Chapter 24.2: Latihan Mana (2)

 

Eugene sudah berada dalam kondisi fokus itu cukup lama. Walaupun sebenarnya waktunya lebih singkat dari yang Gion kira untuk sesi pertama, hasil yang Eugene capai dalam beberapa jam itu berhasil meruntuhkan semua keyakinan Gion.

Mana dari leyline bahkan sudah menipis sampai terasa berbeda. Walau nantinya akan pulih, itu tanda kalau Eugene sudah menyerap sebanyak mungkin mana yang bisa ditampung tubuhnya hanya dalam hitungan jam.

Cyan, Ciel, dan Eward butuh beberapa hari hanya untuk bisa merasakan mana. Setelah itu, butuh waktu jauh lebih lama lagi buat menyerapnya ke dalam tubuh dan akhirnya membentuk inti.

Gion sendiri juga begitu.

Tapi Eugene… baru saja duduk sudah bisa langsung merasakan mana. Begitu membentuk siklus pernapasan mana, dia langsung mengumpulkan mana di sekitar jantungnya untuk membentuk inti. Itu pun nyaris tanpa bantuan Gion. Yang dilakukan Gion cuma memberi dorongan mana di awal dan menunjukkan pola aliran White Flame Formula.

‘...Ukuran intinya juga gila banget,’ gumam Gion.

Saking besarnya, sulit dipercaya kalau Eugene baru saja memulai latihan mana. Kalau orang nggak tahu kondisi Eugene, pasti bakal ngira dia sudah latihan bertahun-tahun.

‘Biasanya inti itu kecil banget di awal….’

Waktu Gion dulu mulai melatih mana, intinya jauh lebih kecil dari Eugene. Seiring latihan, barulah ukurannya berkembang.

“...Jadi kamu beneran monster,” akhirnya Gion bisa ngomong juga.

Sambil mengusap keringat di pipi, Eugene nyengir tenang. “Itu pujian, kan?”

“Ya… bisa dibilang begitu,” jawab Gion lemas, lalu mengulurkan tangan menarik Eugene berdiri. “...Yasudah, ayo kita balik.”

Dalam kepalanya, Gion cuma mikir satu hal: gimana caranya dia ngejelasin semua ini ke kakaknya?

‘Makasih, Vermouth,’ Eugene tersenyum dalam hati, mengingat sahabat lamanya di kehidupan sebelumnya.

Di perjalanan pulang, Eugene terus belajar lebih banyak soal White Flame Formula.

Perbedaan terbesar dengan Red Flame Formula adalah kemampuan White Flame untuk membelah inti utama jadi inti baru. Dengan Red Flame Formula, sekuat apa pun dilatih, hasilnya tetap cuma satu inti. Tapi kalau White Flame Formula sudah mencapai tingkat tertentu, intinya bakal pecah jadi dua. Tubuh jadi bisa menyerap lebih banyak mana, dan kedua inti itu bisa saling beresonansi untuk memperkuat satu sama lain.

Masing-masing inti itu disebut “Star”, dan jumlah Star menunjukkan sejauh mana perkembangan White Flame Formula.

Pendiri klan Lionheart, Vermouth, sang pencipta White Flame Formula, berhasil punya sepuluh star dalam tubuhnya. Dalam sejarah klan, cuma dia satu-satunya yang pernah mencapai star kesepuluh.

“Aku sama kakakku ada di star keenam,” ungkap Gion.

Tentu saja masih jauh dibanding Vermouth. Tapi di sepanjang sejarah klan Lionheart, orang yang bisa sampai star keenam bisa dihitung jari.

“Cyan, Ciel, dan Eward baru di Star pertama. Kayaknya sih, setahun lagi kembar itu bisa naik ke star kedua,” tambah Gion memberi gambaran kecepatan normal perkembangan formula itu.

“Kalau aku gimana?” tanya Eugene.

“...Aku bener-bener nggak bisa nebak,” jawab Gion sambil senyum kecut.

Pengalaman tadi di leyline bikin dia super hati-hati ngomong.

“Kalau aku… butuh delapan tahun buat naik dari Star pertama ke kedua. Kakakku juga sama. Kalau Cyan dan Ciel mulai umur enam tahun, berarti nanti kalau naik ke Star kedua, butuh delapan tahun juga, sama kayak aku dan kakakku.”

“Berarti aku juga butuh delapan tahun?” Eugene menebak.

“Enggak,” jawab Gion cepat.

Walau nggak bisa ngira berapa lama, Gion yakin, “Kamu pasti jauh lebih cepat.”

Dan keyakinannya bukan asal omong. Dalam catatan klan Lionheart, nggak pernah ada anak yang bisa langsung merasakan mana dan memulai White Flame Formula secepat Eugene. Malah, inti Eugene sekarang sudah kelihatan lebih besar daripada Cyan saat umur sepuluh.

