Chapter 23.2: Pelatihan Mana (1)

 

Malam sebelumnya, setelah pesta selesai, Eugene dipanggil oleh Gilead. Sekarang setelah Upacara Pewarisan Darah berakhir, dan dia bahkan sudah resmi diadopsi ke keluarga utama, saatnya Eugene mulai berlatih mana dengan sungguh-sungguh. Untuk itu, Gilead memberikan penjelasan detail tentang bagaimana pelatihannya nanti.

Latihannya akan dilakukan di atas leyline, tempat di mana mana terkonsentrasi sangat kuat.

Jauh di dalam hutan milik keluarga utama, ada sebuah leyline yang hanya boleh dikunjungi oleh anggota keluarga utama. Leyline itu bukan terbentuk secara alami, tapi dibuat langsung oleh Great Vermouth tiga ratus tahun lalu.

Biasanya hanya anak-anak keluarga utama yang diizinkan memanfaatkan kekuatan leyline ini. Bakat Cyan memang luar biasa, tapi tak bisa dipungkiri kalau leyline memainkan peran besar hingga dia bisa memanifestasikan Sword-light.

‘Dia benar-benar bikin leyline buatan. Gila, Vermouth beneran monster,’ Eugene masih sulit percaya meski punya pengalaman dari kehidupan sebelumnya.

Memelintir aliran mana di dalam bumi untuk bikin leyline buatan… lalu bisa bertahan lebih dari tiga ratus tahun?

‘Orang gila,’ Eugene memaki dalam hati.

Kalau bicara soal Vermouth, memang masuk akal. Tapi, bukannya merasa kagum dengan prestasi itu, Eugene malah ngerasa asing. Apa yang terjadi sama otak Vermouth di masa tuanya sampai kepikiran bikin leyline buat jamin kejayaan keturunannya?

‘Punya lebih dari sepuluh istri, puluhan anak, bagi mereka jadi garis utama dan cabang sambil khotbahin soal legitimasi, lalu bikin upacara Pewarisam Darah….’ Terlalu jauh bedanya dengan Vermouth yang Eugene kenal dulu.

“Gugup?” tanya Gion tiba-tiba, menarik Eugene keluar dari pikirannya.

“Aku malah semangat,” Eugene tersenyum.

Dia menyingkirkan semua keraguan dan rasa nggak enaknya soal Vermouth. Bagaimanapun, dia sekarang sudah jadi keluarga utama, bisa masuk leyline berkat kebaikan Gilead, dan Gion sendiri yang akan mendampinginya memulai inisiasi mana. Jadi nggak ada alasan buat ngebiarin pendapat pribadinya soal Vermouth merusak hubungannya dengan keluarga utama.

“Ini nggak akan mudah,” Gion memperingatkan. “Mana itu selalu ada di sekelilingmu, tapi tetap susah dirasakan untuk pertama kali. Aku akan bantu, tapi sebagai orang yang baru mulai, kamu bakal cukup kesulitan.”

“Benarkah?” Eugene menanggapi.

“Ya. Semakin muda usiamu, semakin gampang merasakannya. Semakin tua… kepekaan tubuh terhadap mana makin tumpul. Karena tubuhmu sudah terbiasa nggak bisa merasakan mana,” jelas Gion.

Eugene paham. Sama seperti indra lain yang jarang dipakai, kepekaan terhadap mana juga bisa tumpul.

“Cyan dan Ciel pertama kali mulai inisiasi mana waktu umur enam. Sedangkan Eward… terlalu terburu-buru, jadi dia mulai umur lima,” kata Gion sambil tersenyum getir. “Meski mulai dari sejak kecil, mereka tetap butuh tiga hari buat bisa merasakan mana. Eward malah… seminggu, ya?”

“Berarti dia lama banget?” Eugene bertanya.

“Sebenernya itu cepat. Keturunan cabang biasanya mulai umur segini, dan mereka butuh waktu sebulan cuma buat merasakan sedikit mana. Lalu butuh beberapa bulan lagi buat bisa benar-benar sadar sama mana,” jelas Gion dengan nada iba.

Eugene mengangguk pelan.

“Tapi… kamu nggak akan selama itu. Soalnya kita punya leyline, dan aku juga bakal bantu langsung,” tambah Gion cepat-cepat.

“Menurutmu, aku butuh berapa hari?” Eugene bertanya.

“Hmm… mungkin sepuluh hari…?” Gion tersenyum ragu.

Dia jelas bohong. Menurutnya, sepuluh hari itu sudah termasuk cepat. Umur tiga belas memang belum terlambat, tapi bukan usia yang ideal juga.

‘Bahkan dengan leyline, nggak ada jaminan dia bisa langsung merasakan mana…,’ pikir Gion, tapi disimpan sendiri.

Bagaimanapun, tugasnya di sini memang untuk memastikan Eugene berhasil.

“Langkah pertama, kamu harus bisa merasakan mana. Leyline sudah cukup padat, tapi selain itu, aku juga akan mengalirkan mana langsung ke tubuhmu,” jelas Gion.

“Itu bakal bikin lebih gampang?” Eugene bertanya.

“Betul,” Gion mengangguk.

Bisa dapat bimbingan langsung dari Gion buat inisiasi mana adalah sebuah kehormatan besar.

‘Mereka bener-bener serius ngurus aku,’ Eugene berpikir.

Awalnya, dia cuma nyangka bakal dikasih beberapa manastone. Tapi ternyata dia dikasih akses ke leyline, plus pendampingan ahli.

“Sepuluh hari ya… berarti aku bakal tinggal bareng Tuan Gion di leyline selama itu?” Eugene memastikan.

“Walau letaknya di hutan, di sana ada pondok kecil. Semua kebutuhan harian dan makanan juga bakal diurus pelayan,” jawab Gion detail.

“Wah, kayaknya seru,” Eugene senyum polos.

‘Sepuluh hari? Jangan mimpi. Sepuluh menit aja cukup,’ Eugene nyengir dalam hati.

Dia memang sengaja nggak pernah menyerap mana, tapi kepekaannya nggak pernah tumpul.

‘Walau… merasakan mana dan menyerapnya ke tubuh itu beda hal,’ Eugene mengakui.

Dia cukup antusias. Seberapa hebat tubuh barunya ini saat harus menyerap mana?

Tak lama, mereka sampai di sebuah pondok tersembunyi di dalam hutan. Walau sudah tiga ratus tahun, pondok itu masih terawat baik.

“Tunggu sebentar, aku buka segelnya dulu. Sayangnya, nggak ada pemandangan menarik di sini,” kata Gion sambil turun dari kuda.

“Baik, Tuan,” Eugene menjawab patuh.

Gion mengeluarkan gantungan kunci dari rompinya dan membuka kunci satu per satu. Kunci ini bukan kunci biasa. Tanpa izin Patriark, mustahil dibuka meski punya kunci aslinya.

Sambil menunggu, Eugene juga turun dari kuda dan melihat sekeliling. Meski dua hari lalu dia sudah masuk hutan, tempat ini jauh lebih dalam.

Hutan lebat, penuh hewan kecil dan serangga, tapi tak ada monster. Semuanya memang dijaga ketat sebagai wilayah keluarga utama.

‘Kalau lihat suasananya gini, rasanya kayak elf bisa muncul kapan aja,’ pikir Eugene.

Tiga ratus tahun lalu, ketika para Demon king dari Helmuth mulai mengganas, ras yang paling menderita bukan manusia, tapi elf dan naga. Jumlah elf makin sedikit setiap kali kekuatan gelap Helmuth tumbuh, dan naga yang berani melawan Demon King juga banyak terbantai.

…Bahkan sekarang, meski hanya tersisa dua dari lima Raja Iblis, kedua ras itu masih belum pulih sepenuhnya.

“Baik, ayo masuk,” panggil Gion.

Eugene mengatur napasnya, lalu berbalik mengikuti Gion.

“Bersih banget,” komentarnya melihat dalam pondok.

“Karena dipenuhi sihir pelindung,” jelas Gion sambil menuntun Eugene ke ruang bawah tanah.

“Boleh mulai sekarang?” Eugene bertanya bersemangat.

“...Hm?” Gion sempat kaget, lalu tersenyum miring. “Kalau kamu mau.”

Semangat Eugene memang bagus, tapi Gion tetap khawatir. Bocah ini memang luar biasa. Gerakan tubuhnya ringan dan luwes, sulit dipercaya itu tubuh anak yang belum pernah melatih mana.

‘…Tapi bisa gerak lincah bukan berarti bisa mengendalikan mana juga,’ pikir Gion.

Dia tahu betul. Dari kecil dirinya juga dipuji jenius, tapi butuh waktu lama buat bisa benar-benar paham dan menguasai mana.

‘Semoga dia nggak kecewa nanti…,’ Gion menghela napas.

Karena semakin besar keyakinan seseorang pada bakatnya, semakin perih rasanya saat gagal.

Aku kan jenius, kenapa gagal terus?

Sebagai anak, Gion butuh waktu lama untuk bisa melewati frustrasi itu. Bahkan setelah berhasil, proses inisiasi mana tetap sangat berat.

‘Sekarang dia juga berisiko besar kena hal sama. Terlalu percaya diri,’ batinnya.

Eugene memang spesial. Anak cabang pertama yang kalahkan garis utama di Upacara Pewarisan Darah. Anak pertama yang diadopsi jadi keluarga utama. Pemilik Wynnyd, lalu masuk leyline.

Prestasi yang bikin orang dewasa pun tercengang. Jadi, seberapa besar kebanggaan seorang anak tiga belas tahun setelah semua itu?

Setiap kali memikirkan ini, Gion jadi makin cemas.

Tapi kalau Eugene bisa baca pikirannya, mungkin dia sudah ngakak. Frustrasi karena bukan jenius? Dia sudah kenyang dengan itu tiga ratus tahun lalu.

Berdiri di samping Vermouth, dia sudah berkali-kali disadarkan arti sebenarnya dari “jenius.” Dibanding Vermouth, nggak ada satu orang pun yang pantas mengaku jenius. Kata itu seakan hanya diciptakan untuk Vermouth seorang.

Sebagai Hamel, Eugene sudah menerimanya.

‘Hamel Si Bodoh.’ Saat pertama kali lihat nama itu di buku anak-anak, Eugene rasanya pengen bunuh si penulis anonimnya. Tapi makin dipikir, ya memang pas.

Hamel memang bodoh. Berbeda dengan Sienna, Anise, dan Molon yang tak pernah menganggap Vermouth sebagai saingan.

Hamel satu-satunya yang ngotot ingin melampaui Vermouth. Satu-satunya yang terus berdebat dengan keputusannya.

“Duduk di tengah,” kata Gion sambil menunjuk lantai kosong. “Langkah pertama, kosongkan pikiran sambil atur napas. Kamu harus mulai dengan merasakan mana di sekitarmu.”

“Baik, Tuan,” Eugene patuh.

Mana selalu ada, tapi sulit dirasakan. Dan kalau ingin menyimpannya di dalam tubuh, pertama-tama harus bisa merasakannya. Pelatihan penuh baru bisa dimulai setelah itu.

“Kitab pelatihan mana yang diwariskan garis utama berasal dari nenek moyang kita, Great Vermouth ,” Gion memulai pelajaran.

‘Oh,’ Eugene memasang telinga. Dia memang menunggu bagian ini.

“Awalnya mungkin sama dengan yang dipakai cabang, tapi sekarang sudah berbeda. Cabang dilarang mewariskan kitab asli,” lanjut Gion.

Vermouth memang tegas memisahkan garis utama dan cabang. Semua cabang dulunya berasal dari garis utama, termasuk leluhur Eugene sendiri yang terbuang setelah gagal jadi Patriark.

Setelah diasingkan, mereka diberi belenggu tak kasat mata: tidak bisa mewariskan kitab asli. Yang bisa diturunkan hanya tiruan murahan, juga dibuat Vermouth, tapi jelas jauh lebih lemah.

“White Flame Formula,” ucap Gion sambil membangkitkan mana di tubuhnya.

Cahaya putih murni langsung menyelimuti tubuhnya, seperti nyala api.

Eugene baru tahu namanya White Flame Formula. Tapi wujud khas mana itu tidak asing baginya.

Mana murni milik Vermouth selalu muncul dalam bentuk api putih seperti ini. Dan setiap kali Vermouth maju dengan api putih menyelimuti tubuhnya, percikan yang beterbangan terlihat seperti surai singa yang berkibar.

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram