Dan yang duduk di dalamnya adalah sembilan monster.

"Kau terlambat, Crown!"

Manusia serigala dengan surai perak di antara monster berteriak riang.

"Beraninya manusia lemah sepertimu, datang terlambat ke pertemuan yang dipanggil oleh Demon King! Apa kalian manusia tidak mengerti konsep rasa malu?"

"Manusia lemah..."

Crown bergumam pelan dan mengambil tempat duduk di ujung meja.

"Lahir dari mimpi buruk manusia itu, sepotong sampah."

"Apa katamu? Kau kurang ajar-"

"Biarlah."

Sebuah suara serius bergema dari singgasana.

Raja telah berbicara. Manusia serigala segera menutup mulutnya.

"Dia, Crown, itu badut. Mengejek, menyindir, bercanda, dan membodohi dirinya sendiri adalah tugasnya. Itu pekerjaan utama manusia ini."

"..."

"Dan perkataan Crown tidak sepenuhnya salah. Kalian semua diwujudkan dari pecahan mimpi buruk manusia."

Suara raja sedikit mengeras.

“Tapi, orang yang membiarkan manusia ini memimpikan keabadian, dan mewujudkan impian itu, adalah aku.”

"..."

"Benarkah begitu, Crown?"

"...Ya yang Mulia."

"Jangan lupa, Crown."

Suara raja semakin berat. Crown bisa merasakan kekuatan tak berwujud menetap di kepala dan bahunya.

“Semua manusia di Lake Kingdom ini tidak lebih dari hewan ternak kita. Mereka memberikan mimpi buruk saat kita membutuhkannya… tidak ada bedanya dengan sapi atau babi yang biasa kamu pelihara.”

"..."

"Bersyukurlah selalu hewan ternak seperti itu dibawa ke meja dewan. Mengerti?"

Ketika raja selesai berbicara, Crown hampir bersandar di atas meja, tubuhnya hampir menyentuh meja.

Crown mengangguk dalam diam.

Menyerah pada kekuasaan raja bukanlah tindakan yang memalukan.

Merasa terhina atas sesuatu yang begitu sepele, padahal mereka telah menanggung penghinaan yang jauh lebih besar selama berabad-abad yang tak terhitung jumlahnya...

“Baiklah, tinggalkan topik itu di sini,” raja mengalihkan pembicaraan. Udara menindas yang menekan Crown menghilang.

“Alasan Aku memanggil komandan legiun hari ini, seperti yang mungkin kalian ketahui, adalah karena waktu ‘Kemarahan Besar’ telah tiba.”

Raja mengamati para komandan legiun, jari-jarinya terbungkus cincin.

“Oleh karena itu, salah satu di antara kalian harus memimpin pasukan kalian untuk menyerang dunia manusia.”

Tatapan raja dengan hati-hati menyapu setiap komandan legiun.

Akhirnya, raja mengangkat tangannya, bersiap menunjuk ke arah manusia serigala.

"Mengingat ini masih 'Stage awal', peringkat rendah-"

"Yang Mulia."

Pada saat itu, seseorang dengan berani menyela raja dan mengangkat tangannya.

"Tolong, kirimkan aku."

"Hmm."

Orang yang mengangkat tangannya adalah seorang anak laki-laki dengan kulit pucat dan rambut biru tua. Crown meliriknya.

Komandan Legiun Mimpi Buruk, peringkat ke-5.

Kepala garis keturunan. Inti dari vampir.

Raja No-Life . Nosferatu. Drakula-

"Celendion."

Raja menyebut nama anak laki-laki itu dengan nada gembira.

"Agak di luar dugaan. Kamu, dengan sukarela memimpin permintaan? Bukankah kamu selalu tidak suka maju ke depan?"

"..."

Komandan garis keturunan, Celendion, terdiam beberapa saat sebelum membuka mulutnya.

“Manusia di permukaan membunuh Ollorb.”

"Oh?"

“Aku ingin membalas dendam. Tolong beri Aku izin.”

Black Spider Queen, Ollorb.

Seorang komandan legiun peringkat 6 yang kuat, terbunuh secara tidak masuk akal hanya dengan sebuah meriam. Dan selama misi awal saat itu.

Kematiannya yang tiba-tiba dan menyedihkan adalah sesuatu yang bahkan tidak diramalkan oleh raja.

"Benar! Bajingan itu membunuh Ollorb!"

"Beraninya ternak itu!"

"Jika bukan karena 'Nameless', sampah-sampah itu pasti sudah terhapus sejak lama!"

Suasana meja menjadi riuh saat kematian Ollorb dibicarakan. Raja melambaikan tangannya.

"Jangan terlalu bersemangat. Ollorb akan 'kembali' di 'babak berikutnya'."

Ah iya, raja yang tadi berbicara, tertawa terbahak-bahak.

“Tentu saja, itu adalah konsep yang mungkin kalian tidak mengerti.”

Bingung dengan apa yang dimaksud dengan 'babak berikutnya', para komandan legiun tidak dapat memahami perkataan raja.

"..."

Crown menutup mulutnya dalam diam.

"Pokoknya, bagus. Aku menyukainya. Yang terpenting, sepertinya ini akan menyenangkan."

Raja mengangguk pada Celendion.

"Celendion, aku memberimu izin untuk berbaris. Mulailah invasimu empat minggu dari sekarang, di waktu bumi."

“Aku menerima perintah Yang Mulia.”

Celendion, yang telah bangkit dari tempat duduknya, membungkuk dalam-dalam ke arah raja.

"Bagus, masalah ini sudah selesai. Selanjutnya, kita punya masalah pasokan Nightmare ke seluruh kerajaan-"

Saat raja hendak membahas agenda selanjutnya.

Baam!

Pintu Ruang Realitas terbuka, dan demon penjaga gerbang menyerbu masuk, terengah-engah.

Yang Mulia, ada masalah!

"Apa itu?"

"'Nameless'... telah menyerbu...!"

Meja mulai berdengung. Mata Crown melebar.

Raja, sambil menghela nafas pelan, bertanya.

"Sebuah pesan?"

“Benar-benar sebuah pesan.”

“Figures, selalu seperti itu.”

"Jadi, mungkin yang terbaik adalah mengakhiri pertemuan di sini dan menutup gerbang istana untuk hari ini..."

Kata-kata Water Gate Demon terpotong.

Swoshh!

Tubuh bagian atas Water Gate Demon hancur berkeping-keping bersamaan dengan kilatan cahaya.

Sebuah pedang dilemparkan dari kejauhan dan bersarang di belakang Water Gate Demon, sekaligus memicu ledakan cahaya.

Thud. thud.

Siluet yang tidak tergesa-gesa berjalan menyusuri koridor dan perlahan-lahan mengambil pedang dari tubuh Water Gate Demon.

"Kau!"

"Penghujat ini, bahkan di pengadilan kita!"

Para komandan yang marah semuanya bangkit dari tempat duduk mereka.

"Selamat malam, Para Lord monster."

Sosok yang melenggang ke sarang iblis adalah seorang wanita berjubah compang-camping. Rambut putih pucatnya terseret ke lantai, dan pedang hitam di tangannya sudah sangat usang hingga terlihat lebih seperti sebongkah besi.

Menghadapi musuh seperti itu, raja menyuarakan kekecewaannya.

"Jadi, kau teruskan perjuangan sia-sia ini, tak kenal lelah dan sia-sia, Nameless."

"Tentu, karena membersihkan debu yang tak henti-hentinya adalah tugasku."

Pedagang dungeon yang menjelajahi wilayah Lake Kingdom.

NPC yang pertama kali membimbing Ash dan teman-temannya – Nameless mencengkeram pedangnya.

"Meski terkesan mendadak, aku di sini untuk mengeksekusimu."

Raja menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Berapa lama waktu yang telah berlalu sejak kamu mulai mengayunkan pedang itu? Seratus tahun? Lima ratus? Atau beberapa milenium?"

"Aku tidak tahu. Aku sudah melupakan semuanya."

"Tidak peduli seberapa keras kamu mencoba, kerajaanmu tidak akan pernah terselamatkan. Kamu hanya akan mengembara di neraka ini selamanya."

“Jika itu masalahnya, aku akan bertarung selamanya.”

Pedang tua Nameless mulai memancarkan cahaya perlahan.

"Jika itu tugasku, biarlah."

Para komandan yang menghalangi jalan Nameless mengeluarkan senjata mereka.

Kedua belah pihak memasuki keadaan tegang seolah-olah akan terjadi tabrakan.

Thud.thud.

Kemudian.

Crown keluar dari kenyataan tegang ini seolah tidak ada yang salah.

"..."

"..."

Crown dan Nameless menyentuh bahu. Namun keduanya bahkan tidak saling melirik.

"Ha ha ha ha!"

Menyaksikan tontonan ini, raja tertawa terbahak-bahak.

"Yang menyerah dan penentang, ya? Haha! Aku suka semuanya! Mereka bisa menjadi materi mimpi buruk yang luar biasa!"

Mendengarkan tawa Demon King, Crown bergumam pelan sambil meninggalkan istana.

“Perlawanan itu sia-sia. Mimpi buruk tidak pernah berakhir.”

Sambil memegang pedangnya di depannya, Nameless mengabaikannya dengan acuh tak acuh.

"Meski begitu, seseorang harus menjaga obornya tetap menyala."

Pikiran Nameless tentang banyak orang yang tewas dalam upaya menerangi kegelapan kerajaan ini.

Dan dia memikirkan wajah kelompok Ash, yang masih bertarung.

"Karena seseorang yang mengikuti obor itu... dapat menyalakan obor baru."

Dengan suara whossh!

Menyerang monster dengan cepat, Nameless menusukkan pedangnya.

Pertempuran yang telah terjadi berkali-kali di neraka di bawah Lake Kingdom terulang kembali.