“Pasti nggak sampai delapan tahun. Asal kamu nggak jadi malas,” kata Gion.

“Aku bakal rajin,” Eugene senyum lebar.

Males? Mana mungkin. Dia sudah dapat tubuh jauh lebih hebat daripada kehidupan sebelumnya, nggak ada alasan buat nyia-nyiain dengan kemalasan.

‘Ditambah lagi, sekarang aku juga punya kitab latihannya Vermouth,’ Eugene bersemangat.

Dulu dia sering frustasi karena nggak bisa nyusul si api putih dan surai singa yang terus melesat di depannya. Sampai akhir, Hamel yang bodoh nggak pernah bisa melampaui Vermouth.

‘Tapi sekarang… bisa nggak ya aku nyusul Vermouth?’

Setelah mikir, Eugene nyengir. ‘Nggak mungkin.’

Dia nggak cuma mau nyusul Vermouth. Dari dulu, yang dia mau adalah melampaui Vermouth.

Bukan buat sombong. Dia nggak pernah kepikiran begitu. Kekuatan hasil kerja keras harusnya dipakai dengan benar, bukan buat pamer.

‘Untuk sekarang, fokus aja dulu pelajari White Flame Formula… walau Star kesepuluh… aku nggak yakin bisa sampai sana.’

Tentu saja, Eugene nggak bakal nurut seratus persen sama panduan. Kalau ada bagian yang nggak cocok, dia bakal bikin versinya sendiri.

‘Berarti aku harus bongkar struktur formula ini sambil belajar.’

Hamel dulu memang nggak sehebat Vermouth. Tapi kemampuan yang diwarisi Eugene sekarang jauh di atas kebanyakan orang, bahkan mungkin lebih tinggi daripada para Patriark Lionheart sebelumnya.

‘Ya, nanti bakal kelihatan setelah aku coba langsung.’

Sekarang, setelah memulai mana, ada banyak hal yang bisa dia lakukan.

“Aku yang bakal lapor ke Patriark. Kamu pasti capek, jadi istirahatlah dulu,” kata Gion, lalu berpisah dengan Eugene di depan paviliun.

Eugene melepasnya dengan senyum cerah.

Dia jelas dengar perintah untuk istirahat. Jujur saja, tubuhnya memang capek. Walau tubuhnya kuat dan nggak gampang ngeluh, menyerap banyak mana asing tetap bikin badan terasa lelah.

Tapi Eugene nggak ada niat buat istirahat. Selama nggak ada yang nyuruh, buat apa? Rasa capek kayak gini cukup hilang setelah tidur semalaman.

‘Mending langsung cek aja kemampuan baruku,’ pikir Eugene.

Dia melepas pakaian yang basah keringat dan melemparkannya ke samping. Nina, yang berlari keluar paviliun, langsung terdiam kaku melihat kondisi Eugene, lalu buru-buru balik lagi. Dia sadar harus menyiapkan pakaian bersih, handuk, dan baskom air untuk Eugene.

Saat pergi, Nina sempat menoleh, “Ah… tunggu, Tuan Eugene! Mau makan malam apa?!”

“Daging!” jawab Eugene lantang.

“Baik, tuan!”

Seperti dugaan Nina. Dia pun bergegas kembali ke paviliun menyiapkan keperluan untuk Eugene yang pulang mendadak.

Sementara itu, Eugene berdiri diam, menatap inti di dalam tubuhnya. Wujudnya memang pantas disebut Star. Dibentuk lewat aliran mana White Flame Formula, inti yang berpusat di jantungnya itu berkilau seperti kumpulan bintang yang dipadatkan jadi satu bola cahaya.

‘Masih kecil,’ Eugene mengernyit.

Jauh lebih kecil dibanding inti yang dia punya di kehidupan sebelumnya. Tapi ini bukan hal yang bikin kecewa. Di umur tiga belas, Hamel dulu bahkan belum memulai mana. Saat itu, Hamel… cuma berusaha bertahan hidup….

Dia dulu tinggal di desa kecil yang sering diserang monster. Awalnya cuma sesekali, tapi pas umur sepuluh, serangannya makin sering dan brutal.

Demi melindungi desa, semua orang harus bisa melawan monster. Para orang dewasa bawa pedang dan kapak, sementara anak-anak dikasih senjata kecil.

Hamel pun begitu. Begitu dikasih senjata, dia langsung belajar cara bertarung….

Tapi tak lama kemudian, desa itu hancur. Ternyata penyebab meningkatnya serangan monster adalah Demon King Helmuth. Akhirnya, satu serangan besar menghapus desa itu dan meninggalkan Hamel kecil sebagai satu-satunya yang selamat.

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram